26 Menari Dibawah Hujan

"Siapa yang mengundang gadis kampungan ini?!" teriak Emma, namun tidak ada yang menjawabnya.

"Siapa kau?!" tanya Emma pada Nuansa. Nuansa memilih untuk tidak menjawab sebab ia masih syok.

"Hei! Telingamu berfungsi apa tidak?! Aku bertanya padamu! Siapa kau?!" Emma mengulang pertanyaannya, tapi Nuansa tetap diam tertunduk.

'Kenapa dia tidak melawan? Kenapa dia diam?' batin Neptunus.

"Aku bersumpah untuk mengutuk siapapun yang membawa gadis sialan ini!" seru Emma.

Suasana lalu hening untuk sesaat. "Siapa yang membawamu ke sini?" Emma bertanya lagi pada Nuansa dengan nada menggeram, ia bahkan menjambak rambut Nuansa yang dibasahi oleh jus mangga.

"Lepaskan," ujar Nuansa yang merasa kesakitan.

"Jawab aku!"

"Aku datang sendiri ke sini! Kau mau apa?!" Nuansa membentak Emma, bersamaan dengan saat dirinya berhasil melepaskan tangan Emma dari rambutnya.

Tidak terima dirinya dibentak, Emma pun menampar Nuansa. "Beraninya kau membentakku! Siapa kau?! Aku yang punya rumah ini! Aku yang punya acara ini! Aku tidak mengundangmu! Aku tidak kenal denganmu! Tapi kau datang entah dari mana dan merusak pestaku dengan jus mangga bodohmu! Siapa kau?! Kau gadis sialan kampungan!"

Emma mengehentikan aksinya saat tiba-tiba Neptunus berada diantaranya dan Nuansa. Semua mata langsung tertuju pada Neptunus.

Neptunus mengangkat tangan kanan Nuansa secara perlahan. Ia lalu melakukan hal yang benar-benar mengejutkan: menjilat tangan Nuansa.

Ya, pria itu menjilat tangan kanan Nuansa yang dipenuhi oleh jus mangga. Tentu saja lidah Neptunus membuat tangan Nuansa menjadi bersih.

Nuansa bingung harus merasa apa, ia merasa geli dan jijik, namun ia juga merasa ini adalah hal yang seksi dan menikmati lidah Neptunus yang berjalan di tangan kanannya hingga tangan kanannya tersebut bersih dari jus mangga.

Neptunus kemudian melanjutkan aksinya itu pada tangan kiri Nuansa dan semakin membuat semua orang tercengang. Emma bahkan sampai menganga lebar karena benar-benar tidak menduga hal ini.

Usai kedua tangan Nuansa bersih, Neptunus membersihkan wajah pacar sewaannya itu dengan telapak tangannya secara lembut.

Nuansa tidak peduli lagi dengan apa yang dipikirkan oleh orang-orang, ia pun juga tidak peduli lagi dengan rasa apa yang seharusnya ia rasakan kini, yang pasti, aksi Neptunus ini membuatnya merasa dilindungi.

"Kuharap itu menjawab pertanyaanmu," ucap Neptunus pada Emma setelah ia membersihkan wajah Nuansa. Beberapa gadis terlihat menutup mulut mereka, entah karena merasa terkejut atau pun iri pada Nuansa dan langsung berkhayal hal yang aneh-aneh.

Neptunus lantas menggenggam telapak tangan kanan Nuansa dan mengajaknya pergi. Keduanya meninggalkan orang-orang yang hadir dalam pesta itu dalam keheningan.

"Tunggu," kata Nuansa pada Neptunus saat mereka berada di dalam rumah Emma. "Aku ingin mengambil sepatuku dulu di dapur," lanjutnya. Neptunus lalu melepaskan Nuansa tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Nuansa kemudian pergi ke dapur sesaat dan mengambil high heelsnya, lalu kembali lagi pada Neptunus. "Ayo," ajaknya. Mereka berdua lantas melanjutkan langkah keluar dari rumah Emma.

Saat keluar, Nuansa melihat ke atas, tampak beberapa kilat juga petir sedang menari-nari di langit, pertanda hujan akan turun beberapa saat lagi.

"Kau keluarlah, tunggu aku di luar gerbang," suruh Neptunus.

"Baiklah." Nuansa lalu menuruti perintah Neptunus barusan dan langsung pergi menuju gerbang, kemudian keluar dan menunggu Neptunus dengan mobilnya.

Baru saja gadis itu keluar melewati gerbang, namun hujan akhirnya turun bersamaan dengan Neptunus yang menghampiri Nuansa dengan mobilnya.

Menyadari hujan sudah turun, Neptunus pun keluar dari dalam mobilnya dengan maksud untuk menjemput Nuansa. Saat keluar dari mobilnya, Neptunus melihat Nuansa yang sedang menikmati hujan yang membersihkan tubuhnya dari jus mangga itu.

Gadis tersebut sekali lagi membuat Neptunus terpukau dengannya. Neptunus memuji kecantikan Nuansa di dalam hatinya, namun kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Saat ini Nuansa tidak memakai make up karena sudah luntur, jadi sekarang Neptunus mengagumi kecantikan alami Nuansa.

Nuansa menari dibawah hujan, dress merahnya juga ikutan bersih kembali karena hujan itu. Neptunus yang juga kehujanan tersenyum melihatnya. Rasanya pria itu tidak pernah seterpukau ini kepada seorang gadis. Ia benar-benar merasa 'wah' pada Nuansa untuk alasan yang dia sendiri tidak mengerti.

'Kalau dilihat-lihat, dia cantik juga,' batin Neptunus.

"Astaga, apa yang kupikirkan? Kami hanya menjalin hubungan kontrak, dia adalah orang asing untukku, dan aku adalah orang asing untuknya, tidak lebih," gumam Neptunus. Ia lalu berjalan menghampiri Nuansa.

"Hei! Ayo masuk ke dalam mobil! Kau bisa sakit jika hujan-hujanan seperti ini!" teriak Neptunus.

"Tidak apa! Sudah lama aku tidak mandi hujan! Hujan ini juga membersihkanku!" seru Nuansa.

"Tapi kalau kau sakit nanti bagaimana?!"

"Aku tidak pernah sakit sehabis mandi hujan! Aku sudah biasa mandi hujan saat sedang berjualan! Jangan khawatir!"

"Woohoo! Ini menyenangkan, bukan?!" sambung Nuansa, ia melompat-lompat seperti anak kecil dan bergoyang-goyang tidak jelas. Gadis itu terlihat sangat gembira hanya karena hujan.

'Bagaimana dia langsung merasa baik-baik saja setelah semua yang terjadi tadi?' batin Neptunus. Dirinya lalu meraih tangan Nuansa dan menghentikan aksi pacar sewaannya itu.

"Apa?" ucap Nuansa yang merasa heran dengan Neptunus yang menghentikannya.

"Sakit kah?" tanya Neptunus sembari mengelus pipi Nuansa yang ditampar oleh Emma tadi.

"Aw."

"Engh, maaf, kukira kau tidak merasa sakit."

"Ayo menari bersamaku! Menari dibawah hujan itu menyenangkan tahu!" kata Nuansa, ia lantas melanjutkan aksi joget-jogetnya di tengah jalan. Neptunus pun tersenyum melihatnya.

'Tamparan itu tetap sakit baginya, tapi dia telah melewati banyak hal yang lebih menyakitkan ketimbang tamparan dan hinaan dari Emma, jadi kenapa aku menjadi bodoh dengan menanyakan hal itu padanya?' batin Neptunus.

"Hei! Apa kau akan tetap diam disitu?! Kau tidak tahu cara menikmati hujan, ya?!" teriak Nuansa. Mendengar hal itu, Neptunus tiba-tiba menjadi seperti orang gila, ia ikut-ikutan berjoget dan melompat tidak jelas di tengah jalan. Bahkan aksinya jauh lebih heboh dari Nuansa.

Lucunya, pria itu mengganggu Nuansa dengan cara menyenggol-nyenggolkan pinggangnya ke pinggang gadis tersebut, yang tentu saja membuat Nuansa kesal karena Neptunus malah ketagihan menyenggolnya.

"Kau ini!" sewot Nuansa.

"Hahahaha." Neptunus tertawa terbahak-bahak.

'Astaga, kenapa dia malah terlihat menggemaskan saat marah seperti ini?' batin Neptunus.

'Nuansa, kau benar-benar aneh seperti nama panggilanmu, tapi entah kenapa segala hal tentangmu justru membuatku kagum.'

avataravatar
Next chapter