39 Eugene

Saat matahari sudah terbenam, Huhu dan Hehe langsung sibuk mempersiapkan meja makan di ruang makan, lebih tepatnya mereka mempersiapkan ruang makan beserta seluruh isinya.

Nuansa masuk ke ruang makan saat Huhu dan Hehe sedang mempersiapkan ruangan tersebut.

"Wah, kalian membuat ruangan ini menjadi cantik sekali," puji Nuansa.

Huhu lantas menoleh ke Nuansa. "Ya, beginilah, hanya sesederhana ini yang diinginkan Nyonya Bulan," ucap Huhu.

"Tapi kalian membuat sesuatu yang sederhana menjadi sangat mewah."

"Ah kau ini, bisa saja."

"Serius, aku jadi semakin tidak sabar untuk menyambut paman Eugene."

Beberapa detik kemudian Neptunus juga muncul di ruangan itu.

"Eh, semuanya sudah hampir siap, ya?" kata Neptunus.

"Tentu saja, kau saja yang dari tadi entah melakukan apa di kamarmu," ujar Nuansa.

"Aku punya tugas kuliah."

"Benarkah?"

"Ya."

"Hmmm."

"Yasudah kalau tidak percaya."

"Baiklah, baiklah, aku percaya."

"Di mana ibuku?"

"Di ruang tamu, ibumu sudah sangat tidak sabar untuk menyambut paman Eugene sama seperti aku."

"Dia tidak menjemputnya?"

"Menjemput siapa?"

"Eugene."

"Hei, paman Eugene, dia lebih tua darimu, kau harus sopan memanggilnya."

"Itu menjijikkan."

"Kau ini! Diajari sopan santun kok malah jijik?"

"Aku tidak terbiasa memanggilnya dengan sebutan 'Paman'."

"Astaga, jadi selama ini kalau kau memanggilnya, kau hanya menyebut namanya saja?"

"Ya."

"Ck, ck, ck. Bibi Bulan tidak memarahimu?"

"Ibu memarahiku untuk sekitar 200 kali di saat-saat aku memanggil Eugene hanya dengan namanya saja, selebih itu, itu belum marah lagi padaku tentang masalah itu."

"Ya ampun Neptunus."

"Sudah ah. Kenapa ibuku tidak menjemput Eugene?"

"Paman Eugene bilang dia akan datang sendiri ke ke sini nanti, tidak usah dijemput karena dia tidak ingin merepotkan kita."

"Hm, baguslah kalau dia paham jika dirinya hanya bisa membuat orang lain kerepotan."

"Dia Detektif, dia membantu meringankan kerepotan orang, jadi katakan itu pada dirimu sendiri."

"Terserah kau saja."

Tiba-tiba muncul Vega yang berlari menuju pintu depan.

"Paman Eugene! Paman Eugene!" seru Vega dengan wajah penuh kegembiraan, ia terlihat sangat antusias untuk menyambut kedatangan Eugene, sampai-sampai dirinya berlari sekencang itu tadi.

"Ada apa dengannya?" tanya Nuansa pada Neptunus.

"Entahlah, mungkin dia kesurupan."

"Ih! Kau ini! Tidak bisa diajak serius apa?! Nanti kalau adikmu kesurupan betulan bagaimana?! Dia mengatakan 'Paman Eugene', 'Paman Eugene' tadi, itu artinya paman Eugene sudah sampai. Aku akan menyusulnya dulu."

"Nah itu kau tahu, kalau kau tahu, tidak perlu kau bertanya padaku lagi, apa lagi aku tidak tahu apa-apa."

"Iya!" Nuansa lantas berlari mengejar Vega, namun ketika ia baru melewati ruang tamu, Bulan yang tampaknya sadar dengan apa yang dilakukan putrinya pun keluar dari dalam ruang tamu dan berpapasan dengan Nuansa.

"Nuansa!" panggil Bulan.

"Bibi?!" ucap Nuansa yang sedikit terkejut.

"Apa yang terjadi? Kenapa Vega lari-lari seperti itu?"

"Paman Eugene datang!"

"Benarkah?!"

"Ya!"

Keduanya lantas menyusul Vega yang sudah membuka pintu depan. Sesampainya di pintu depan, Nuansa dan Bulan lalu sama-sama tersenyum lebar seperti Vega, senyum lebar mereka menunjukkan warna gigi, mereka yang berbeda-beda, ok ini tidak perlu dibahas.

"Dia datang, dia datang," bisik Vega pada ibunya dan Nuansa. "Jantungku berdebar sangat kencang sekarang, aku sudah tidak sabar untuk menceritakan padanya bagaimana aku bisa menemukan guru menyebalkanku itu," lanjutnya.

"Aku ingin menanyakan banyak sekali hal padanya," ujar Nuansa.

"Aku juga," kata Bulan.

Dari belakang, Neptunus melihat mereka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Beberapa detik kemudian, muncullah sosok Eugene yang tampaknya sangat digilai. Pria dewasa itu berjalan santai menuju rumah Bulan. Ia tinggi dan putih, Eugene juga murah senyum, terbukti dari saat dirinya melihat Bulan, Vega dan Nuansa, ia melemparkan senyuman pada mereka. Tampangnya juga rupawan dan terlihat sangat dewasa.

"Halo," sapa Eugene saat ia sampai di pintu depan.

"HALONAMAKUNUANSAAKUSANGATINGINBERTEMUDENGANMUYATUHAN!" seru Nuansa begitu Eugene menyapa ia, Bulan dan Vega tadi.

"Nuansa?" tanya Eugene.

"Dia pacarnya Neptunus," ucap Bulan.

"Oooh, ok, salam kenal, namaku Eugene, Neptunus biasanya memanggilku begitu saja, tapi Vega memanggilku dengan sebutan 'paman', jadi, terserah kau saja kau ingin memanggilku bagaimana, aku tidak mengaturmu." Mata Eugene lantas tertuju pada Vega. "Kau sudah sangat besar sekali," ujar Eugene pada adik Neptunus itu.

Vega kemudian tersenyum. "Senang bisa bertemu denganmu lagi, paman!" ujar Vega.

"Ayo kita masuk ke dalam dulu," ajak Bulan, mereka berempat lantas masuk ke dalam dan berjalan menuju ruang tamu, Neptunus sudah tidak ada ketika keempatnya masuk.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Eugene pada Nuansa, sebab gadis itu tak berhenti menatapnya dengan tatapan takjub.

"Dia penggemar beratmu," bisik Bulan.

"Benarkah?" Eugene memastikan.

"Ya ... Aku selalu takjub pada seorang Detektif, mereka sangat keren, dan menjadi salah satu kehormatan bagiku karena bisa bertemu dengan salah satu Detektif yang sangat keren," kata Nuansa.

"Hahaha, padahal kita baru beberapa menit kenal, tapi kau sudah sebegitunya padaku."

"Kurasa itu kesan pertama."

"Syukurlah kau punya kesan pertama yang baik padaku."

"Jadi ... Kau sudah berapa lama menjadi seorang Detektif?"

"Hei, kita makan dulu, baru banyak mengobrol," ucap Bulan, mereka memang sudah sampai di ruang makan dan semua makanan sudah tersaji, bahkan Neptunus ada di sana, duduk di salah kursi dengan senyuman terbaiknya, ia terlihat mengerikan dengan senyumannya, sama seperti waktu dirinya datang ke rumah Nuansa pada pukul 03:00 untuk membantu Arfan memanen singkong.

"Kenapa dia tersenyum seperti itu?" bisik Vega pada Nuansa.

"Entahlah," ucap Nuansa.

"Hei, kau terlihat sangat baik," ujar Eugene pada Neptunus.

"Maksudmu dulu aku terlihat seperti orang gila?" tanya Neptunus, senyumannya menghilang saat ia menanyakan hal tersebut.

"Ada baiknya kita tidak membahas itu, kan?"

"Argh, kau memang selalu seperti itu, bilang saja kau takut jika amarahku meledak."

Eugene dan Bulan lantas saling melirik, keduanya juga terkekeh kecil.

Haha, Hihi, Huhu, Hehe dan Hoho kemudian datang ke ruang makan, kelimanya memberikan ucapan selamat datang pada Eugene. Eugene memberikan pelukan hangat pada Haha, Hihi, Huhu dan Hehe yang bahkan tidak diberikannya pada Bulan atau Vega.

Setelah menyambut Eugene, saudara kembar 5 tersebut pun pergi dari ruang makan.

"Tidak banyak yang berubah sejak terakhir kali aku datang ke sini, ya?" ujar Eugene saat Bulan mempersiapkan piring untuknya, pria itu lalu menatap Nuansa yang tak berhenti menatapnya dengan perasaan takjub.

"Kecuali mungkin gadis ini. Aku suka padamu, Nuansa, sepertinya kita akan cocok dan terjebak dalam obrolan panjang," sambung Eugene.

"Senang bisa mendengar kesan pertamamu padaku yang sangat baik," ucap Nuansa.

"Dia pandai memainkan perasan orang, dia selalu punya kesan baik pada setiap orang yang baru dikenalnya, awas tertipu," kata Neptunus pada Nuansa.

"Setidaknya dia tidak menanyakan ukuran BH orang di perkenalan dan pertemuan pertamanya dengan seorang perempuan," sindir Nuansa. Sindirannya ini sontak saja membuat Eugene, Bulan dan Vega menjadi bingung, ketiganya bahkan memasang wajah heran yang konyol.

"Apa maksudmu?" tanya Eugene.

"Dia membahas tentang temannya yang mesum dan menyebalkan," kata Neptunus.

"Yah, teman," ucap Nuansa.

"Kau yakin?" Eugene memastikan pada Nuansa.

"Kau Detektif, kau paham sedikit tentang kejujuran, jadi kurasa kau sekarang tahu apa aku jujur atau tidak," jawab Nuansa.

Mendengar jawaban Nuansa barusan, Neptunus kontan saja menatapnya dengan tajam.

'Gadis ini ingin memancing amarahku,' batin Neptunus.

"O-ok ..." ujar Eugene.

avataravatar
Next chapter