30 Kualat

Sesampainya di rumah Neptunus, Nuansa tentu saja ikut Neptunus yang langsung keluar dari dalam mobilnya dan berlari secepat kilat karena air seninya sudah di ujung rudal.

Bukannya tanpa alasan, Nuansa keluar karena pewangi yang dipakai Neptunus di mobilnya kurang cocok dengan selera gadis itu, jadi dirinya memutuskan keluar karena tidak tahan jika harus berlama-lama berada di dalam mobil tersebut.

Nuansa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat Neptunus langsung keluar dari dalam mobilnya dan berlari dengan sangat cepat tanpa mengucapkan sepatah katapun sembari memegangi rudalnya.

Gadis itu memilih jalan pelan ketika memasuki rumah. Di dalam, ia bertemu dengan Bulan yang tampak sedang buru-buru.

"Bibi?" sapa Nuansa dengan wajah heran, karena seharusnya Bulan tidak berada di rumah pada jam segini.

"Eh? Nuansa?" ujar Bulan seraya memeriksa tasnya.

"Bibi tidak berangkat bekerja?"

"Iya, aku sudah berangkat sebenarnya, tapi ponselku tertinggal, jadi terpaksa aku kembali lagi untuk mengambilnya."

"Oooh."

"Kau sedang apa di sini?"

"Neptunus mengajakku untuk ikut ke kampusnya, dia menjemputku tadi."

"Lalu kenapa kau berada di sini?"

"Neptunus ingin buang air kecil, jadi dia memutuskan untuk pulang dulu, dia juga ingin memakan kedelai goreng."

"Oooh. Hmm, ngomong-ngomong, apa orangtuamu tidak marah?"

"Marah?"

"Ya."

"Kenapa harus marah?"

"Kau kan pulang sangat malam semalam, apa mereka tidak marah padamu? Kau anak gadis, tidak baik pulang terlalu malam."

"Jam delapan masih wajar, Bibi, jadi mereka tidak marah."

"Jam delapan?"

"Ya."

"Tapi ... Neptunus pulang jam satu, jadi kukira kau sampai di rumah pada sekitar jam dua belas, makanya aku bertanya padamu, apakah orangtuamu marah?"

"Bagaimana mungkin Neptunus pulang jam satu? Lima jam setelah aku sampai di rumah?"

"Kau yakin kau pulang jam delapan?"

"Ya, sangat yakin."

"Kenapa kalian tidak pulang lebih malam, maksudku, pesta biasanya mulai berakhir jam sembilan atau sepuluh."

"Ya, aku tidak ingin berlama-lama karena tidak biasa dengan bau alkohol, jadi aku mengajak Neptunus untuk pulang," jawab Nuansa yang berbohong.

'Semoga bibi Bulan tidak tahu tentang kejadian semalam,' batin Nuansa.

"Ooh, begitu ya. Apa mungkin Neptunus balik lagi ke rumah Emma setelah mengantarmu?"

"Siapa tahu? Mungkin saja ya."

"Ya, karena sepertinya dia belum menikmati pestanya."

"Tapi, apa pesta itu berakhir pada jam satu, Bibi?"

"Terkadang bisa saja, tapi untuk anak gadis, itu tidak baik. Cukup sampai jam 11 saja. Biasanya teman-teman perempuan Neptunus dan Vega juga pulang kurang dari jam 11 saat bermain hingga malam di sini, hampir semuanya begitu, Emma memang sedikit berbeda, tapi sepertinya para perempuan hanya akan berpesta paling lama hingga jam 12, karena besoknya mereka akan ada kuliah, kan? Belum lagi kalau misalnya punya tugas."

"Ya."

"Hmm, baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, ya, aku harus mengerjakan semua pekerjaanku secepat kilat namun dengan benar, maklum saja, Eugene akan datang nanti malam."

"Oooh, aku tidak sabar untuk hal itu. Apa kita akan mengadakan makan malam di sini?"

"Tentu saja, dengan menu yang tidak biasa."

"Woah!"

"Haha, aku pergi dulu, ya."

"Baiklah, hati-hati di jalan, Bibi."

Bulan lantas hanya tersenyum, lalu melangkah keluar. Beberapa saat setelah Bulan keluar, Haha datang dan mengejutkan Nuansa yang hendak melanjutkan langkahnya yang ingin menyusul Neptunus.

"Astaga! Ish! Bibi ini! Bikin kaget saja!" ucap Nuansa ketika ia melihat Haha dengan wajah panik.

"Apa Nyonya Bulan memanggilku? Haduh, dia sudah pergi lagi ya, aku jadi tidak enak karena tidak langsung datang," kata Haha.

"Tidak, bibi Bulan tidak memanggilmu, Bibi," ujar Nuansa dengan wajah heran.

"Tadi ada."

"Kapan?"

"Barusan loh."

"Huh?"

"Ck, ah, kau ini." Haha lalu kembali ke dapur karena merasa kesal. Nuansa mengikutinya.

Begitu sampai di dapur, Nuansa langsung balik lagi dan membuat Haha dan Hihi bingung.

Sambil menutup hidungnya, Nuansa berjalan mundur.

"Ada apa, nak?" tanya Hihi.

"Emh, tidak suka. Aku tidak suka bau kedelai yang digoreng dengan bawang putih. Terakhir kali aku menciumnya bahkan aku sampai muntah, ingat, kan?" kata Nuansa.

"Aku jadi bingung, kau ini sebenarnya drakula atau manusia? Kenapa sangat alergi terhadap bawang putih?" oceh Haha.

"Aku suka bawang putih, Bibi, tapi kalau di goreng dengan kedelai, hidung dan pencernaanku rasanya sedang kiamat."

Neptunus kemudian datang dan langsung masuk ke dapur dan mulai memakan kedelai goreng yang khusus dibuat untuknya.

"Mmmmm, enak seperti biasanya, terima kasih gadis-gadisku," ucap Neptunus pada Haha dan Hihi. Ia lalu menyadari keberadaan Nuansa yang berdiri dan menetap seraya menutup hidung dalam jarak 15 meter dari dapur.

Neptunus yang sedang mengunyah kedelai gorengnya lantas kepikiran untuk menjahili Nuansa. "Hmm," gumam Neptunus, pria itu lalu keluar dari dapur sambil membawa toples kedelai goreng itu dan berjalan mendekati Nuansa.

"Hei! Hei!" teriak Nuansa. "Apa-apaan kau!" lanjutnya.

"Hirup ini," ujar Neptunus yang mengarahkan toples itu ke hidung Nuansa, Nuansa mencoba menghindar, namun Neptunus terus menjahilinya.

"Neptunus! Awas!" sewot Nuansa.

"Rasakan ini, ini, ini hiruplah." Neptunus tampak sangat bahagia melihat Nuansa yang terlihat sangat marah dan kesal.

"Rusuh kau!" seru Nuansa yang kemudian berlari menjauhi Neptunus, namun pria itu malah mengejarnya.

"AAA!" jerit Nuansa sambil terus menjepit hidungnya menggunakan tangannya.

"HAHAHA." Neptunus tertawa jahat.

"Aduh anak muda, ada-ada saja kelakuannya," ucap Haha.

"Kita pun pernah muda dan begitu juga," ujar Hihi.

"Aku malah jadi teringat lagu."

"Kau ini."

"Mereka pun pernah muda, saatnya kau dan aku sekarang." Haha bernyanyi dengan suaranya yang tidak tepat pada nadanya.

"Hm, hm, sudah salah nada, false lagi," kritik Hihi.

"Alah, tahu apa kau tentang teknik bernyanyi?"

"Sedikit lebih tahu dari kau."

"Humph."

***

Kembali ke Neptunus dan Nuansa, keduanya masih kejar-kejaran bak film India, tidak, kali ini sudah bak Tom & Jerry.

Nuansa benar-benar marah, namun ia hanya bisa berlari karena Neptunus terus mengejarnya.

'Benar-benar, aku sangat sial mendapatkan klien sepertinya. Sudahlah hubunganku dengan Reynand rusak yang ku tak mengerti kenapa, lalu dia menyiksaku dengan kedelai goreng itu lagi. Ya Tuhan, jangan buat aku bertemu dengannya lagi setelah kontrak kami berakhir,' batin Nuansa. Gadis tersebut kemudian mulai kelelahan dan berhenti berlari. Ia mengira Neptunus juga berhenti, namun ternyata pria itu sudah berada di sampingnya dan membuat dirinya terkejut setengah mati sampai secara tidak sengaja menendang rudal Neptunus saat melompat karena terkejut.

"AAH!" Neptunus kontan saja kesakitan dan menjatuhkan kedelai gorengnya.

"Astaga, ma- HAHAHAHA!" Bukannya meminta maaf, Nuansa malah tertawa seperti orang jahat. "KUALAT KAU! RASAKAN!" sambungnya.

avataravatar
Next chapter