1 Kehidupan Nuansa

Hidup dalam kesulitan, makan makanan hasil tanaman sendiri, tinggal di sebuah gubuk di daerah terpencil dan sekolah terputus pada usia 13 tahun tak membuat seorang gadis bernama Nuansa kehilangan harapan untuk mencapai kehidupan yang serba berkecukupan dan bahagia tentunya.

Nuansa Indahsari nama lengkapnya, kebahagiaan mungkin bisa diraihnya, sebab bahagia itu relatif, namun kecukupan mungkin agak sulit untuk diraihnya.

Sebagai anak tunggal, Nuansa adalah harapan satu-satunya kedua orangtuanya yang kini mulai menginjak usia tua. Sang ayah yang dulu berprofesi sebagai seorang kuli bangunan, kini sudah sakit-sakitan dan tidak bisa bekerja lagi. Ibunya membuat keripik singkong yang kemudian dijual oleh Nuansa ke warung-warung, kantor-kantor, sekolah-sekolah dan tempat umum lainnya.

Mereka memang petani singkong yang menjadikan singkong sebagai makanan sehari-hari mereka dan menjadikan singkong sebagai harapan hidup pula. Lewat singkong yang diolah menjadi keripik, keluarga Nuansa mendapatkan keuntungan paling tinggi hanya pada angka Rp. 120.000.

Sejak dirinya sudah tidak bisa bekerja lagi, ayah Nuansa juga ikut membantu anak dan istrinya mengolah dan menjual keripik singkong home industri mereka.

Sebenarnya Nuansa sudah lama melirik banyak pekerjaan yang menghasilkan lebih banyak pendapatan, ia sudah pernah mendaftar untuk menjadi Cleaning Service, SPG, Asisten Rumah Tangga, Karyawan Rumah Makan dan lain sebagainya, namun ia selalu ditolak karena pendidikan akhirnya membuat para calon bosnya memundurkannya sebelum sempat menerimanya.

Dengan begini, Nuansa selalu bermimpi kalau suatu saat nanti dirinya dan kedua orangtuanya bisa memiliki kehidupan yang serba berkecukupan, mimpinya bukan untuk memiliki kehidupan seperti Cinderella yang pada akhirnya menikah dengan seorang Pangeran setelah melewati kehidupan yang sulit, Nuansa hanya menginginkan kehidupan yang lebih baik dari kehidupan keluarganya yang sekarang lewat usaha positif dirinya dan kedua orangtuanya, itu saja.

Namun mungkin Tuhan belum menjadikan hari ini sebagai saatnya mereka untuk mereka hidup berkecukupan, tapi bukan berarti hal itu akan membuat Nuansa berhenti untuk bermimpi.

Nuansa, gadis berusia 21 tahun yang selalu berpikir hal apa kira-kira yang bisa mengubah kondisi ekonomi keluarganya. Ia tidak menginginkan pekerjaan kotor yang menghasilkan uang secara instan, gadis itu tetap mengutamakan usaha baik yang menghasilkan hasil yang baik pula.

Meski sebenarnya sebuah jalan untuk mengubah hidupnya ada di hadapannya, yaitu menikah dengan seorang Polisi pelanggan setia keripik singkongnya, Nuansa tidak mau menikah dengan Polisi tersebut. Ia tahu bagaimana sang Polisi menyukainya, Polisi itu sangat baik, dan si Polisi muda tahu bagaimana kehidupan Nuansa yang semakin membuatnya terkagum pada gadis itu, tapi Nuansa tidak memiliki rasa yang sama pada sang Polisi.

Polisi muda bernama Reynand tersebut pun tahu kalau Nuansa tidak membalas perasaannya, namun bukan berarti ini menjadi celah bagi Reynand untuk menyerah memperjuangkan cintanya kepada Nuansa.

Nuansa sudah beberapa kali menceritakan tentang Reynand kepada orangtuanya, mereka pun sudah memberikan restu apabila Nuansa ingin menikah dengan Reynand demi memiliki kehidupan yang lebih baik, namun semuanya kembali kepada Nuansa lagi, gadis itu tidak mau menikah dengan Reynand.

Reynand sendiri adalah Polisi baru yang belum diperhitungkan kinerjanya, kehidupannya agak lebih bagus dalam segi ekonomi dari pada Nuansa. Dan hari ini seperti biasa, Nuansa pun mengantar pesanan Reynand ke kantor Polisi tempat Reynand bekerja pada sore hari.

"Tinggal enam bungkus?" tanya Reynand sembari menghitung jumlah keripik singkong di keranjang Nuansa yang tersisa.

"Ya, hari ini banyak yang beli," ucap Nuansa.

"Yasudah, kalau begitu aku beli semuanya."

"Eh? Tapi biasanya kau kan cuma beli empat bungkus, apa enam tidak kebanyakan? Aku tahu kau selalu membagi keripik yang kau beli dariku kepada yang lain, tapi bukankah jumlah kalian terlalu sedikit untuk menghabiskan enam bungkus?"

Baru saja Reynand akan menjawab, namun seorang seniornya yang bernama Taufan menyelanya.

"Kau tahu Nuansa? Sebenarnya enam bungkus itu memang terlalu banyak, tapi kami disini, sebagai teman-teman sejati Reynand, rela kekenyangan keripik singkongmu agar dia bisa memperjuangkan cintanya padamu melalui keripik-keripik itu," ujar Taufan, Reynand lantas menjadi salah tingkah.

"Hei! Apa kau tidak memikirkan mereka?!" kata Nuansa pada Reynand setelah mendengar pengakuan Taufan.

"Jangan dengarkan dia, dia bohong, kami semua disini sangat menyukai keripik singkong buatan ibumu. Kau tahu? Setiap hari ketika aku membeli keripikmu, mereka selalu merasa kekurangan dengan empat bungkus yang kubeli, jadi seharusnya mereka tidak keberatan kalau aku membeli enam bungkus," papar Reynand. Nuansa lalu melirik Taufan.

"Tentu aku berbohong, hahahaha. Baiklah, akan kubiarkan kalian berdua dulu, pasangan yang sedang di mabuk cinta seharusnya memiliki banyak waktu untuk berdua," ucap Taufan, ia lalu pergi ke ruangan lain.

Reynand kemudian merogoh sakunya dan mengambil dompetnya, pria itu lantas mengeluarkan selembar uang Rp. 100.000 dari dompetnya.

"Ini, jangan dikembalikan, kalau kau memberi kembaliannya padaku, aku akan bersumpah badanmu menjadi bau," ujar Reynand.

"Tapi-"

"Kau mau badanmu jadi bau dan kau dihindari semua orang?"

Nuansa lalu terkekeh. "Kau ini. Terima kasih."

"Sama-sama." Reynand ikut tertawa.

"Jadi, aku telah memikirkan sesuatu," sambung Reynand.

"Sepertinya setiap orang selalu berpikir, jika tidak, itu namanya otak sudah tidak berfungsi dan itu sama saja dengan 'selamat jalan'," kata Nuansa.

"Hahaha, aku tahu, yang kumaksud lain."

"Apa?" Nuansa bertanya sambil melemparkan sebuah senyuman.

"Aku sudah memutuskan untuk menemui orangtuamu untuk meminta restu dari mereka."

Senyuman di wajah Nuansa seketika pudar.

"Tidak apa-apa jika kau belum bisa mencintaiku, aku yakin, suatu saat nanti kau akan bisa mencintaiku, kau hanya butuh waktu dan proses, dan aku memahami hal itu. Tapi yang terpenting, kita harus mendapatkan izin dari orangtua kita dulu," jelas Reynand.

"Mmm, bagaimana dengan orangtuamu? Kau sudah meminta restu dari mereka? Aku rasa akan lebih bagus jika kau meminta restu dari mereka dulu."

"Jawabanmu! Apa itu artinya kau sudah membalas perasaanku padamu?!"

Nuansa terlihat bingung untuk menjawabnya, Reynand salah paham, gadis itu tetap tidak bisa mencintainya.

"Astaga, Nuansa! Akhirnya penantianku berakhir! Aku sudah tidak sabar untuk berada di pelaminan bersamamu!" lanjut Reynand.

"Engh, Reynand, tapi ..."

"Ok! Ok! Baiklah! Aku akan meminta restu pada orangtuaku dulu, baru aku akan menemui orangtuamu. Oooh kau tidak akan bisa membayangkan betapa bahagianya aku saat ini, sampai mungkin aku bisa menghabiskan enam bungkus keripik ini!" sela Reynand.

'Bagaimana ini? Bagaimana cara menjelaskan padanya kalau aku tidak bisa mencintainya dan mungkin tidak akan pernah bisa? Jika menjelaskan hal itu saja tidak bisa, lalu bagaimana aku akan menjelaskan kalau aku menolaknya?' batin Nuansa. Ia lalu hanya tersenyum melihat Reynand yang terlihat begitu bahagia.

avataravatar
Next chapter