21 Kacau

Nuansa, Bulan dan Vega tengah asyik mengobrol di ruang tamu ditemani oleh beberapa makanan ringan. Mereka sangat akrab untuk orang yang belum lama kenal.

Sementara itu Neptunus akhirnya pulang dan menyuruh Nuansa untuk bersiap-siap selama dirinya membersihkan badan, namun Nuansa sudah siap sejak beberapa menit yang lalu, jadi tidak ada masalah, gadis itu hanya perlu menunggu Neptunus.

Neptunus hanya butuh 5 menit untuk mandi dan berpakaian, ia lantas kembali lagi ke ruang tamu untuk mengajak Nuansa pergi, hal ini tentu saja membuat ibu, adik dan pacar sewaannya karena waktu yang dibutuhkannya untuk mandi dan berpakaian benar-benar hanya 5 menit.

"Ayo." Neptunus mengajak Nuansa.

"Huh? Sudah selesai? Cepat sekali," ujar Nuansa.

"Bagaimana caramu mandi? Kurasa tidak sampai lima menit yang lalu kau baru pulang," ucap Bulan.

"Mandi mandi asal siram saja, tidak perlu sampai lama-lama karena aku sudah mandi sebelum pergi kuliah tadi," kata Neptunus.

"Engh, baiklah, bibi, Vega, aku permisi dulu ya." Nuansa berpamitan.

"Kalian hati-hati di jalan, ya, kalian akan pergi menghadiri acara pesta ulang tahun Emma, kan?" tanya Bulan.

"Ya," jawab Neptunus.

"Aku harap tidak ada yang aneh-aneh di pesta itu."

"Apa maksud ibu?"

"Kau tahulah bagaimana Emma itu, ibu khawatir kalau pesta yang dibuatnya justru seperti sebuah klub."

"Kupikir itu tidak masalah, yang hadir semuanya sudah lebih dari 21 tahun, kecuali Nuansa yang tepat 21 tahun."

"Tapi yang seperti itu tetap tidak baik, nak."

"Kami tahu batasan kami, ibu."

"Huft, terserah kau saja."

"Ayo, Nuansa," ajak Neptunus.

"Ada apa sebenarnya? Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan," bisik Nuansa pada Neptunus.

"Ssssht, kepo," ujar Neptunus, Nuansa pun kemudian hanya bisa mendengus.

***

Dalam perjalanan menuju mall untuk membeli gaun bagi Nuansa, Neptunus dan Nuansa tidak lupa mengobrol di mobil.

"Jadi, seperti yang kau tahu, nama temanku ini adalah Emma, aku kurang menyukai karena dia banyak tingkah dan 'lasak' sebagai perempuan. Dia juga punya beberapa teman yang memiliki sifat yang sama dengannya, tapi dialah yang terparah menurutku, dia seperti kegatalan, entahlah, aku pun bingung bahasa apa yang cocok untuk menjelaskan sosoknya," ucap Neptunus.

"Mungkin maksudmu memuakkan?" ujar Nuansa.

"Bisa dibilang begitu, dia sombong karena dia adalah anak orang kaya, dia memaksa satu kampus datang ke acara pesta ulang tahunnya."

"Di mana dia mengadakan pesta itu?"

"Di rumahnya."

"Apa itu tidak akan menganggu kenyamanan penghuni rumah lain atau lingkungan tempatnya tinggal?"

"Tidak, seluruh anggota keluarganya sedang berada di Amerika untuk bisnis, dan rumah Emma tidak memiliki tetangga karena kemegahannya membuat rumah itu menghabiskan tanah yang sangat luas sampai rumah yang bisa berada di daerah itu hanya satu rumah."

"Wow, itu mengesankan."

"Tunggu sampai kau melihat Emma, kau pasti langsung jijik padanya."

"Lalu kenapa kau mau datang?"

"Sudah kubilang dia memaksa kami semua untuk datang bersama siapa saja, kau tidak tahu bagaimana dia kalau memaksa, hidup kita bisa dibuatnya menjadi tidak tenang karena paksaannya yang tidak ada hentinya."

Nuansa lalu hanya bisa menelan ludahnya.

"Jangan khawatir, kau tidak akan kenapa-kenapa di pesta itu, aku jamin," kata Neptunus, tampaknya ia paham dengan Nuansa yang takut dirinya ditindas nanti.

"Tapi aku hanyalah orang miskin, dia pasti akan mengusirku jika dia tahu bagaimana kehidupanku."

"Itulah kenapa aku ada bersamamu, jangan malu dan jangan takut, hanya orang kaya norak yang suka menindas orang karena kekayaan mereka."

Nuansa tersenyum mendekat ucapan Neptunus barusan, syukurlah walaupun dia menyebalkan, tapi hatinya baik, pikir Nuansa.

Keduanya akhirnya sampai di mall yang juga menjadi tempat Neptunus mereset ponselnya yang ia berikan pada Nuansa.

"Kita akan mengambil ponselmu dulu, ya," kata Neptunus.

"Terserah, aku ikut kau saja."

"Baiklah."

Neptunus dan Nuansa lalu masuk ke dalam mall tersebut dan pergi ke sebuah pusat perbaikan gadget yang sangat ramai. Nuansa membiarkan Neptunus yang mengurus semuanya karena ia tidak mengerti apapun.

"Ini." Neptunus memberikan ponsel yang sudah seperti baru lagi itu kepada Nuansa.

"Sudah ada kartu simnya, bahkan pulsanya juga sudah terisi, kau hanya tinggal memakainya saja," sambung Neptunus.

"Terima kasih," ujar Nuansa.

"Sama-sama. Sekarang, ayo kita pergi mencari gaun dan sepatu untukmu."

Nuansa lantas hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Neptunus. Mereka berdua lalu naik ke lantai 2 dan di sanalah toko bajunya berada. Toko itu cukup besar dan ramai, khusus untuk menjual pakaian wanita, jadi pengunjungnya kebanyakan wanita, walaupun ada beberapa yang berbelanja di sana bersama suami, pacar atau atau pun anaknya.

"Bisakah kau pergi saja? Di sini kebanyakan wanita, aku jadi tidak enak jika kau menemaniku berbelanja," bisik Nuansa pada Neptunus.

"Loh? Kenapa memangnya? Itu ada yang ditemani suami dan anaknya, yang itu ditemani pasangannya tapi tidak tahu ya pacaran atau sudah menikah, intinya kau tidak perlu merasa tidak enak, aku bukan laki-laki sendiri di sini," kata Neptunus.

"Tapi kau harus berjanji kalau kau harus bertingkah normal ya."

"Kapan aku menjadi tidak normal?"

"Grrh, sudahlah." Nuansa menjadi khawatir kalau Neptunus akan membuat kekacauan karena ia melihat ada beberapa pakaian dalam di sana. Gadis itu kemudian memutuskan untuk masuk sendirian ke dalam toko tersebut dan memilih pakaiannya sendiri. Neptunus menyusulnya di belakang, namun akhirnya mereka berpisah.

Nuansa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memilih-milih pakaian yang cocok untuknya, ia tidak mau memakai gaun yang ribet, jadi gadis itu pun memilih sebuah dress merah yang sangat cantik, namun dengan harga yang terjangkau.

Saat akan membayarnya di kasir, Nuansa baru sadar kalau dirinya kehilangan Neptunus yang seharusnya membayar dress itu, karena gadis itu pun tidak membawa uang.

"Sebentar ya," ucap Nuansa pada kasirnya, ia lantas berkeliling di toko itu dan mencari Neptunus.

Nuansa akhirnya menemukan Neptunus yang sedang bermain dengan seorang anak kecil laki-laki yang lepas dari pengawasan orangtuanya. Bukannya mengajak anak itu bermain hal yang positif atau mencari orangtuanya, Neptunus malah membuat anak tersebut tertawa dengan BH yang dipakainya di matanya.

Sontak saja Nuansa menjadi sangat malu karena Neptunus menjadi pusat perhatian para pengunjung tersebut dengan ulahnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Nuansa dengan nada yang pelan namun menggeram, ia juga mencubit pantat Neptunus yang tentu saja membuat Neptunus mengaduh kesakitan, hal ini juga semakin menambah kegelian anak kecil tersebut.

"Hei! Apa-apaan kau!" protes Neptunus.

"Kau memalukanku."

"Aku hanya menghibur anak ini, dia terlihat sangat sedih karena terpisah dari orangtuanya."

"Tapi jangan begitu juga menghiburnya!"

"Well, aku tidak kepikiran cara lain, ini darurat."

Nuansa benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Neptunus, ia sangat malu dengan hal ini dan kesal karena Neptunus bersikap seolah dia tidak bersalah dan malah mengembalikan BH tersebut.

'Kacau, kacau!' batin Nuansa.

avataravatar
Next chapter