89 Kekeuh

"Nuansa, jangan gila," ucap Neptunus.

"Aku akan menyelesaikan semua ini, Neptunus, aku harus menggeledah rumahnya pada malam hari, aku tidak peduli jika aku ketahuan sekalipun, aku akan menjelaskan kepada orangtuanya bahwa aku mencuri demi kebenaran, aku yakin orangtuanya pasti bisa memahamiku," ujar Nuansa.

"Well, orangtuanya sedang pergi ke luar negeri," kata Thomas yang tiba-tiba berada di dekat Nuansa, Neptunus, dan Gladys.

"Whoa!" tentu saja Neptunus bersama Nuansa dan Gladys terkejut karena Thomas hadir tiba-tiba.

"Sejak kapan kau di situ?!" tanya Nuansa pada Thomas.

"Sejak tadi, kalian membelakangiku, jadi kalian tidak menyadari keberadaanku, itu wajar saja. Tapi kau! Sebagai seseorang yang ingin menjadi seorang Detektif, kau seharusnya menyadari keberadaanku, karena seorang Detektif tidak pernah membiarkan pembicaraan rahasianya di dengar oleh orang lain," ucap Thomas pada Nuansa, ia kemudian duduk sambil menaruh makanannya yang telah ia pegang.

"Kau tidak ada hubungannya dengan semua ini, jadi sebaiknya kau diam saja," ujar Neptunus pada Thomas.

"Aku memang berencana diam sebentar untuk memasukkan makananku ke dalam mulutku, aku sudah memeganginya dari tadi dan membiarkannya dingin demi menguping pembicaraan kalian," kata Thomas.

"Siapa dia? Aku seperti pernah melihatnya, tapi dia tidak familiar bagiku," bisik Gladys pada Nuansa.

"Thomas, dia teman Neptunus, mereka berada di dalam satu band yang sama untuk menjadi penampil utama dalam pertunjukan yang akan di adakan oleh kampus mereka nanti," jawab Nuansa.

"Itu benar sekali, tapi mari kita tidak membicarakan tentang hal itu sekarang, topik pembicaraan kalian lebih menarik dari pada siapa aku ini," ujar Thomas.

"Nuansa, aku akan menawarkan kebaikan untukmu," sambung Thomas.

"Apa?" tanya Nuansa.

"Aku akan membantu dan mendukungmu."

"Apa?!" kata Neptunus.

"Kau tidak ada hubungannya dalam permasalahan ini," lanjut Neptunus.

"Kau benar, tapi jika aku tidak ikut campur, permasalahan ini tidak akan selesai dengan baik," ucap Thomas.

"Kau berlebihan."

"Tunggu dulu, Thomas. Kau bilang tadi orangtua Emma sedang berada di luar negeri?" tanya Nuansa.

"Ya," jawab Thomas.

"Kau tahu dari mana?"

"Ugh, rasanya baru tadi aku menjelaskan padamu siapa aku ini, bagaimana bisa kau melupakannya?"

"Maksudku ... kau yakin?"

"Kau meragukanku? Sekarang tanya Neptunus berapa ukuran BH Stephanie."

Neptunus kontan saja mengenyitkan dahinya mendengar hal tersebut sambil menatap Thomas dengan perasaan heran.

"Aku tahu segalanya, Sobat. Jadi jangan kau ragukan informasi dariku, orangtua si Princess Hitler itu sedang berada di luar negeri, kalau kalian ingin menggeledah rumahnya, malam ini adalah kesempatan terbaik," ujar Thomas yang seakan menjawab keheranan Neptunus.

"Tapi kalau orangtuanya pulang hari ini kan sama saja bohong," ucap Nuansa.

"Itulah kekurangan informasiku, aku tidak tahu kapan mereka akan pulang, itu agak buruk memang. Tapi, tadi kau terlihat senang jika kau bisa menjelaskan kepada orangtuanya apa yang sebenarnya terjadi, lalu kenapa sekarang kau terlihat mengharapkan ketidak hadiran mereka?"

"Itu karena jika jumlah orang di rumah sebesar itu sedikit, akan lebih mudah untuk melakukan apa yang ingin aku lakukan, kau tahulah, menggeledah dan mencuri."

"Tapi sepertinya bagimu ada atau tidaknya orangtua dia tidak masalah, kan?"

"Kira-kira begitu."

"Tapi kau akan memiliki satu masalah sebelum bisa masuk ke dalam rumahnya."

"Aku tahu, ada Satpam di perumahan tempat rumahnya berada, kan?"

"Ya, kau pintar juga ternyata."

"Aku sudah pernah ke sana."

"Bagus, itu artinya kau sudah cukup mengenali medan perangnya."

"Aaah, itu terdengar sangat keren."

"Kau tidak mengerti maksudku yang sebenarnya, ya?"

"Huh?"

Thomas lantas menatap Nuansa dengan ekspresi datar. "Baiklah, kutarik kata-kataku yang tadi, kau tidak sepintar itu ternyata," ujarnya.

"Maksudku, kau seharusnya sadar jika keberadaan Satpam itu membuatmu membutuhkan partner untuk melancarkan aksimu demi mengalihkan perhatiannya, dan orang yang tepat adalah aku, aku bisa menangani hal semudah itu, dan saat perhatian Satpam yang kita tidak tahu jumlahnya itu sudah teralihkan, aku bisa memastikan kalau kau akan sampai di rumah Diktator teri itu dengan aman," sambung Thomas.

"Tapi ... kita tidak tahu jumlah Satpamnya, seperti yang kau bilang," kata Nuansa.

"Yah ... aku tidak memiliki informasi mengenai hal itu. Tapi, tidak apa-apa, aku pasti bisa menangani mereka berapapun jumlah mereka, aku yakin paling banyak pasti tiga atau empat."

"Baiklah, terima kasih informasinya."

"Tunggu, kalian benar-benar akan ke sana malam ini?" tanya Neptunus.

"Tentu saja, di mana kau berada dari tadi? Kenapa kau tidak mendengar pembicaraan kami?" ucap Thomas.

Neptunus kemudian melirik Nuansa.

"Tidak, Nuansa. Bahkan jika kau pergi dengan Eugene sekalipun, aku tidak akan mengizinkanmu! Itu terlalu berbahaya!" bentak Neptunus.

"Kau tidak mengerti, aku akan pergi sendiri," kata Nuansa. Mendengar hal itu, Thomas langsung tersedak.

"Apa?! Apa kau gila?!" ujar Neptunus.

"Kau bukan orangtuaku, kau tidak berhak mengatur-ngaturku."

"Tapi!-"

"Kau hanya pacar pura-puraku, Neptunus! Kau klienku, kau bukan siapa-siapa!"

Thomas kembali tersedak saat Nuansa mengatakan hal tersebut.

"Apa?!" ucap Thomas.

"Diam kau!" seru Nuansa pada Thomas, pria itu lantas langsung terdiam.

"Kau tidak mengerti-"

"Kaulah satu-satunya yang tidak mengerti," Nuansa lagi-lagi menyela Neptunus.

"Aku berusaha menyelamatkan hubungan pertemananmu dengan Finn, aku berusaha menyelamatkan hubungan Finn dengan Gladys, dan aku berusaha agar kau tidak dikeluarkan sebagai salah satu peserta yang akan tampil dalam acara di kampus kalian! Namamu sudah buruk di kalangan teman-temanmu, mereka pasti bisa saja mendepakmu dari acara itu, dan aku berusaha untuk membersihkan namamu, Neptunus, jadi sebaiknya kau tidak melarang-larangku," sambung Nuansa.

"Aku lebih memilih untuk di depak dari acara itu dari pada kau harus menyelinap malam-malam ke rumah Emma," lirih Neptunus. Ia dan Nuansa kemudian terjebak dalam aksi saling tatap dalam hening di antara keduanya.

avataravatar
Next chapter