9 Dibalik Kemesumannya

"Jadi, bibi, sepertinya keluarga kalian sangat menyukai ruang angkasa, ya? Sebab ketika aku mendengar nama kalian, yang terlintas di pikiranku justru langit malam," ucap Nuansa pada Bulan.

"Hahaha, begitulah, orangtuaku dan orangtua mendiang ayahnya Neptunus sangat menyukai dunia astronomi, dan kebetulan hal itu menurun ke aku dan mendiang ayahnya Neptunus, bahkan namanya adalah Jupiter, sementara aku Bulan, hahaha."

"Itu sangat menarik."

"Hahaha. Hmm, bagaimana kau bisa bertemu dengan Neptunus? Dan sudah berapa lama kalian menjalin hubungan? Neptunus tidak pernah menceritakan apapun tentang dirimu kepadaku," tanya Bulan.

Baru saja Nuansa akan menjawab, Neptunus langsung mendahuluinya. "Ibu, ini sudah jam berapa? Ibu harus berangkat ke kantor."

"Oh, astaga! Aku terlalu menikmati pembicaraan kita yang ditemani oleh keripik singkong ini. Neptunus, besok bawa dia ke sini lagi, ibu belum puas berbicara dengannya, nanti ibu akan mengosongkan sedikit jadwal ibu untuk besok demi Nuansa, gadis ini sangat menarik," ujar Bulan.

"Nanti kita bisa berbicara lagi, kan? Malam atau sore," usul Nuansa.

"Aku pulang pada pukul delapan, kau bakal pulang terlalu malam jika kau ada di sini lagi mulai jam delapan malam, kasihan orangtuamu, lagi pula kau adalah anak gadis, tidak baik pulang terlalu malam," kata Bulan.

"Ok. Kalau begitu, sampai jumpa besok ya, bibi."

"Baiklah." Bulan lalu menghampiri mobilnya dan langsung pergi ke kantor.

"Itulah ibu sibukku, dia selalu sibuk sehingga untuk beberapa tahun belakangan ini aku tidak terlalu mengenalnya, selain karena aku selalu pulang larut malam memang, hahaha," ucap Neptunus pada Nuansa.

"Tapi dia adalah wanita yang luar biasa, dan ibumu itu benar-benar orang yang baik." Nuansa memuji Bulan melalui Neptunus.

"Ya, aku saja terkejut melihatnya bisa dengan begitu mudah menerimamu."

"Kemungkinan karena dia sudah bosan dengan kau yang selalu memacari gadis-gadis manja."

"Manja tapi berisi, tidak rata."

Nuansa sontak mebelalakkan matanya lebar-lebar dan secara spontan menutup dadanya menggunakan kedua tangannya. "Neptunus!!!" seru Nuansa.

"Apa? Aku tidak menyinggung soal BH dan dada lagi," ucap Neptunus dengan santainya.

"Tapi kau menyindirku! Aku tidak rata-rata sekali asal kau tahu saja!"

"Benarkah? Mana? Coba aku lihat."

Nuansa lantas menampar Neptunus dan pergi masuk ke dalam mansion. Neptunus tertawa geli dengan semua itu, ia lalu menghampiri gadis tersebut.

"Jangan marah, aku hanya bercanda, lagi pula aku tidak tertarik melihat punyamu," ujar Neptunus, namun Nuansa memilih cuek, sebab jika ia meladeninya, maka Neptunus akan semakin menjadi-jadi.

"Hei, apa kau tahu kenapa namaku itu Neptunus?" tanya Neptunus yang berusaha membuat suasana antara dirinya dan Nuansa kembali mencair.

"Tentu saja karena orangtuamu suka dengan hal-hal berbau ruang angkasa! Aku tidak sebodoh itu meskipun SMPku tidak selesai!" jawab Nuansa.

"Maksudku tentang alasan kenapa mereka memilih nama planet itu untuk namaku?"

"Kenapa?"

"Karena jika di Bumi ini ketika hujan yang turun adalah air, maka di Neptunus yang turun ketika hujan adalah berlian."

"Lalu?"

"Jadi orangtuaku ingin aku menjadi seperti berlian-berlian itu."

"Hm?"

"Ya, berharga seperti berlian.

Memiliki harga jual yang mahal seperti berlian.

Bersih bening seperti berlian.

Disukai oleh banyak orang seperti berlian.

Dijaga dengan baik ketika sudah dimiliki oleh orang seperti berlian.

Dan diinginkan oleh banyak orang-"

"Seperti berlian. Lalu kenapa namamu bukan Berlian saja?" Nuansa menyela Neptunus.

"Tidakkah itu akan terdengar seperti banci? Kecuali jika aku perempuan."

"Ok, aku mengerti."

"Lagi pula itu akan menghilangkan simbol keluargaku yang menyukai hal-hal berbau ruang angkasa."

"Dan akhirnya jadilah namamu Neptunus, walaupun sebenarnya agak jauh ya makna yang mereka inginkan dari namamu."

"Hahaha, begitulah."

Suasana lalu kembali menjadi hening.

"Hei, kenapa kau tidak dekat dengan keluargamu?" tanya Nuansa.

"Hmm, begini," kata Neptunus sembari berhenti berjalan, Nuansa lantas ikut-ikutan berhenti.

"Aku memiliki seorang adik perempuan, dan kami adalah dua bersaudara. Kami termasuk ayahku sangat bahagia ketika aku dan Vega adikku masih kecil, tapi kebahagiaan itu hilang ketika sebuah tragedi memilukan terjadi pada keluargaku," papar Neptunus, Nuansa fokus mendengarkan.

"Ketika ayah dan ibuku sedang dalam perjalanan pulang seusai makan malam romantis mereka dalam rangka merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang kesepuluh, mereka dirampok dan diculik oleh sebuah geng motor yang beranggotakan sembilan orang, untungnya orangtuaku memperkerjakan beberapa pembantu di rumah kami, jadi ketika mereka diculik selama beberapa hari, ada yang mengurus kami."

"Ketika seisi rumah kami khawatir dengan orangtuaku yang tak kunjung pulang, sebuah telepon masuk dari pemimpin kelompok itu, menambah rasa kekhawatiran kami. Dia meminta uang tebusan sebesar sepuluh miliar Rupiah agar ayah dan ibuku bisa merasakan kebebasan lagi, kepala pembantu di sini menyetujui hal itu, dia mengambil alih peran ayahku sebagai pemimpin di sini saat itu, dan dia meminta bantuan Polisi selama proses pertukaran, aku dan Vega ada di sana ketika kami dan para Polisi bertemu dengan salah satu anggota geng motor itu, dia terlihat membawa dua orang yang wajahnya ditutupi dengan kain yang awalnya kami kira sebagai orangtuaku, tapi ternyata bukan, dua orang itu juga anggota geng motor itu," sambung Neptunus.

"Kalian ditipu," lirih Nuansa.

"Ya, mereka bertiga berhasil lolos dengan uang sepuluh miliar itu, kemudian kami dan para Polisi kehilangan kontak dengan geng motor itu, yang artinya kami juga kehilangan kabar dari orangtuaku, kepala pembantu di sini saat itu bersama dengan Polisi akhirnya meminta bantuan seorang Detektif, dan dari situ kasusnya selesai. Detektif itu meminta kami agar kasus itu tidak terlalu jadi konsumsi publik agar geng motor itu bisa bergerak secara bebas, dan benar saja, Detektif itu berhasil menemukan lokasi ayahku yang terpisah dari ibuku. Beberapa anggota geng motor itu berusaha merebut ayahku lagi agar bisa semakin memeras kami, dan di situ insiden berdarahnya dimulai, para Polisi dan geng motor itu terlibat aksi saling tembak dan berakhir dengan kematian ayahku yang terkena peluru nyasar. Ayahku sempat memberitahu keberadaan ibuku sesaat sebelum dia pergi untuk selamanya, dia memohon kepada semua orang untuk menemukan dan melindungi ibuku, aku dan Vega ada di sana saat itu, kami menyaksikan bagaimana ayah kami bernapas untuk terakhir kalinya."

"Dan kalian berhasil menemukan bibi Bulan."

"Benar, dan pada akhirnya setiap anggota dari geng motor itu dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, kecuali ketuanya yang dijatuhi hukuman mati dan sudah di eksekusi tiga tahun lalu. Ibuku lalu menata ulang semua yang ada, dia melanjutkan bisnis yang ayahku telah bangun sejak lama yang membuat hidup kami jauh dari kata kesulitan, dan dia melakukannya sampai sekarang. Bagian paling menyedihkan bagiku adalah saat ibuku merasa bahwa Detektif itu adalah pelindungnya sekarang, mereka menjalin hubungan yang serius sejak kasus itu selesai, sampai sekarang, dan hal itu yang mendasariku untuk malas berada di rumah karena aku agak kecewa pada ibuku, aku merasa kalau ayahku sudah dikhianati, tapi orang-orang berpendapat lain, mereka bilang itulah yang diinginkan ayah, sementara aku merasa sedih untuk hal itu, dan aku tidak pernah bisa benar-benar menyukai dan menerima Detektif itu sampai sekarang."

'Dibalik kemesumannya, ternyata dia menyimpan banyak kepedihan di hatinya. Kebahagiaan itu benar-benar tidak diukur dari uang ternyata,' batin Nuansa.

avataravatar
Next chapter