46 PERGI KE KOREA, BAGIAN 1: Persiapan

Sekitar satu setengah jam kemudian, beberapa ayam akhirnya berkokok, menandakan hari sudah pagi dan fajar pun menyingsing.

Durah akhirnya bangun dan siap untuk memulai harinya. Ibu Nuansa itu lantas keluar dari kamarnya dan Arfan sembari menguap, sebab ia masih sedikit ngantuk, namun ia harus bangun.

Ketika keluar dari kamarnya, Durah terkejut dengan kehadiran Neptunus di rumahnya. Neptunus duduk tegak sambil tersenyum, dan itu sudah dilakukannya selama satu setengah jam.

Karena terkejut, Durah pun berteriak kencang, sebab ia benar-benar terkejut dengan kehadiran klien putrinya tersebut. "AAAAAAAAAA!!!!!!"

Neptunus yang seperti orang yang sedang bermeditasi sambil tersenyum pun terkejut mendengar teriakan Durah, ia sedang sangat fokus pada posisinya, dan ia sudah melakukan itu selama satu setengah jam, jadi ia yang benar-benar fokus pun terkejut setengah mati mendengar teriakan Durah. Karena terkejut, Neptunus malah latah, ia justru ikut-ikutan berteriak dan membuat keadaan menjadi heboh.

"AAAAAAAA!!!!"

"AAAAAAAA!!!!" teriakan Durah semakin kencang saat Neptunus ikut-ikutan berteriak, apa lagi mereka bertatap muka sekarang.

"AAAAAAAA!!!!" Bukannya berhenti berteriak, Neptunus juga malah semakin menambah kekencangan teriakannya karena latah.

Teriakan mereka berdua berhasil membuat Arfan dan Nuansa terbangun dari tidur mereka, bahkan mungkin juga berhasil membuat tetangga-tetangga mereka terbangun.

Nuansa lantas keluar dari kamarnya karena teriakan ibunya dan Neptunus. Namun keluarnya justru malah membuat semuanya menjadi semakin kacau. Nuansa malah ikut-ikutan berteriak karena terkejut melihat wajah Neptunus yang mengerikan saat berteriak.

"AAAAAAA!!!" teriak Nuansa.

Sekarang ada 3 teriakan, dan ini berhasil menjadi alarm bagi lingkungan tersebut. Sampai akhirnya Arfan keluar juga, namun untungnya ia tidak ikut-ikutan berteriak, kedatangannya berhasil membuat aksi teriak-teriakan Durah, Nuansa, dan Neptunus berhenti.

"SSSSSSSHHHHHT! Apa-apaan kalian ini?!" seru Arfan. Mendengar hal itu, Neptunus, Nuansa, dan Durah pun berhenti berteriak, ketiganya malah terdiam mematung usai berhenti berteriak.

***

Sekitar 15 menit kemudian, semuanya akhirnya menjadi normal. Nuansa sedang mandi sekarang sebab Neptunus sudah menjelaskan semuanya tentang ajakannya pergi ke Korea.

Neptunus pun sekarang sedang mengobrol dengan Arfan, dan beberapa detik kemudian, Durah datang membawa 3 cangkir teh.

"Maaf karena kau harus menungu kami bangun seperti tadi, Nuansa benar-benar keterlaluan," ucap Durah.

"Hahaha, tidak apa, Bibi, hitung-hitung agar aku bisa menyegarkan pikiranku dengan cara seperti tadi," ujar Neptunus.

"Tapi kau hanya diam selama 90 menit, kau sebagai tamu di sini tidak disuguhkan makanan atau minuman apapun, aku ... aku ..."

"Sudahlah, Bibi, tidak apa-apa, memang salahku juga datang pada jam segitu."

"Tapi kan ..."

"Sudah, tidak usah dipikirkan lagi."

"Hmm, baiklah."

"Tapi kau memang harus datang jam segitu, kan?" tanya Arfan.

"Hahaha, sebenarnya iya, karena kami sudah harus berada di bandara pada pukul setengah enam, jadi aku tidak ingin membuat Nuansa buru-buru," jawab Neptunus.

"Oh iya, bukankah ke luar negeri itu harus punya paspor? Nuansa tidak punya paspor, kan? Bagaimana juga dengan visanya?" tanya Durah.

"Aku sudah mengurus semuanya sejak jauh-jauh hari," kata Neptunus.

"Benarkah?"

"Ya. Paling tidak selama kami menjalin hubungan kontrak, kami harus jalan-jalan ke luar negeri, sebab dulu aku selalu jalan-jalan ke luar negeri dengan mantan-mantanku di bulan pertama kami berpacaran, jadi aku juga harus melakukan hal itu dengan Nuansa agar kami terlihat seperti orang yang benar-benar berpacaran di mata keluargaku."

"Syukurlah kau sudah menyiapkan semuanya."

Neptunus lantas menyeruput tehnya.

"Temanmu itu orang Korea?" tanya Arfan.

"Ya, tapi dia bukan temanku, dia anak teman ibuku," jawab Neptunus.

"Ooooh."

"Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, kurasa sudah 10 tahun, akan sangat menarik bagiku untuk bertemu dengannya lagi pada saat dia menikah."

Arfan lalu hanya mengangguk-angguk.

"Ngomong-ngomong, di Korea sedang musim apa? Kalau musim dingin, aku takutnya Nuansa tidak akan tahan," kata Durah.

"Ini bulan September, jadi di sana sedang musim gugur, suhunya tidak terlalu dingin karena masih dalam peralihan dari musim panas ke musim gugur, jadi kurasa Nuansa akan baik-baik saja," ucap Neptunus.

"Tapi pastikan dia tetap memakai jaket yang tebal, ya? Dia belum pernah merasakan udara dingin sebelumnya selain saat hujan di malam hari, bahkan dia belum pernah merasakan bagaimana rasanya memasukkan tangan ke dalam kulkas."

"Jangan khawatir, aku akan terus memastikannya memakai jaket yang tebal, lagi pula dia tidak akan sulit beradaptasi karena di dalam pesawat itu dingin, bahkan kurasa lebih dingin dari suhu di Korea sekarang, jadi Nuansa benar-benar akan baik-baik saja."

"Baiklah, aku merasa lega mendengarnya."

Sesaat kemudian Nuansa datang dengan keadaan yang masih berantakan. Gadis itu memang sudah mandi dan sudah memakai pakaiannya, namun ia belum menyisir rambutnya, ia juga belum bermake up, jadinya ia terlihat tidak ada bedanya dengan saat belum mandi, kecuali badannya yang lebih wangi dari pada saat belum mandi.

"Ayo!" Nuansa mengajak Neptunus pergi dengan sebuah tas make up dan rantang di tangannya.

"Kau akan pergi begitu saja?"

"Aku akan makan dan make up-an di jalan saja," ujar Nuansa.

"Bagaimana dengan pakaianmu?"

"Oh iya." Nuansa kemudian masuk ke kamarnya, 1 detik setelah masuk, ia keluar lagi dengan membawa sebuah tas ransel.

"Sekarang aku siap, ayo," ajaknya lagi.

"Kau sudah bawa jaket?" tanya Durah pada putrinya itu.

"Eh?"

"Aku sudah membawa jaket Vega, Nuansa dan Vega, ukuran tubuh mereka sama, jadi kurasa jaket-jaket tebal Vega akan muat jika dipakai Nuansa," ucap Neptunus.

"Siapa Vega?" tanya Durah pada Neptunus.

"Adikku, aku belum pernah menceritakannya pada Bibi dan Paman ya, hehe," jawab Neptunus.

"Tidak, tidak, kita akan pergi membeli jaketku dulu, aku punya uang sendiri," ujar Nuansa.

"Boleh saja, kalau kau ingkn tertinggal pesawat tentunya," kata Neptunus. Nuansa lantas terdiam.

"Tidak apa, jaket-jaketnya masih baru, dan adikku itu pembersih juga wangi orangnya, jadi ... sangat layak untuk dipakai," lanjut Neptunus.

"Aku tahu, hanya saja aku tidak ingin merepotkan kalian, aku ini hanya pacar sewaanmu, aku tidak berhak memiliki barang-barang keluargamu-"

"Hei! Kau akan mengembalikannya lagi nanti," sela Neptunus.

"Oh iya, hehe."

"Yasudah, ayo kita pergi."

"Ok, ayah, ibu, aku mau pergi dulu ya, sampai jumpa Senin nanti," kata Nuansa sembari memeluk kedua orangtuanya, sementara Neptunus menghabiskan tehnya.

"Jangan nakal-nakal di negeri orang, kau akan berada sangat jauh dari kami, jadi kami tidak bisa mengawasimu, tapi kami percaya pada Neptunus, dengar apa yang dia katakan, jangan bandal," ujar Durah.

"Iya, ibu."

"Dan jaga kesehatanmu."

"Pasti."

"Jangan sampai pisah dari Neptunus," ucap Arfan.

"Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi, Ayah, kalau perlu pun dia melengketkan kami dengan lem," kata Nuansa, mereka semua kemudian tertawa.

avataravatar
Next chapter