6 Kunjungan Tengah Malam

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Tok! Tok!

Semua suara yang terdengar di malam yang sunyi ini akan menjadi suara yang mengerikan dalam kondisi pikiran yang dipenuhi oleh rasa takut Xiang Wan.

Reaksi pertamanya adalah menarik selimut. "Siapa disana?"

Tidak ada yang menjawab.

Bai Muchuan?

Bagaimana bisa dia langsung datang, dengan waktu yang tak sampai 10 menit? Pikirnya.

Tok! Tok!

Pintu itu diketuk lagi. Xiang Wan mengambil nafas, dan berjalan menuju pintu.

Lubang pengintip di pintu itu sudah rusak sejak lama, jadi dia tidak bisa melihat apapun di luar. Dia sedikit menaikkan suaranya, "Apakah ini Detektif Bai?"

"Ini aku." Suara dengan nada rendah terdengar dari luar.

Ternyata itu benar-benar dia. Xiang Wan menghela nafas lega, lalu membuka pintu.

Udara panas berhembus ke arahnya, namun sama sekali tidak ada orang di luar.

Kedua mata Xiang Wan melebar. Koridor yang redup itu terlihat lembab, dan tidak terpelihara. Di sana ada beberapa perabotan lama, yang ditumpuk di ujung dan diabaikan oleh para penghuni, aroma busuk serta apek juga keluar dari sana. Karena furnitur itu telah berada di sana dalam waktu yang cukup lama, hal itu memberikan ketakutan yang luar biasa pada psikologis Xiang Wan.

Tidak ada orang di luar!

Jantung Xiang Wan hampir berhenti berdetak.

Saat dia akan menutup pintunya, dia melihat seorang pria keluar dari arah tangga gelap yang menuju ke loteng.

Dia mengenakan baju dan celana yang berwarna hitam, kedua kakinya terlihat sangat jenjang. Dia nampak santai tapi. Wajahnya yang dingin tertutupi oleh gelapnya malam. Ketika sepasang mata itu terlihat oleh cahaya, dia merasa kalau hal ini memiliki efek penenang.

Siapa lagi kalau bukan Bai Muchuan!

Rasa takut Xiang Wan berubah menjadi rasa kaget, dan dia berkata: "Detektif Bai, apa yang sedang kamu lakukan?"

Apakah dia mencoba menakutiku? Pikirnya.

Bai Muchuan berjalan ke arah pintunya, cahaya nampak menyinari kedua matanya yang terlihat tak acuh. Dia bukan tipe orang yang sabar untuk bermain petak umpet. "Apa kamu sudah siap siap?" Ucapnya.

Mempersiapkan apa?

Butuh waktu sesaat untuk Xiang Wan menyadari apa yang dia bicarakan.

Dia pun bertanya, "...Kamu membiarkanku menginap di tempatmu malam ini?"

"Kamu yang meminta perlindungan polisi," jawab Bai Muchuan.

Baiklah! Sama saja kok! Pikir Xiang Wan.

Dia melirik ke wajahnya yang tenang dan stabil; dia tidak mencari tahu kenapa dia berdiri di tangga yang mengarah ke loteng. Kemudian dia kembali ke dalam apartemen untuk mengambil laptop dan baju tidurnya, lalu memasukkannya ke dalam tas laptop miliknya. Dia keluar lebih cepat dari kelinci, seolah ada roh halus yang mengejarnya keluar.

"Ayo pergi sekarang, tidak ada yang bisa ku bawa kecuali laptopku."

Bai Muchuan berdiri di pintu, dan melihat ke dalam apartemennya.

Kebanyakan penulis legendaris terlihat ceria, rapi, dan elegan. Namun tempat tinggal Xiang Wan malah terlihat sebaliknya. Apalagi setelah dia melalui hari yang sulit, ada kekacauan dimana-mana dan jika dia ingin membersihkannya sekarang, itu sudah terlambat. Dengan satu lirikan saja, tempat itu terlihat lebih mirip dengan tempat kejadian perkara dimana telah terjadi perkelahian di sana.

Dia sedikit terbatuk lalu menutup pintu terburu-buru.

Ketika cahaya dari dalam ruangannya telah menghilang, koridornya menjadi gelap.

Xiang Wan menghentakkan satu kakinya, namun cahaya lampu dari kontrol suara tidak menyala, tapi dia malah terasa menginjak sesuatu yang lain.

"Ah!" Dia berteriak dan tangannya tiba-tiba dipegang oleh seseorang.

Bai Muchuan hanya merespon teriakan ketakutannya itu dengan mendengus dan menarik tubuh gadis itu. "Kalau kesadaranmu sedang baik, kenapa kamu bisa setakut itu?"

Setelah Xiang Wan tenang, dia sadar kalau dia telah menginjak kaki Bai Muchuan.

Dia telah "menyerang" tangannya pagi ini, dan dia menginjak kakinya di malam hari. Suaranya terdengar tak berdaya saat dia meminta maaf: "Maaf, sebenarnya... aku tidak begitu takut..."

"Kalau kamu tidak takut, kenapa meminta perlindungan polisi?"

"..."

Kenapa berbicara dengan detektif melelahkan sekali? Pikir Xiang Wan.

Kebanyakan penulis cerita romantis memiliki perasaan yang sensitif dan peka, sedangkan detektif, masuk pada kategori orang yang rasional dalam berpikir. Bagi mereka, semua hal harus nampak jelas; seperti soal matematika satu ditambah satu, sama dengan dua. Karena itulah, dalam kasus Xiang Wan, dia tidak bisa memberikan penjelasan karena persepsi dan kepekaannya tidak dapat dijelaskan dengan fakta-fakta.

"Akhirnya aku sadar, walau penulis cerita fiksi misteri dan detektif nampak sama," Xiang Wan menghela nafas, lalu lanjut berkata: "Namun, mereka benar-benar seperti dua garis paralel, yang tidak dapat berkomunikasi satu sama lain."

"Seorang detektif bisa menulis cerita fiksi misteri, tapi seorang penulis cerita fiksi misteri yang bagus sekalipun tidak akan bisa menyelesaikan kasus." Ucap Bai Muchuan dengan dingin.

Xiang Wan pun terdiam: "..."

Itu terdengar seperti fakta yang logis.

Melihat bahwa dia tidak dapat merespon, tiba-tiba Bai Muchuan menyalakan senter dari ponselnya dan menunjuk ke tangga yang gelap dengan lampu senter itu. "Berdirilah disana dan kamu bisa melihat ruang tamumu."

Hah?

Apartemen yang disewa oleh Xiang Wan memiliki tipe yang kuno, dimana terdapat sebuah kaca di atas bagian pintu logamnya.

Pintu itu terbuat dari jeruji besi dan kaca. Dari waktu ke waktu, ada beberapa kerusakan pada kaca itu. Saat Xiang Wan menyewa tempat itu dan tinggal lantai atas, dia tidak terlalu peduli kalau sang pemilik apartmen tidak datang memperbaiki pintu itu, karena dia menghabiskan banyak waktu berada di rumah. Tidak akan terpikirkan olehnya kalau dia bisa diintai dari sana.

Lagipula, dia menghabiskan sedikit waktu di ruang tamu karena dia selalu berada di kamarnya.

Bai Muchuan membalikkan badannya. "Bukankah kamu bilang kalau ada yang ingin membunuhmu?"

Xiang Wan terdiam lagi: "..."

"Kamu sangat aman!" Ucap Bai Muchuan sambil turun ke lantai bawah.

Xiang Wan: "?"

Apa maksudnya itu? Pikir Xiang Wan.

Apakah maksudnya tidak ada harta berharga di dalam rumahnya, dan para pencuri tidak akan mau untuk menerobos kesana? Atau dia tidak cukup cantik untuk diingat oleh penjahat?

...

Dengan cepat, Xiang Wan tahu alasan kenapa Bai Muchuan bisa datang ke rumahnya dengan cepat.

Ternyata dia tinggal berjarak satu jalan saja darinya.

Tentu saja, ini bukan jalanan biasa.

Dari perumahan Green Garden tempat Xiang Wan, setelah keluar dari gang, dia dapat melihat sebuah halte bus lalu melewatinya, dan dia akan sampai di persimpangan dimana jalan sebrangnya itu disebut sebagai daerah elit kota Jin, tempat dimana hanya orang kaya saja yang bisa tinggal disana. Hanya berbeda satu jalan saja, dan pengembang properti tidak mampu untuk menghancurkan bangunan tua yang ada disana.

Xiang Wan tidak terkejut melihat latar belakang keluarga Bai Muchuan yang nampak baik.

Sebuah jam tangan bernilai 7 dijit sudah menunjukkan status sosialnya.

Namun ketika Xiang Wan memasuki perumahan bergengsi itu, dia sadar kalau dia adalah orang yang sangat berani.

Dia ternyata memiliki keberanian yang besar untuk membiarkan dirinya tinggal di rumah Bai Muchuan selama semalam.

Perumahan elit itu terlihat sangat besar. Terdapat sebuah danau dan taman buatan disana. Selain gedung apartemen yang tinggi, disana juga terdapat villa dan rumah bergaya barat.

Villa milik Bai Muchuan berada di zona tengah area perumahan.

Ada halaman kecil di pintu masuk dan sebuah hamparan bunga yang sangat indah. Tempat itu dikelilingi oleh tanaman hijau yang subur, menciptakan lingkungan yang tenang dengan keamanan yang baik. Hal itu sama sekali tidak mirip dengan rumah-rumah yang ada di kota besar dunia.

Dia menggosok kedua tangannya, nampak sedikit menahan diri sambil berkata: "Jadi... Inikah rumahmu?"

Sudah jelas kalau dia baru saja menemukan topik pembicaraan!

Dan tentu saja, dia tidak mendapat jawaban.

Saat itu, ada seorang wanita paruh baya yang ramah muncul di depan pintu masuk. Xiang Wan terdiam sesaat lalu menyapa wanita itu.

"Halo, tante. Maaf mengganggu..."

"Emm?" Wanita paruh baya itu terlihat terkejut. Dia melirik ke arah Bai Muchuan yang masih terdiam di samping Xiang Wan. "Saya pengurus rumah Tuan Muda Bai," dia tersenyum sesaat lalu lanjut berkata, "panggil saja saya pengasuh Li."

"..."

Kenapa aku benar-benar bodoh hari ini! Pikir Xiang Wan.

Dia menatap ke arah Bai Muchuan dengan tatapan menyesal, namun pria itu berjalan ke depan lebih dulu sambil merasa tidak peduli.

"Pengasuh Li, berikan dia sesuatu yang bisa dimakan. Dia akan menginap malam ini."

"Baik, Tuan Muda Bai." Pengasuh LI tersenyum sumringah. Dia mengantar Xiang Wan masuk ke dalam rumah sambil memperhatikan dirinya.

Tatapan itu memberikan terlalu banyak informasi. Bahkan Xiang Wan yang biasanya sedikit tidak peka, merasa kalau pengasuh Li telah salah paham. Dia baru sadar kalau dia terlalu mengusik mereka... Dia berdiri di pintu lalu menatap ke arah lantai yang bersih dan bersinar sambil merasa canggung.

Bai Muchuan langsung berjalan ke dalam, dan tak menghiraukannya.

Xiang Wan pun merasa semakin malu!

Sebenarnya, dia bukan tipe orang yang membuat orang lain tidak menyukainya. Dia tidak terlalu antusias dan terkesan acuh tak acuh. Dia hanya membuat suasana nyaman bagi para tamunya.

Untuk sesaat, Xiang Wan merasa ingin melarikan diri.

Namun, baru saja setelah dia memikirkan hal itu, pengasuh Li menaruh sepasang sandal di hadapannya. Tidak perduli seberapa malunya dia, Xiang Wan tidak bisa pergi sekarang juga.

"Nona, bagaimana saya harus memanggil anda?" Pengasuh Li adalah orang yang bijak. Dia bukanlah seorang pengurus rumah yang biasa, namun seseorang yang telah memiliki banyak pengalaman. Pakaiannya terlihat pantas dan anggun, itulah hal yang membuat Xiang Wan tanpa sadar mengira kalau dia adalah ibu Bai Muchuan.

"Namaku Xiang Wan. Panggil saja begitu."

"Nona Xiang, tolong sementara duduklah di sofa."

Dengan sopan Pengasuh Li menuangkan secangkir minuman yang tidak Xiang Wan ketahui. Minuman yang hangat dengan warna cantik bergelombang di atas cangkir yang terlihat seperti hiasan, seolah cangkir itu datang dengan atribut kebangsawanan yang menarik perhatian Xiang Wan, namun dia tidak mampu membuat dirinya meminum minuman itu.

Dia menggunakan kata "saksi mata" untuk meyakinkan Detektif Bai agar membiarkannya menginap di rumahnya. Halusinasi yang berada di apartemennya sudah hilang diterpa angin.

Namun, saat ini dia seperti sedang berada di atas pin dan jarum.

...

Bai Muchuan pergi sebelum pengasuh Li selesai membuatkan makanan untuk Xiang Wan.

Dan dia tidak kembali di malam itu.

...

Hari sudah pagi.

Xiang Wan membuka matanya lalu menemukan dirinya di ruangan yang terasa asing. Ketika dia mengingat "anekdote memalukan" saat malam tadi, dia merasa telah menderita gangguan kepribadian.

Siapa perempuan gila tadi? Pikir Xiang Wan.

Dia meluruskan rambut panjangnya saat dia melihat cahaya matahari yang masuk melalui gorden ke dalam kamar itu.

Rasa takut dan ngeri terlewati, tetapi rasa canggung dan malu masih dirasakannya.

Dia benar-benar merasa malu ketika dia turun ke lantai bawah dan melihat pengasuh Li yang sudah menyiapkan sarapan dan sedang menunggunya.

"Pengasuh Li, aku tidak akan sarapan. Aku akan pergi sekarang. Terima kasih atas keramahannya."

"Ah? Kamu akan pergi sekarang?" pengasuh Li melihat ke arah tas laptop yang dipegang oleh Xiang Wan. "Tuan Muda Bai sudah memerintahkan saya kalau kamu tidak boleh meninggalkan rumah sebelum dia pulang."

Xiang Wan: "..."

Dia bukan seorang tahanan. Kenapa kebebasan pribadinya harus dibatasi?

Untuk menghormati kebaikan pengasuh Li, Xiang Wan memakan sarapannya dengan malas. Setelah itu, dia menghabiskan waktu selama lima menit untuk menata kalimat sebelum menelpon nomor Bai Muchuan.

"Halo Detektif Bai, terima kasih telah membantuku semalam. Aku pikir aku tidak boleh terus mengusikmu. Kalau kepolisian membutuhkanku untuk apapun, aku pasti akan kesana..."

Untuk meredakan rasa malunya, dia mencoba bersuara tenang dan santai, tapi suara Bai Muchuan terdengar tegang.

"Dengarkan aku!"

Tiba-tiba suasananya menjadi tegang.

Dia memerintahkan dengan nada yang dingin, "Tetap berada di rumahku, kamu tidak boleh pergi kemanapun!"

"Hah?" Xiang Wan bertanya sambil tersenyum canggung, "Kenapa? Apa kamu ingin membantu forang miskin?"

"Pertama, pembacamu yang bernama Er Niu itu, sudah benar-benar mati."

"?" Lalu siapa wanita yang dia temui di gang itu?

Xiang Wan tercengang – pikirannya menjadi kosong sesaat. Namun, setelah menimbang kerepotan yang dia sebabkan saat menginap di rumah Detektif Bai, dia mengumpulkan keberanian untuk memperjuangkan kebebasannya. "Aku ada urusan hari ini..."

"Urusan apa itu?"

Kenapa polisi selalu bertanya tentang segala hal!

Xiang Wan mengerutkan bibirnya, "sebuah acara penting di hidupku."

"Kalau kencan buta bisa disebut sebagai acara penting dalam hidup, bagaimana dengan keselamatan nyawa?" kata Bai Muchuan.

Bibir Xiang Wan bergetar sambil bertanya, "bagaimana kamu bisa tahu?"

Nada pertanyaan yang dia ucapkan terdengar seperti pembalasan yang tajam. Dia merasa telah diabaikan kemudian terinjak-injak. Sudah cukup memalukan bagi seorang wanita untuk pergi ke acara kencan buta. Seolah masih belum cukup, detektif itu mengetahuinya lalu mengejeknya. Hal itu melukai harga dirinya.

Namun, perasaannya itu langsung menghilang, di bawah suara Bai Muchuan yang bernada serius.

"Kita bisa memeriksamu secara sah."

Xiang Wan terdiam: "..."

Dengan kata lain, sekarang dia benar-benar tahu semua tentang dirinya?

Kemudian Xiang Wan menggenggam erat ponselnya. Dengan berat hati, dia bertanya: "Detektif Bai, siapa yang ingin mencelakaiku?"

...

avataravatar
Next chapter