45 Ternyata Menolak itu Menyenangkan Juga

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"?"

"Hah?"

Alasan macam apa itu?

Xiang Wan kebingungan.

Cheng Zheng meliriknya dari samping. Kecepatan mobil itu tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat. Mereka tetap terdiam selama hampir setengah perjalanan. Kemudian, Cheng Zheng menjelaskannya secara perlahan.

"Jatuh cinta itu masalah yang rumit. Wanita juga rumit. Waktu dan energi seseorang itu terbatas. Aku tidak ingin membuang waktuku untuk hal-hal yang tidak penting!"

"?" Xiang Wan tertegun beberapa saat.

Itu adalah alasan paling sempurna yang pernah didengar oleh Xiang Wan.

Namun... ekspresi Xiang Wan semakin heran.

"Jadi, aku bukan termasuk wanita, ya?"

Sialan! Wajahku ini sangat feminin, oke?

Cheng Zheng hanya sedikit mendengus di hadapan Xiang Wan yang terlihat curiga. "Kamu tidak menyukaiku, jadi kamu tidak akan merepotkanku."

Masuk akal juga!

Xiang Wan menundukkan kepalanya, meluruskan rambutnya, dan terkekeh pelan.

"Umurku 26 tahun dan keluargaku selalu mendesakku untuk menikah. Kamu sudah lihat sendiri keadaanku bagaimana. Aku bukan kandidat istri idaman dalam pasar perjodohan. Sedangkan kamu, Kapten Cheng, kamu adalah kandidat yang lebih baik dariku. Keluargaku sangat bahagia saat mereka melihatmu. Jadi, jika aku tidak setuju untuk menjadi kekasihmu, apakah kamu kaget?"

Nada bicara Xiang Wan yang berubah membuat Cheng Zheng terkejut.

"Tentu tidak," ucap Cheng Zheng sambil tersenyum. "Aku tahu kamu tidak menyukaiku."

"Aku bukan hanya tidak menyukaimu," Xiang Wan melanjutkan, "Sudut pandang kita sangatlah berbeda..."

Cheng Zheng menyipitkan matanya ketika dia menatap Xiang Wan – sikapnya yang acuh tak acuh akhirnya menunjukkan adanya perbedaan yang ada di antara mereka.

Seharusnya jarang ada gadis yang akan menolak pria sepertinya, kan?

Kedua alis Xiang Wan melengkung dan memperlihatkan secercah senyuman. "Walaupun aku tidak bisa menemukan cinta, aku akan selalu mempercayai cinta. Begitu juga di masa depan. Aku tidak akan tinggal bersama dengan seseorang yang tidak menyukaiku. Kapten Cheng, apa kamu mengerti maksudku?"

Cheng Zheng paham. Mana mungkin dia tidak mengerti?

Bagaimanapun, Cheng Zheng tidak mempercayai kalimat-kalimat yang banyak disukai oleh para wanita muda itu. Dia tidak pernah memikirkannya dengan serius. Dia juga tidak mau repot-repot mengurusi hal itu.

Cheng Zheng mirip dengan pemilik modal yang menghitung sumber dayanya. Ia menganggap waktu yang digunakan untuk berpacaran adalah waktu yang membuang sumber daya. Oleh karena itu, Cheng Zheng ingin menggunakan investasi dengan jumlah paling sedikit demi mendapat keuntungan paling banyak.

Itu hanya sedang mencari kekasih. Kenapa dia tidak memilih seseorang yang cantik?

Jari-jari Cheng Zheng terlihat mengetuk pada setir mobil. Ia berpikir sesaat. Dia pun tertawa mengejek diri sendiri, "Jadi, aku telah ditolak?"

"Tidak juga!" Xiang Wan tak bisa menahan tawanya, "Ini hanya karena kamu tidak tulus."

"Kalau –" Cheng Zheng berucap, lalu membasahi bibirnya. Membasahi bibir seperti itu terlihat sangat seksi. Jika Xiang Wan tidak 'diberi pelajaran' oleh Bai Muchuan, Xiang Wan sepertinya akan mudah tertarik pada pria dewasa dan menawan seperti Cheng Zheng.

Xiang Wan bertanya, "Kalau?"

Cheng Zheng berhenti sesaat, lalu tiba-tiba berbalik menatap Xiang Wan dengan serius. "Bagaimana kalau aku tulus?"

Xiang Wan tertegun sesaat.

Pfft! Kemudian, Xiang Wan tertawa pelan. Tapi dia mencoba menahan tawanya itu.

Ternyata menyenangkan juga menolak orang lain!

Senyuman di wajah cantik Xiang Wan terlihat seperti lukisan tinta Cina yang indah. Wajahnya berbinar dan menawan. Gerakan bibir Xiang Wan terlihat menggoda.

"Berhenti menggodaku! Tulus? Hahaha... Air mataku sampai keluar karena tertawa. Bagaimana kalau sudah begini? Aku akan ingin menarik hatimu keluar agar aku bisa melihatnya. Apakah itu berwarna oranye, merah, atau hitam?"

Cheng Zheng melihat ke arahnya.

Dia tidak mengatakan sepatah katapun dalam waktu yang lama.

...

Cuacanya panas.

Ada AC di dalam mobil itu.

Setelah suara tawa terdengar, keheningan merusak suasana nyaman yang tadi dirasakan.

Xiang Wan menarik roknya karena merasa kepanasan.

...

Brduaan dengan Cheng Zheng rasanya sangat memalukan. Saat waktu terus berlalu, Xiang Wan semakin ingin keluar dari mobil secepatnya.

Tetapi, Cheng Zheng sangat gigih. Dia menyetir sampai gang di area perumahan Xiang Wan.

"Eh? Kapten Cheng, kamu juga tahu tempat tinggalku?" Xiang Wan sedikit terkejut.

Cheng Zheng tidak menunjukkan ekspresi. "Orang-orang di 720 Task Force memiliki informasi pribadimu. Kebetulan juga aku memiliki ingatan yang bagus."

Oh, oke!

Xiang Wan berterima kasih. Ia mengambil tasnya. Lalu dia membuka pintu saat Cheng Zheng tiba-tiba bertanya.

"Apa kamu sadar kalau aku cukup mirip dengan Bai Muchuan?"

Eh? Xiang Wan langsung merasa heran.

Bibir tipis Cheng Zheng sedikit tersenyum. "Ya... Mungkin kamu bisa mempertimbangkan penawaranku tadi."

Apa? Pipi Xiang Wan langsung memerah.

Apa Cheng Zheng pikir, Xiang Wan menolaknya karena dia lebih menyukai Bai Muchuan? Dan Cheng Zheng tidak berniat mundur?

Oleh Karena itu, Cheng Zheng saat ini mempromosikan dirinya sendiri dengan membandingkan dirinya dengan Bai Muchuan?

Sebenarnya, Cheng Zheng salah.

Xiang Wan adalah gadis yang menganggap serius hubungannya.

Seseorang hanya hidup satu kali. Hubungan romantis yang indah mungkin hanya datang sekali. Xiang Wan juga tak ingin menghabiskan waktu dan energinya pada hal-hal yang tidak penting. Karena itu, walaupun keluarganya tetap memaksa Xiang Wan untuk menikah, dia masih menunggu...

Menunggu orang yang tepat untuk datang di waktu yang tepat.

"Kapten Cheng, terima kasih telah memberiku penilaian yang tinggi." Xiang Wan menarik nafas dalam-dalam, lalu tersenyum, sedikit mencairkan suasana yang tegang.

"Lihat, sulit bagiku untuk menolakmu. Kamu pilihan yang bagus, kan? Yah... Akulah yang tidak cocok denganmu. Oke, sampai jumpa!"

...

Gang itu sunyi.

Saat itu sekitar pukul dua atau tiga di siang hari. Mataharinya sangat terik. Nyaris tidak ada pejalan kaki di sana.

Xiang Wan berjalan melewati gang. Ia berjalan dan menginjak bayangannya sendiri saat dia mengingat dua peristiwa mengerikan. Waktu itu,.dia hampir mengalami kecelakaan. Sejak saat itu, banyak hal sudah terjadi...

Bai Muchuan dan Cheng Zheng. Mereka berdua adalah pria yang baik.

Sangat mudah untuk terpikat pada pria yang sangat modern seperti mereka.

Xiang Wan mengakui bahwa dia hanya manusia biasa yang tidak bisa menahan godaan.

Bagaimanapun, Xiang Wan tahu apa yang dia mau.

Xiang Wan tidak akan dan tidak mau menggunakan penilaian seperti itu.

"Nyonya, anda Xiang Wan, benar?" Suara dari petugas keamanan, Paman Wang, menyadarkan Xiang Wan dari lamunannya.

Xiang Wan membalikkan badannya.

"Iya, saya Xiang Wan. Paman Wang, ada apa?"

Petugas keamanan itu melambaikan tangan pada Xiang Wan.

"Kamu mendapatkan paket. Paket itu sudah ada di sini berhari-hari. Karena sekarang kamu sudah di sini, bawalah paket itu bersamamu."

Xiang Wan telah menyewa apartemen itu dalam waktu cukup lama. Dia sering datang untuk mengambil paket. Petugas keamanan itu masih ingat dengan Xiang Wan.

Xiang Wan mengambil paket itu sambil tersenyum, lalu berterima kasih. Ketika Xiang Wan membuka paket itu sesampainya di apartemennya, dia kaget.

Itu adalah laptop.

MacBookPro terbaru...

Siapa yang mengirimkan padanya?

...

Kediaman keluarga Bai di Kota Jin.

Pengasuh Li sedang mengemas tas bawaannya.

Bai Lu membawa nampan yang berisi buah-buahan yang baru dipotong, lalu berjalan ke lantai dua.

Lantai dua itu sangat sunyi sehingga suara jarum yang terjatuh akan bisa terdengar.

Bai Lu perlahan mengetuk pintu, "Paman"

Tidak ada yang menjawab.

Dia membuka pintu dan melihat Bai Muchuan yang duduk santai di sofa. Pria itu sedang merokok. Ekspresi Bai Lu yang kebingungan langsung berubah. Bai Lu tersenyum ceria. "Paman, aku memotong beberapa buah segar untukmu. Makanlah sedikit untuk menghilangkan rasa asam di mulut."

"Hm." Bai Muchuan menaruh rokoknya di asbak.

"Paman, kapan kita akan pergi dari sini? Aku tidak sabar untuk kembali ke ibukota! Peliharaanku si Dumpling pasti sangat merindukanku. Paman, aku tidak suka tempat ini. Kita harus cepat pergi..."

Bai Lu tidak bisa berhenti bicara, membuat Bai Muchuan merengutkan wajah.

"Kamu bisa pergi sekarang!"

Bai Lu: "..."

Bai Lu tertegun dan dia diam-diam mengintip ekspresi Bai Muchuan. "Paman, apa kamu marah? Apakah karena wanita nakal itu?"

"Keluar!"

"Aku tidak mau! Kamu sudah membuat ibu tidak senang sampai ibuku pergi! Apa kamu akan melakukan hal yang sama padaku?! Jika kamu benar-benar melakukannya, tidak ada orang lain yang akan membantumu di dalam keluarga ini! Paman, jangan bilang kamu tidak tahu kenapa Kakek dan yang lainnya mendesak agar kamu segera kembali ke ibukota? Bukankah semua karena wanita itu?!"

"Enyahlah!"

Tiba-tiba, Bai Muchuan berdiri dan mendorong nampan tempat buah-buahan itu.

"Kamu tidak berhak mengguruiku! Apa kamu tahu diri, siapa kamu?"

Suara nampan buah yang terjatuh ke tanah dan wajah Bai Muchuan yang dipenuhi dengan amarah benar-benar membuat Bai Lu takut. Itu membuatnya mundur beberapa langkah.

Waah! Beberapa saat kemudian, Bai Lu berlari keluar kamar sambil menangis.

Bai Muchuan duduk di sofa dengan santai, mengibaskan rambutnya, dan menyalakan rokok lagi.

Cahaya api itu memperlihatkan wajah yang gagah, tampan, dan melankolis...

...

avataravatar
Next chapter