25 Ucapan Satir

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Tentu saja, Xiang Wan tidak ada di dalam lingkungan rumahnya.

Bai Muchuan hanya menemukan rumah yang kosong. Ketika dia menyetir keluar dari gang, dia melirik ke bangunan rumah yang sesak di kedua sisi gang. Ekspresinya berat dan dingin seperti air.

Bai Muchuan sudah bertindak gegabah. Xiang Wan ketakutan seperti tikus. Kenapa dia mau kembali ke tempat ini?

Namun, kalau Xiang Wan tidak kembali ke sini, kemana dia sekarang?

Kedua alis Bai Muchuan merengut. Dia memanggil Huang He sambil menyetir.

"Kirimkan aku salinan informasi pribadi Xiang Wan. Alamat rumahnya, semua hubungan keluarganya, dan kontak mereka!"

"Tapi... ada apa bos?" Nada bicara Huang He terdengar kebingungan.

Bai Muchuan mengerutkan wajahnya. "Kirimkan saja dan jangan banyak tanya!"

Dia lantas mematikan ponselnya.

Tiga detik kemudian, Huang He mengirimkan pesan.

Huang He: "Guru Xiang ada di sampingku, sedang makan hotpot! Bos, apa kamu yakin ingin mencarinya?"

Saat Bai Muchuan melihat isi pesan itu, dia tak bisa berkata-kata.

Sekarang sudah akhir bulan Juli. Di Kota Jin, bahkan angin malamnya juga terasa panas.

Bai Muchuan bergegas mengejar. Dia menyetir mobilnya, meluncur di jalanan melewati lalu lintas padat dari lokasi yang jauh untuk mencari Xiang Wan, dan dia bermandikan keringat. Tapi pada akhirnya, wanita itu malah memakan hotpot dengan santai?

...

Bai Muchuan bergegas kembali ke Ocean Sky Hotpot. Saat itu adalah jam sibuk mereka. Dari aula utama di lantai satu hingga lantai tiga, semua meja dan ruang makan sudah terisi.

Restoran hotpot itu sangat terkenal di Kota Jin. Disana akan ada banyak pembeli yang mengantri di pintu utama setiap sore.

Bai Muchuan mencium aroma hotpot saat dia berjalan menuju lantai tiga, dia mencari Huang He dengan wajah menggerutu dan suram. "Dimana wanita itu?"

Huang He sebelumnya menerima telepon Bai Muchuan untuk datang secara khusus dan membuat kedua tamu mereka terhibur saat Bai Muchuan pergi. Dia sedang bersama Quan Shaoteng dan Zhan Se, mengobrol di dalam ruang makan tertutup.

Melihat bosnya yang memiliki wajah gelap seperti jelaga bawah panci, Huang He memberikan sinyal dengan bibirnya, memberi tanda pada ruang makan tertutup di samping mereka.

Hmph! Bai Muchuan berjalan mendekat sambil mendengus.

Namun, di samping Xiang Wan, ada dua wanita dan seorang pria lain yang ada di ruang makan tertutup itu.

Mereka adalah Cheng Zheng, Kapten Tim Forensik, Mei Xin, Pemeriksa Medis, dan juga Fang Yuanyuan.

Mereka terlihat saling akrab. Ketika Bai Muchuan memasuki ruangan, mereka tertawa dan mengobrol satu sama lain. Bahkan Xiang Wan tertawa sangat lega sampai mulutnya terbuka.

"Kapten Bai?" Cheng Zheng melihat Bai Muchuan yang berdiri di pintu masuk ruang makan tertutup mereka dan dia menyapanya dengan santai. "Apa kamu sudah makan? Mau makan bersama?"

Bai Muchuan menggeleng kepala untuk menolak tawarannya, dan menunjuk ke arah pintu di samping. Lalu dia menatap dingin Xiang Wan. "Kenapa kamu tidak menjawab teleponnya?"

Jika itu terjadi dulu, Xiang Wan akan merasa sedikit ketakutan dengannya.

Tapi sekarang karena Xiang Wan jelas adalah kreditornya, bukan tersangkanya, atas dasar apa Bai Muchuan ingin menanyainya?

Xiang Wan menggunakan sehelai tisu untuk mengusap mulutnya. Dengan sengaja, dia bertanya dengan skeptis. "Detektif Bai, apa aku punya kewajiban untuk mengangkat panggilanmu?"

Bai Muchuan berkata, "Kamu punya."

Kalimat itu membuat Xiang Wan bingung.

Ujung bibir Bai Muchuan sedikit naik, namun wajahnya tetap serius. "Aku ingat telah memberitahumu bahwa sebelum kasus ini selesai, kamu wajib menerima panggilan polisi kapanpun itu. Lagipula, Guru Xiang adalah mahasiswa dari Zhong Zheng yang bergengsi.

Xiang Wan tersedak kata-kata Bai Muchuan. "Kamu..."

Bai Muchuan tidak melihat wajah kesalnya, tapi dia hanya mengangguk dengan anggun ke arah tiga orang yang sedang terdiam. "Nikmati makanan kalian," ucapnya sebelum keluar dari ruangan.

Seluruh ruangan itu penuh dengan suasana yang aneh.

Suasana yang nyaman tadi telah dirusak oleh Bai Muchuan.

Pria ini pasti sengaja datang untuk membuatku marah?! Pikir Xiang Wan.

Mungkinkah... dia melihat chapter yang aku update hari ini? Dan dia tahu kalau aku menjadikannya seperti 'iblis'? Jadi dia ingin balas dendam?

Saat ini Xiang Wan gelisah. Tidak mudah baginya keluar dari kejadian laptop itu, dan sekali lagi suasana hatinya tertutup oleh debu sekarang.

Cheng Zheng melirik ke arah Xiang Wan dan tersenyum. "Kamu tidak perlu marah, Guru Xiang. Kapten Bai memang seperti itu. Sebenarnya, selain dia jarang memiliki belas kasihan, dia orang yang sangat bertanggung jawab dengan urusan kerjanya. Dia mengatakan semua ini karena kerja."

Tidak memiliki belas kasihan! Ya, Xiang Wan benar-benar setuju dengan hal itu.

Ini adalah pertama kalinya Xiang Wan dan Kapten Cheng diam-diam saling memahami satu hal.

Tanpa keberatan, Xiang Wan mengambil sebotol anggur dari atas meja, menuangkan segelas anggur pada Cheng Zheng, dan juga mengisi gelasnya.

"Kapten Cheng, aku memberikan hormat padamu. Pertama-tama, terima kasih untuk undanganmu yang menyenangkan malam ini. Kedua... untuk hal yang baru saja kamu katakan!"

"Oh begitu!" suara yang dingin terdengar saat tangan Xiang Wan terangkat di udara. Pintu ruangan sekali lagi terbuka.

Xiang Wan melihat wajah dingin Bai Muchuan dengan hotpot yang mendidih di hadapannya. "Tolong beritahu kalau kamu sudah selesai makan, aku akan mengantarmu pulang dan membicarakan kompensasi!"

Pulang?! Ucapan itu membuat wajah Xiang Wan memerah.

Bukan karena malu, tapi karena marah.

Apa maksudnya pria itu? Dia telah menolak memberi kompensasi, tapi sekarang dia mau, apakah dia sengaja ingin bermain-main denganku?! Pikir Xiang Wan.

Bai Muchuan tidak memberinya kesempatan untuk bertanya apapun. Jemari lentiknya terangkat dan melambai ke bawah, menandakan agar Xiang Wan menurunkan tangannya yang sedang mengangkat gelas.

"Kapten Cheng tidak minum anggur kan? Makan saja yang banyak." Lalu Bai Muchuan mengangguk perlahan. "Nikmati."

Apa-apaan!

Suasana hati Xiang Wan makan hotpot tiba-tiba menghilang tanpa jejak.

Namun, pria yang memprovokasinya pergi dengan aura dingin dan bertingkah seolah-olah Xiang Wan yang berhutang uang padanya.

Melihat Xiang Wan yang meledak karena marah, Fang Yuanyuan penuh simpati dan putus asa – lagipula, dia tidak mampu berurusan dengan Detektif Bai.

Pada saat Fang Yuanyuan akan menghibur Xiang Wan dengan beberapa kata, asisten wanita yang duduk di samping Cheng Zheng berbicara, "Kamu mahasiswa di Zhong Zheng?"

Xiang Wan terkejut, "Bisa dibilang begitu. Kamu juga dari sana?"

Asisten wanita itu bernama Mei Xin, yang akhirnya tersenyum sejak dia duduk di ruangan itu. "Bukan, ayahku seorang profesor di Zhong Zheng."

"Oh, begitu..." Xiang Wan merasa dihormati dan ingin memberinya tos, tetapi Mei Xin sudah menundukkan kepalanya untuk makan.

Asisten wanita ini agak mirip dengan Cheng Zheng. Keduanya terlihat dingin, segan, dan apatis. Mungkin mereka terlalu lama berurusan dengan mayat, dan tidak suka berinteraksi dengan manusia yang masih hidup.

Sore tadi, mereka kebetulan bertemu.

Ketika Xiang Wan melihat Cheng Zheng, dia teringat dengan kencan buta mereka yang canggung, sedangkan Fang Yuanyuan dengan senang hati menyapa dan mengunjungi mereka.

Karena itu, mereka berdua ditraktir makan malam oleh Cheng Zheng.

"Ayolah semuanya, ayo makan! Bahan-bahannya sudah matang, ayo jangan buang-buang makanan!"

Fang Yuanyuan menunjukkan semangat seorang foodie[1]1. Dia menjadi aktif di meja makan.

Dengan adanya Fang Yuanyuan, suasana akhirnya pulih dari kecanggungan tersebut.

Bai Muchuan tidak datang lagi untuk mengganggu mereka.

Namun yang datang kali ini adalah Zhan Se.

Zhan Se tahu kalau Xiang Wan ada di sini, dan dia datang untuk memberi salam. Kebetulan, dia tahu bahwa ayah Mei Xin adalah profesor di Zhong Zheng. Ayah Mei Xin juga salah satu profesor kampus yang telah mengajarnya. Karena kenyataan bahwa Cheng Zheng, Bai Muchuan, Huang He, dan Mei Xin adalah rekan kerja, Zhan Se dengan hangat mengajak bergabung ke dalam meja mereka, yang artinya mereka akan makan dalam satu ruangan.

Canggung sekali!

Xiang Wan tidak bisa menolak permintaan itu.

Karena Seniornya itu, Xiang Wan harus makan dengan Bai Muchuan di meja makan.

Untungnya, Bai Muchuan tidak mempermalukan Xiang Wan lebih jauh. Di samping "mengeluarkan" aura dinginnya sepanjang makan malam, dia jarang ikut mengobrol.

Hanya Zhan Se, Fang Yuanyuan, Huang He, dan Quan Shaoteng yang jadi pemain utama dalam obrolan.

Xiang Wan hanya fokus pada makan, makan, dan makan... serta beberapa kali menjawab pertanyaan Zhan Se, benar-benar bertingkah seperti orang asing.

Hal itu terjadi hingga ponsel Huang He berdering.

Huang He berdiri menerima panggilan, lalu dia kembali, dan membisikkan beberapa kata pada Bai Muchuan. "Bos..."

Bai Muchuan melambaikan tangannya. "Kamu bisa kesana lebih dulu. Aku akan menyusul."

Huang He mengangguk, meminta maaf pada semua orang di sana, dan bergegas pergi.

Xiang Wan tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat dia melihat ekspresi Bai Muchuan yang suram, syarafnya ikut tegang.

Semua mata tertuju pada Bai Muchuan. "Laowu, kamu bertanggung jawab dengan keamanan wanita-wanita di sini!"

Setelah itu, dia menoleh ke arah Cheng Zheng. "Cheng, saatnya mulai bekerja!"

Bai Muchuan tidak bisa terus makan, jadi dia harus menyeret orang lain juga? Xiang Wan sedikit curiga kalau Bai Muchuan memiliki maksud tertentu.

Cheng Zheng tidak banyak bicara, dan berdiri setelah mengusap tangannya. "Dr. Mei, kamu bisa tetap disini, aku akan pergi dengan mereka."

Mai Xin mengangguk tanpa mengatakan apapun. Dan Quan Shaoteng, ekspresinya menjadi tak berdaya saat dia tiba-tiba diberi tugas untuk "menjaga" banyak wanita. "Bai, kamu terlalu mempercayaiku. Bukankah kamu tahu kode Red Thorn milikku?"

Serigala Kutub!

Ya, dia seorang serigala! Atau begitulah yang diakuinya.

Para wanita itu seperti domba-domba kecil yang dikirim padanya. Apakah itu benar-benar baik?

Bai Muchuan memberinya ekspresi "pikirkan saja sendiri" dan berbalik pergi.

Orang-orang yang ada di meja masih terduduk. Namun Xiang Wan tiba-tiba berdiri. "Hei!"

Bai Muchan berbalik dan berkata. "Kamu memanggilku?!"

Eh? Aku bahkan tidak memanggil namamu, tapi kamu tahu kalau aku memanggilmu? Bijak sekali!

Xiang Wan membentangkan kedua tangannya. "Uang? Aku tidak punya laptop yang bisa dipakai."

Uh...

Orang-orang yang masih disana tercengang karenanya!

Xiang Wan tahu dari tatapan orang-orang itu.

Sudah jelas kalau dia menginginkan kompensasi, kenapa pandangan mereka seolah-olah dia anak kecil yang meminta uang pada orang tua?

Xiang Wan berdahem dan menarik kembali tangannya. "Lupakan, kamu urus saja pekerjaanmu dulu, masalah kompensasinya bisa menunggu sampai besok!"

Bai Muchuan menatap Xiang Wan tanpa emosi. Dia mengambil kartu bank dari sakunya dan memberikannya pada Xiang Wan. "Aku akan mengirimkan passwordnya lewat pesan nanti!"

Dan dia pergi!

Xiang Wan sedikit kebingungan. Dia melihat kartu bank itu, tidak tahu berapa jumlah uang di dalamnya!

Apa yang terjadi sampai membuat Detektif Bai kehilangan akalnya, sampai dia bisa memberiku uang dengan rasa percaya diri dan keberanian seperti itu?! Pikir Xiang Wan.

...

Catatan :

[1] 

avataravatar
Next chapter