37 Kopi

Sesampainya di rumah Neptunus, Nuansa langsung mencium bau berbagai masakan, padahal ia masih berada di dalam mobil.

"Ibumu benar-benar melakukan acara penyambutan besar untuk paman Eugene, ya?" ucap Nuansa pada Neptunus.

Neptunus lantas hanya mengangkat bahunya sambil membentuk huruf N kecil di mulutnya. Keduanya lalu keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju rumah.

"Hmm, sekarang bau kopi. Kenapa bibi Haha dan bibi Hihi membuat kopi sekarang? Ini masih sore, bahkan sepertinya bibi Bulan belum pulang," ujar Nuansa. Neptunus hanya diam.

"Halo? Aku tidak sedang berbicara sendiri, loh," sambung Nuansa, ia tidak mendapat sahutan apa-apa dari Neptunus sejak tadi.

"Kau bertanya padaku?" tanya Neptunus.

"Argh!" keluh Nuansa.

"Aku mana tahu apa-apa, kenapa kau tidak menanyakannya langsung pada bibi Haha atau bibi Hihi, kan mereka yang mempersiapkan segalanya, bukan aku," kata Neptunus.

"Aku bertanya padamu karena kupikir kau tahu, tapi ternyata kau bersikap bodo amat."

"Aku tidak bersikap bodo amat, aku tidak dianggap, aku tidak diberitahu apa-apa tentang konsep penyambutan ini, jadi ya aku tidak bisa menjawab apa-apa untuk pertanyaan-pertanyaanmu."

"Ya karena kalau kau diberitahu juga kau tidak peduli."

"Jika diberitahu, walaupun aku tidak peduli, tapi setidaknya aku bisa menjawabmu dan tidak membuat kau merasa dicuekin, kan?"

"Ah, terserah kau saja." Nuansa kemudian masuk duluan.

'Memang sangat susah untuk membicarakan paman Eugene dengannya,' batin Nuansa, gadis itu langsung pergi ke dapur dan meninggalkan Neptunus.

Di dapur, Nuansa mendapati Haha dan Hihi yang sedang memasak beragam makanan, di sana juga ada Vega yang sedang menghaluskan biji kopi.

"Wah, aroma masakan kalian tercium sampai keluar, loh," ucap Nuansa saat dirinya baru masuk ke dapur.

"Nuansa?" ujar Haha. "Benarkah?" lanjutnya.

"Ya. Aku jadi tidak sabar untuk menyambut paman Eugene, melihat makanan-makanan yang sepertinya sangat enak ini, aku jadi tidak bisa menunggu paman Eugene!"

Haha dan Hihi lantas saling melirik.

"Yasudah, silakan kau cicipi," kata Hihi.

"Boleh?" tanya Nuansa.

"Aku baru saja mempersilakanmu, kan?"

"Tapi-"

"Sudah, cicipi saja yang mana yang ingin kau cicipi, tidak usah banyak tapi tapi."

"Terima kasih, bibi Hihi, bibi Haha! Aku cicipi semua, ya!"

"Semua pun silakan, asal hanya mencicipi. Tidak sopan jika kau memberi makanan sisa untuk Tuan Eugene dan Nyonya Bulan, kau tahulah maksudku, seharusnya mereka yang makan duluan, tapi jika kau ingin mencicipinya tidak masalah," ucap Haha.

Nuansa lalu melirik Vega, ia seperti meminta persetujuan dari adik Neptunus itu. Vega lantas mengangguk padanya.

"Baiklah," ujar Nuansa, ia langsung mencicipi semua masakan yang sudah jadi, meskipun itu belum semuanya.

"Mmmm." Nuansa merasa masakan-masakan Haha dan Hihi yang barusan dicicipinya itu sangat enak. "Luar biasa!" pujinya.

"Luar biasa tidak enak, ya?" kata Hihi.

"Hmm, bibi Hihi ini, jangan merendah, kalian memang seperti koki hotel bintang lima."

"Haha."

"Apa?" tanya Haha.

Mendengar itu, Hihi pun memutar kedua bola matanya dan melanjutkan pekerjaannya. Haha tentu saja merasa bingung karena pertanyaannya tidak dijawab.

"Memanggil, ketika disahuti malah diam, dasar adik kurang ajar," sindir Haha.

"Aku tertawa! Puas kau?!" sewot Hihi yang tidak terima disebut sebagai adik kurang ajar. Haha lantas hanya bisa diam, ia kalah malu. Nuansa pun terkekeh kecil melihat tingkah kakak adik kembar tidak identik itu.

"Kau sedang apa, Vega?" tanya Nuansa usai dirinya mencicipi semua masakan yang sudah jadi.

"Ini, aku sedang menghaluskan biji kopi," jawab Vega.

"Menghaluskan biji kopi? Oh, menjadikan biji kopi ke dalam bentuk bubuk, ya?"

"Iya."

"Untuk apa?"

"Ya tentu saja untuk nanti malam."

"Tapi paman Eugene kan belum datang."

"Memang, ibu saja masih di kantor."

"Lalu kenapa kau membuat kopi sekarang?"

"Aku hanya menghancurkan biji kopinya, setelah jadi bubuk, yasudah nanti bibi Haha dan bibi Hihi yang membuatnya."

"Kenapa begitu?"

Vega sontak mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan dari Nuansa barusan.

"Kenapa?" Nuansa merasa bingung karena Vega heran melihatnya.

"Kau tidak tahu kalau kami adalah pemilik gerai kopi? Ibuku adalah pengusaha kuliner, yang bergerak dalam bidang minuman, tepatnya di kopi, sebelumnya ayahku, sih, ibuku hanya menggantikan posisinya. Jadi ini adalah trik dagang kami, menurut ayah, jika kita menghancurkan biji kopi 3 jam sebelum kopinya diseduh, maka kita akan mendapat rasa terbaik di secangkir kopi."

"Kenapa begitu?"

"Entahlah, tapi memang benar, dan itu yang membuat usaha kami maju."

"Jadi kalian hanya menjual minumannya saja? Bukan biji kopinya?"

"Bukan. Kak Neptunus tidak menceritakannya padamu?"

"Tidak, dan aku memang tidak pernah bertanya padanya tentang usaha kalian."

"Kami memiliki 500 gerai di seluruh Indonesia, makanya ibu sangat sibuk."

"Wow, 500 gerai?"

"Ya."

"Boleh aku mencicipi kopi buatanmu?"

"Hahaha, kalau untuk kopi kau boleh meminumnya seberapapun yang kau mau, asal masih dalam dosis normal."

"Baiklah, baiklah, satu cangkir saja."

"Ok, akan aku buatkan dengan biji kopi yang dihancurkan 3 jam yang lalu."

"Jadi rahasia laris kalian adalah dengan menyeduhkan kopi yang 3 jam yang lalu masih dalam bentuk biji?"

"Ya, aku pun tidak mengerti, seperti yang kukatakan tadi, ayah mengatakan kalau itu akan membuat rasa kopinya jadi jauh lebih enak dan berbeda dari kopi mana pun di dunia ini, dan itu terbukti benar, tapi aku tidak mengerti kenapa bisa begitu, kenapa harus 3 jam, dan kenapa harus begitu lah, tidak ada yang mengerti. Kami hanya menjalankan rahasia di balik resepnya."

"Jadi itu ciri khas, ya?"

"Kalau dibilang ciri khas, mungkin bisa, tapi memang rasanya jadi lain kalau memakai cara itu. Ini, kau rasa saja sendiri." Vega memberikan kopi buatannya pada Nuansa. Kopi itu masih berbentuk biji untuk 3 jam yang lalu, lalu dihancurkan dan baru diseduh sekarang.

Nuansa pun langsung menyeruput kopi tersebut karena penasaran, ia bahkan tidak peduli kalau kopi itu sebenarnya masih sangat panas. "Mmm."

"Awas panas. Aduh, setidaknya tunggu 3 menit," ucap Vega.

"Itu akan membuat kopinya menjadi lebih enak?"

"Lebih dingin."

"Oalah, hehe." Nuansa pun lantas menaruh kopinya ke atas meja dan menunggu selama 3 menit. 2 menit pertama gadis itu hanya menatapi kopi tersebut, resep rahasianya benar-benar aneh, namun itulah yang membuat usaha Jupiter Bimasakti bisa sampai semaju sekarang ini.

Belum genap 3 menit Nuansa menunggu sesuai dengan saran dari Vega, tiba-tiba Hehe datang dengan membawa vacum cleaner.

"Ada yang memanggilku?" tanya Hehe.

"Hngh?" Semua yang berada di dapur tentu saja merasa bingung. Hehe sebenarnya datang karena Nuansa berkata "Oalah, hehe." tadi, namun entah kenapa wanita paruh baya itu baru datang sekarang dan membuat semuanya kebingungan.

"Tidak ada," jawab Vega.

"Tapi tadi ada yang bilang 'oalah, hehe.'," ujar Hehe.

Haha, Hihi, Nuansa dan Vega kemudian hanya bisa diam karena mereka tidak merasa ada berkata seperti itu tadi. Namun Nuansa akhirnya mengingat bahwa 3 menit yang lalu ia berkata seperti itu.

"Oh! Itu aku, hehehehehehehe," kata Nuansa.

'Harus benar-benar panjang ternyata agar tidak dikira sedang memanggil. Duh, ini cukup merepotkan,' batin Nuansa.

avataravatar
Next chapter