24 Ihih, Sang Kepala Pembantu

Sudah lebih dari 20 menit Nuansa berdiri di halaman rumah Emma yang luas bersama mobil-mobil dan moge-moge teman-teman Emma. Gadis itu berdiri dengan high heelsnya selama 20 menit terakhir, jadi tentu saja ia mulai merasa pegal pada kakinya.

Nuansa lalu melihat ke langit dan menyadari kalau tidak lama lagi hujan akan turun, jadi ia pun berperang dengan dirinya sendiri.

'Aku masuk tidak, ya?' batinnya.

'Kalau aku masuk, aku hanya akan disambut oleh orang-orang mabuk, dan aku pasti akan dipaksa untuk mabuk juga.'

'Tapi toh mereka mereka hanya orang mabuk, mereka sedikit tidak waras, jadi seharusnya aku bisa menghindari mereka.'

'Tapi kalau aku masuk dan tiba-tiba merasa penasaran dengan alkohol, aku bisa mabuk nanti.'

'Untuk apa aku penasaran? Alkohol itu tidak bagus, aku tidak perlu merasa penasaran dengannya.'

'Tapi di dalam itu bagaimana, ya?'

'Ah, sudahlah, tinggal masuk saja kok repot.' Nuansa lantas masuk ke dalam rumah Emma. Rumah itu sama besarnya dengan rumah Neptunus, namun Nuansa juga butuh waktu untuk beradaptasi agar hafal dengan setiap sudut dari rumah besar seperti ini.

"Oh, jadi mereka berpesta di sana," gumam Nuansa saat ia melihat halaman belakang yang hanya dibatasi kaca transparan dengan dalam rumah.

Nuansa melihat pintu halaman belakang, ia paham kalau dirinya hanya perlu melewati pintu itu untuk bergabung dengan mereka yang sedang berpesta. Tapi Nuansa memutuskan untuk tidak pergi ke halaman belakang dan mencari ruang tamu, jadi ia melihat satu persatu ruangan yang ada di rumah Emma.

Tidak banyak ruangan yang terdapat di lantai 1, hanya ada ruang makan, dapur dan ruang tamu. Nuansa pertama mendatangi ruang tamu, namun di sana ada beberapa teman Emma yang tertidur karena mabuk, atau bahkan masih ada yang sadar tapi begitulah, dalam keadaan mabuk.

Gadis itu mengurungkan niatnya untuk beristirahat di ruang tamu, jadi ia mencari ruangan lain di lantai 1, dan menemukan ruang makan yang ditutup karena sedang tidak dipakai. Nuansa bisa tahu kalau itu adalah ruang makan karena pintunya terbuat dari kaca transparan, persis seperti kaca besar pembatas halaman belakang dan rumah.

Pintunya tidak dikunci, tapi ia tidak berani masuk karena takut dianggap lancang, terlebih lagi rumah Emma berbeda dengan rumah Neptunus, di sini CCTV di mana-mana, sedangkan rumah Neptunus hanya memiliki 3 buah CCTV di lantai 1, lantai 2 dan halaman depan.

Ia pun kemudian memutuskan untuk mencari ruangan lain. Ruangan terakhir di lantai 1, terletak paling ujung dari pintu masuk, dekat dengan tangga menuju lantai 2. Ya, design rumah Emma pada lantai 1 memang hanya berbentuk lorong panjang dengan tangga di ujung, 3 ruangan di sebelah kiri, dan halaman belakang di sebelah kanan yang dipisahkan dengan lantai 1, dipisahkan oleh pembatas yang terbuat dari kaca.

Nuansa lalu masuk ke dapur dan mendapati seorang perempuan tua dengan piyama sedang minum air putih. Gadis tersebut pun mengetuk pintu dapur sebelum ia dipersilakan masuk. Perempuan tua itu langsung menyelesaikan kegiatannya dengan cepat.

"Bibi, boleh aku masuk?" tanya Nuansa.

"Silakan, Nona, silakan," ujar si perempuan tua. Nuansa pun lantas masuk dan duduk di sebuah kursi yang ada di situ, ia juga melepaskan high heelsnya.

"Mau saya buatkan minum, Nona?" tanya si perempuan tua yang sepertinya adalah pembantu Emma.

"Tidak usah, Bibi, aku sedang tidak haus," tolak Nuansa.

"Oh, baiklah. Kenapa Anda pergi dari pesta?"

"Aku bahkan tidak bergabung."

"Huh? Anda ini siapa? Saya belum pernah melihat anda sebelumnya."

"Aku pacar barunya Neptunus, aku bahkan belum mengenal Emma, seharusnya aku mengenalnya hari ini, di pesta ini, tapi aku tidak menduga kalau pesta ulang tahunnya seperti ini, jadi aku memutuskan untuk tidak bergabung dengan mereka dan pergi ke sini saja."

"Begitu ya. Saya Ihih, kepala pembantu di sini."

"Ihih?"

"Ya."

'Apa dia saudara jauh bibi Haha, Hihi, Hehe, Huhu dan paman Hoho?' batin Nuansa.

"Engh, aku Nuansa, bibi, salam kenal. Maaf aku duduk seperti ini karena merasa pegal setelah cukup lama berdiri menggunakan high heels ini," ucap Nuansa yang merasa tidak enak hati.

"Tidak apa, Nona." Ihih lalu duduk di kursi lain yang juga ada di dapur itu.

"Bibi Ihih menggunakan piyama seperti ini, apakah bibi ingin tidur?" tanya Nuansa.

"Ya, saya sebenarnya sudah tidur tadi, tapi terbangun karena musik keras itu dan tiba-tiba merasa haus, jadi saya pergi ke dapur untuk minum," jawab Ihih.

"Bibi tidur?"

"Ya."

"Apa Emma tidak dimarahi orangtuanya karena menggelar pesta seperti ini?"

"Tidak, ini sudah biasa. Kami para pembantu selalu pergi tidur jika nona Emma mengadakan pesta di rumah ini."

"Kenapa?"

"Ya karena kami tidak akan memiliki pekerjaan lagi, mereka berpesta dari malam sampai tengah malam, kami tidak perlu menunggu mereka selesai berpesta, besok pagi kami harus bangun sangat pagi, jadi, ya, kami akan mengantuk besok pagi jika kami menunggu pesta ini selesai."

"Oooh."

"Nona Nuansa kenapa tidak ikut bergabung dalam pesta? Baru ini pacar tuan Neptunus ada yang tidak mau bergabung dalam pesta."

"Ya, aku tidak terbiasa dengan alkohol, dan aku tidak menyukainya."

"Begitu rupanya."

"Ya, itu tidak baik, kan?"

"Betul, tapi bagi nona Emma dan teman-temannya, itu biasa."

"Kelihatan memang seperti itu."

"Apa Emma tidak pernah menggelar pesta yang 'lebih sehat' untuk ulang tahunnya?" tanya Nuansa.

"Dulu pernah, tapi sejak ulang tahunnya yang ke-18, nona Emma selalu membuat pesta seperti ini untuk ulang tahunnya," jawab Ihih.

"Kenapa orangtuanya tidak melarangnya?"

"Hal seperti ini biasa dilakukan oleh orang Barat, dan mereka cukup sering berada di Amerika, jadi mereka hidup seperti orang sana juga."

"Oooh, pantas saja."

"Bagi kita orang Timur yang hidupna sebagaimana orang Timur kebanyakan, hal seperti ini cukup aneh, kan?"

"Ya, bagiku ini tidak wajar."

"Hahaha."

"Tidak bisakah mereka mengganti alkohol dengan minuman yang lebih sehat?"

"Entahlah, saya juga tidak mengerti."

"Hmmm." Nuansa lalu berpikir.

Ihih terlihat sangat mengantuk, ia menguap berkali-kali saat Nuansa entah memikirkan apa.

"Nona, saya tidur dulu, ya," kata Ihih.

"Oh, iya, Bibi," ujar Nuansa.

"Maaf saya tidak bisa menemani nona di sini."

"Tidak apa."

"Bibi, aku minta gula tiga kilo, ya?" lanjut Nuansa. "Sama aku pinjam blender."

"Untuk apa?" tanya Ihih.

Nuansa lantas berbisik pada Ihih.

"Anda yakin?" Ihih memastikan.

"Lihat saja," ucap Nuansa.

"Baiklah, terserah anda saja. Rumah ini memiliki persediaan gula yang banyak, jadi saya rasa kalau anda memakai gula tiga kilo tidak masalah."

"Terima kasih, Bibi!"

Ihih lalu tersenyum. 'Dia sangat berbeda dari yang lain, kuharap gadis sepertinya masih banyak di dunia ini,' batin Ihih.

"Saya masuk ke kamar dulu, ya, nona," kata Ihih.

"Baiklah, selamat tidur, bibi," ucap Nuansa.

avataravatar
Next chapter