98 Dukungan Arfan

"Jadi ... bagaimana makan malammu dengan Neptunus?" tanya Durah pada Nuansa yang saat ini sedang sisiran, Nuansa memang selalu menyisir rambutnya saat akan tidur, itu sudah menjadi kebiasaannya selain mengobrol dengan kedua orangtuanya lebih dulu sebelum tidur.

"Biasa saja bagiku, tapi entah kenapa baginya itu luar biasa sekali," jawab Nuansa.

"Mungkin karena dia belum rela untuk mengakhiri kontrak kalian," Arfan menimpali.

"Entahlah, rela ataupun tidaknya dia, kontrak kami memang harus di akhiri karena dia akan sangat sibuk, rugi saja dia terus-terusan menggajiku, kan?" kata Nuansa.

"Memang iya, tapi ini kan menyangkut perasaan pribadi dia kepadamu."

"Apa maksud Ayah?"

Arfan dan Durah lalu saling melirik.

"Ah ... entahlah," ucap Arfan seraya menyengir. Nuansa kemudian menoleh ke Ibunya, namun Ibunya juga malah ikut-ikutan menyengir.

'Ada apa dengan Ayah dan Ibu?' batin Nuansa.

"Ngomong-ngomong, Ayah, Ibu, aku belum menceritakan kepada Ayah dan Ibu kan tentang kejadian besar yang terjadi hari ini?" ujar Nuansa.

"Kejadian besar?" kata Durah.

"Ya ... tentang kehebohan di kampus Neptunus."

"Huh?"

Nuansa lantas menjelaskan tentang drama di kampus Neptunus, di mana Emma menyebarkan rekaman suara yang telah dimanipulasi, lalu Finn memutuskan hubungannya dengan Gladys, lalu Neptunus dan Gladys sama-sama memiliki nama yang jelek. Intinya, Nuansa benar-benar menceritakan semuanya, benar-benar semuanya.

"Menurut Ayah dan Ibu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Nuansa.

"Apa?" Durah malah bertanya balik.

"Tentang mencuri rekaman itu dari Emma, apa menurut Ayah dan Ibu aku harus melakukannya?"

"Itu adalah tindakan yang sangat beresiko dan berbahaya, Ayah akan setuju dengan pendapat Neptunus dan Gladys dalam permasalahan ini, dan sebaiknya kau fokus pada kehidupanmu sendiri saja dulu, tidak usah kau pikirkan mengenai hal itu, hidupmu juga memiliki banyak masalah," kata Arfan.

"Aku tahu, Ayah, tapi Gladys itu temanku, dia yang paling dekat denganku, bisa kusebut dia sebagai sahabatku, aku tidak mau orang-orang membencinya gara-gara hal yang tidak benar, Gladys tidak melakukan apa-apa, dia benar-benar korban, dia tidak salah apapun, dan pasti akan menyakitkan berada di posisinya, aku tidak mau membiarkan hal ini menjadi berlarut-larut," ucap Nuansa.

"Tadi kau mengatakan bahwa berpikir kalau Neptunus dan Gladys ada benarnya, makanya kau tidak melanjutkan perdebatanmu dengan mereka, jadi kenapa sekarang kau merasa ragu-ragu begitu?" tanya Durah.

"Entahlah, Ibu, aku hanya ... entahlah," jawab Nuansa.

"Sudahlah, sebaiknya kita tidur saja, jangan memikirkan dan berniat untuk melakukan hal yang tidak-tidak," kata Arfan.

"Ya, kau pasti sangat lelah, kau butuh istirahat," ujar Durah pada Nuansa. Nuansa hanya diam, dan tak lama kemudian, mereka bertiga akhirnya masuk ke kamar dan tidur.

Namun di kamarnya, Nuansa tidak bisa tidur. Sudah sekitar satu jam setengah dia berusaha untuk tidur, tetapi tetap tidak bisa. Gadis itu lantas melihat jam di ponselnya, ternyata sudah pukul 23:30.

Nuansa kemudian keluar dari kamarnya dan melihat ke pintu kamar orangtuanya yang tertutup, dia lantas mendengar suara dengkuran dari dalam kamar itu, yang artinya kedua orangtuanya sedang tertidur pulas sekarang. Nuansa lalu kembali ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian, menjadi pakaian yang serba hitam.

Gadis tersebut juga mengikat rambutnya dan memakai masker kain berwarna hitam, tak lupa Nuansa mengantongi ponselnya, dan dia pun lantas keluar dari dalam kamarnya dengan langkah yang penuh dengan kehati-hatian. Nuansa juga selalu melihat ke belakang setiap 3 detik sekali untuk memastikan bahwa orangtuanya tidak terbangun, tetapi justru hal itu membuatnya salah melangkah, karena terlalu berhati-hati, Nuansa secara tidak sengaja menabrak pintu, dia tidak sadar bahwa dirinya sudah berada di depan pintu karena terlalu sering melihat ke belakang.

Hal itu tentu saja membuat suara kebisingan yang berhasil membuat suara dengkuran dari dalam rumah itu berhenti, di saat itu juga Nuansa menyadari bahwa salah satu dari orangtuanya terbangun, dan besar kemungkinan bahwa yang terbangun adalah Arfan.

Dengan cepat, Nuansa keluar dan berlari dengan sangat kencang dengan bertelanjang kaki, tak lupa dia juga menutup pintu rumahnya sebelum berlari sekencang-kencangnya, hanya untuk berjaga-jaga jika seandainya orangtuanya sebenarnya tidak terbangun.

Jalanan sudah sangat sepi dan sunyi di daerah rumah Nuansa, benar-benar sangat membantu Nuansa untuk bisa lari secepatnya, tetapi meskipun begitu, Nuansa tetap berhati-hati, karena bisa saja ada kendaraan yang tiba-tiba lewat, seperti truk misalnya, yang memang kebanyakan berkeliaran pada malam hari.

Setelah berlari cukup jauh, Nuansa tentu saja merasa lelah, jadi dirinya memutuskan untuk berhenti sejenak untuk beristirahat. Gadis itu duduk, bahkan tiduran di jalan yang memang hanya dilintasi satu atau dua kendaraan, dilihatnya jam di ponselnya yang sudah menunjuk ke pukul 12 lewat.

Sudah lebih dari 15 menit gadis tersebut berlari, dan dia bahkan belum setengah jalan menuju tujuannya.

Setelah merasa cukup untuk beristirahat, Nuansa lantas berdiri dan kembali berlari sekencang-kencangnya, selama satu jam lebih, dia berlari dan berhenti sesekali, hingga akhirnya, Nuansa sampai di tempat tujuannya: perumahan tempat rumah Emma berada.

Nuansa belum benar-benar berada disitu, dia masih berada sekitar 50 meter dari perumahan itu. Gadis tersebut kemudian menarik napas panjang, dia sudah berlari sejauh 7 km selama satu jam lebih, dan hal itu sukses membuat kedua kakinya terasa mau patah sekarang.

Dia bukan pelari, bahkan berlari saja jarang, jadi tentu saja untuk menempuh jarak sejauh itu dalam waktu satu jam lebih akan membuat kedua kakinya terasa benar-benar pegal, bahkan Nuansa duduk lagi di jalan tatkala dirinya menarik napas panjang di 50 meter dari perumahan tempat rumah Emma berada.

Setelah ini, dia masih harus menghadapi sekitar 3-4 Satpam di perumahan itu sesuai dengan informasi dari Thomas, jadi bagian tersulitnya baru akan dimulai sekarang. Nuansa lantas melihat jam di ponselnya lagi, dan ternyata ini sudah jam setengah dua lebih. Udara terasa dingin, tetapi untungnya pakaian Nuansa terbuat dari kain yang bawaannya akan tubuhnya terasa panas, jadi Nuansa tidak terlalu merasakan dinginnya udara dini hari ini.

Gadis tersebut lalu berdiri, dia sudah cukup lama beristirahat, dan rumah Emma sudah dekat, jadi tentu saja dia akan melanjutkan semua ini, tapi tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.

"Nuansa!"

Sontak saja Nuansa menoleh ke belakang usai mendengar panggilan itu.

"Ayah?" ucap Nuansa saat ia melihat ke belakang, ternyata Arfan mengejarnya.

"Nak, apa yang kau lakukan?" tanya Arfan.

"Seharusnya aku yang bertanya pada Ayah, apa yang Ayah lakukan?" Nuansa malah bertanya balik.

"Nuansa-"

"Jika Ayah memintaku untuk kembali, maka maaf Ayah, aku sudah berlari sejauh ini, tujuanku sudah di depan mata, dan aku tidak akan mundur," Nuansa menyela Arfan yang terlihat benar-benar lelah.

"Dengar ..." Arfan bahkan kesulitan berbicara karena ritme napasnya tidak beraturan.

"Ayah, tolonglah, aku tidak mungkin menyetujui pendapat Neptunus dan Gladys begitu saja, mereka yang sedang dalam masalah, dan sudah pasti mereka tidak ingin membuatku berada di posisi yang sulit, tapi aku tidak merasa bahwa aku akan berada di dalam posisi yang sulit, maksudku ... mengertilah dengan pemikiranku, aku-"

"Nuansa, cukup."

"Ayah-"

"Ayah akan membantumu."

"Apa?!"

"Kau sangat keras kepala dan benar-benar sangat niat untuk melakukan semua ini, entah bagaimana sebenarnya jalan pikiranmu, tapi ... ketahuilah bahwa Ayah dan Ibu sebenarnya tidak ingin kau melakukan ini, tapi kau ..."

"Aku tidak akan mengecewakan siapapun."

Arfan lalu terdiam sesaat. "Entah Ayah harus bangga padamu atau bagaimana, yang jelas hal ini akan sangat diingat oleh banyak orang, entah dalam pendapat yang buruk ataupun yang baik."

"Aku tahu itu. Terima kasih karena mau membantuku, Ayah. Aku bahkan tidak menyangka kalau Ayah bakal mau menyusulku sampai sejauh ini."

"Tidak ada satupun Ayah yang sanggup membiarkan putrinya sendirian melewati bahaya."

Nuansa lantas tersenyum.

"Beristirahatlah dulu, stabilkan ritme napas Ayah, fisik Ayah jauh lebih lemah dariku, Ayah harus mengambil waktu yang lebih banyak dariku untuk beristirahat," ucap Nuansa.

avataravatar
Next chapter