18 Kamu Terlalu Licik

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Tepat pukul satu siang, mereka keluar dari Unit Investigasi Kriminal.

Matahari yang terik mengeringkan sisa kelembaban tanah.

Xiang Wan memikirkan sesuatu yang sangat penting ketika dia meninggalkan Unit Investigasi Kriminal.

"Detektif, apa kita sudah makan?"

Bai Muchuan berbalik badan – matahari yang menyilaukan membuat kunci mobilnya tampak mengkilat, serta menyinari kedua matanya yang dingin dan sebening kristal.

Orang yang menjawab pertanyaan Xiang Wan adalah Detektif Huang, yang sedang ada di samping Bai Muchuan. "Guru Xiang, kamu belum makan siang?"

Sepertinya, perasaan Xiang Wan menjadi buruk setelah melihat Huang He yang terlihat ragu.

"Jangan bilang kalau kalian sudah makan?"

Huang He mengangguk sambil menatap Xiang Wan dan Bai Muchuan dengan bingung, dia terlihat memikirkan bagaimana akan menjawabnya. "Setelah konferensi pers, kami semua akan makan santai bersama!"

Apa?!

Xiang Wan merasakan amarah yang terbakar dalam dirinya.

Bai Muchuan ini terlalu licik!

Kalau dia sudah makan, kenapa tidak bilang saat Pengasuh Li bertanya tadi? Tapi dia malah menolaknya dengan perilaku yang sok, yang menunjukan kalau dia akan mengabaikan makan dan tidur karena pekerjaan dan keadilan?!

Xiang Wan merasakan amarahnya naik mulai dari ujung kakinya, dan dia terlihat seperti pantatnya tersengat lebah. "Kenapa tidak memberitahuku?"

Wajah tak acuh Bai Muchuan menunjukkan ekspresi yang sedikit bingung. "Apakah kamu bertanya?"

Ya, Xiang Wan tidak bertanya. Tapi percakapan Bai Muchuan dengan Pengasuh Li tidak seperti orang yang sudah "makan-makan santai"?

Sebenarnya Xiang Wan tidak semarah itu. Karena dia tahu kalau Bai Muchuan tidak punya kewajiban untuk mengurus makanannya. Tapi entah kenapa, dia merasa sudah dibodohi, dan itulah yang jadi sumber kemarahannya.

"Aku sangat lapar seperti akan mati. Aku harus makan sebelum bekerja." Xiang Wan mengernyitkan alisnya dengan jengkel. Ekspresi jengkelnya itu terlihat sedikit menarik.

Bai Muchuan meliriknya dan melempar kunci mobilnya pada Huang He, tapi dia tetap berjalan di depan.

Huang He mengangkat bahunya, dan memberi isyarat pada Xiang Wan untuk mengikuti mereka berdua. "Ayo, Guru Xiang. Kita akan menemanimu mencari makan di luar."

Xiang Wan merasa bersyukur ada Huang He disekitarnya, yang lebih sensitif dan tahu cara memperhatikan emosi orang lain. Kalau tidak, mungkin dia akan mati karena amarah yang disebabkan oleh Bai Muchuan.

...

Di luar Unit Investigasi Kriminal, ada sebuah jalanan yang luas. Kalau seseorang berjalan lurus sekitar 100 meter, dia akan melihat gang yang memiliki beberapa kedai kumuh dan sederhana. Xiang Wan sudah terbiasa makan di tempat seperti itu, tapi dia tidak mengira kalau Bai Muchuan, yang memiliki jam tangan yang mahal, akan makan di tempat seperti itu juga.

"Satu mangkuk mi." Ucap Bai Muchuan.

Pemilik kedai melihat mereka bertiga dan berhenti sesaat. "...Oke, pesanan akan segera datang. Silahkan duduk."

Sekarang Xiang Wan mengerti, atau begitulah pikirnya.

Bai Muchuan tidak akan makan, dan dia tidak akan membayarnya. Mungkin dia mengira kalau Xiang Wan tidak mampu membeli makanan mahal, jadi dia memilih tempat murah seperti ini.

Tiba-tiba perut Xiang Wan terasa asam dan dia perlahan duduk. Bai Muchuan melihat sesuatu di ponselnya dengan serius. "Detektif Bai benar-benar pengertian!" Xiang Wan berkomentar sambil meringis.

"Tidak perlu berterima kasih." Ucap Bai Muchuan tanpa menoleh sedikitpun.

Terima kasih?! Nih kaki! Xiang Wan memaki dalam pikirannya. Sejak bertemu orang yang sangat cuek itu, dia jadi tak memiliki kesempatan untuk meluapkan amarahnya.

Ketiga orang itu terdiam.

Mereka duduk bersama di satu meja dan memainkan ponsel masing-masing, sebelum akhirnya semangkuk mi ditempatkan di atas meja. "Wow!"

Enak! Xiang Wan tidak menyangka kalau mi-nya sangat enak!

Xiang Wan telah mengunjungi banyak restoran dan kedai mi di Kota Jin, tapi dia belum pernah merasakan yang seperti ini.

Xiang Wan menyeruput mi itu ke dalam mulutnya. Sesaat setelah merasa kenyang, dia menatap Bai Muchuan dengan ramah.

"Kalau makanannya enak, tidak peduli lokasinya dimana, namanya pasti akan jauh tersebar! Mi di sini memang seperti itu! Mi-nya enak, segar, dan tidak lengket. Terima kasih, Detektif Bai!"

Bai Muchuan menyeringai penuh arti.

Dan Xiang Wan baru tersadar apa yang dia ucapkan.

Detektif Bai sudah bilang kalau tidak perlu berterima kasih, tapi pada akhirnya, Xiang Wan masih saja mengucapkan terima kasih.

Xiang Wan mengubur dirinya dengan makanan dan menghabiskan seluruh kuahnya. Lalu dia bersendawa...

Kemudian Xiang Wan melihat tangan yang putih dan ramping terulur ke arahnya, sambil memegang sehelai tisu.

Dia melihat ke arah pemilik tangan itu dengan tatapan aneh. Detektif Bai terlihat tanpa ekspresi, tapi kedua matanya seakan-akan memberitahu Xiang Wan: "Kamu makan seperti seekor babi."

"..."

Baiklah, Xiang Wan pikir dia harus memaafkannya berkat mi yang enak itu.

Xiang Wan mengelap mulutnya, dan dia menutup kedua matanya sesaat dengan penuh rasa puas. Bai Muchuan langsung berdiri dan membayar tagihannya.

Eh? Xiang Wan merasa malu dan ingin membayarnya sendiri, tapi Detektif Bai sudah membayarkannya dan keluar dari kedai.

...

Di bawah sinar matahari yang cerah dan terik, hati seorang wanita muda paruh baya[1] terbakar.

Tanpa tahu kenapa, saat Bai Muchuan mentraktirnya, Xiang Wan merasa tindakan itu sangat gagah.

Mungkin karena dia belum pernah berpacaran – itulah yang dia pikirkan – jadi dia mudah tersentuh dan terkesan dengan hal yang kecil seperti itu? Saat perjalanan menuju rumah Zhao Jiahang, Xiang Wan memikirkan masalah ini.

Namun, karena Detektif Huang yang menyetir, Bai Muchuan menutup kedua matanya untuk istirahat, terlalu malas untuk membuka matanya. Dia benar-benar tidak memiliki pikiran yang sama dengan Xiang Wan.

Huff!

Xiang Wan merasa, dia mengkhawatirkan hal-hal yang tidak penting.

...

Tuan Zhao Jiahang tidak tinggal di dalam kota.

Ada yang bilang, kalau dia secara khusus membeli sepetak tanah di pinggiran kota dengan feng shui yang bagus, untuk... membangun kastil.

Mari kita sebut kastil saja.

Di bagian luar kastil, orang yang mendesainnya mengadopsi desain halaman depan dari zaman China kuno. Tetapi, bangunan utamanya mirip dengan kastil Eropa klasik yang dindingnya berwarna putih, dan di kelilingi dengan tanaman hijau yang subur. Warna kontras itu terlihat sangat mencolok. Halaman depannya penuh dengan pohon evergreen yang tinggi. Pohon kanopi besar menutupi seluruh kastil, membuatnya terasa sejuk.

... Atau dengan kata lain, itu terlihat agak suram.

Merinding! Itulah reaksi pertama Xiang Wan ketika memasuki tempat tersebut.

Mungkin karena lampion besar berwarna putih berada di kedua sisi pintu.

Mungkin karena helai-helai kain putih panjang yang menjuntai dari pepohonan di halaman depan...

Mungkin karena karakter Mandarin besar bertuliskan "Dian", yang berarti persembahan kepada dewa, di dalam ruang duka...

Mungkin karena potret memorial yang berulang kali dia lihat di internet...

Saat itu juga, rasa yang ngeri menghampiri diri Xiang Wan.

Sejak masih kecil, ibu Xiang Wan tidak mengizinkan dia mengunjungi pemakaman – beliau bilang, kalau Yin Qi [2] di dalam ruang duka terlalu berat untuk orang yang tidak memiliki cukup Yang Qi [3], dan orang-orang seperti itu kemungkinan besar bisa jatuh sakit. Xiang Wan tidak percaya dengan itu semua. Sekarang, saat dia berdiri di ruang duka, dia merasakan kengerian yang menusuk tulangnya. Musik yang dimainkan di sana, nampaknya bisa menggores kesedihan hingga ke sumsum tulang belakang. Dan ketika dia melihat potret duka Zhao Jiahang yang sedang tersenyum, itu terlihat hidup di matanya...

Xiang Wan akhirnya mempercayai ucapan ibunya.

Mungkin sesuatu seperti Yin Qi benar-benar ada.

Bai Muchuan melihat wajah Xiang Wan yang pucat, dan dia berkata: "Belum pernah lihat ruang duka sebelumnya?"

Cih! Xiang Wan merasa gelisah karena ucapan Bai Muchuan. Tanpa sadar, rasa takut berangsur-angsur menghilang. "Siapa yang mengunjungi ruang duka untuk bersenang-senang?"

Bai Muchuan mengerutkan bibir tipisnya. "Cepat masuk dan beri hormat."

Itu adalah budaya di China, untuk memberikan penghormatan kepada orang yang sudah meninggal.

Mereka bertiga memberi hormat dan keluar dari ruangan. Saat itulah saat Xiang Wan tersadar, kalau mereka belum melihat orang yang mereka cari – yaitu Nyonya Zhao.

Huang He dan Bai Muchuan saling memandang. Ketika mereka keluar ruangan, mereka bertemu pekerja yang mengurus ruang duka, dan menunjukan lencana polisi mereka padanya.

"Halo, kami sedang mencari Xu Zhaodi – Nyonya Zhao."

Anak muda itu tertegun. Dia melihat lencana polisi itu dengan seksama, lalu dia berbalik untuk menelpon.

Entah apa yang mereka bicarakan di telepon. Ketika dia berbalik, dia terlihat lebih santai. "Silahkan lewat sini!"

...

Jarak antara kastil putih dan ruang duka yang dibangun kurang lebih 200 meter.

Memasuki batas kastil itu, Xiang Wan berjalan dengan hati-hati. Dia penuh dengan rasa penasaran, namun dia tidak berani memeriksa tempat itu.

Kastil itu terlihat sangat misterius.

Tetapi, wanita pemilik kastil ini jauh lebih misterius.

Nyonya Zhao "menerima" kedatangan mereka dengan dipisahkan oleh gorden sifon berwarna putih.

Dia bilang kalau wajahnya jelek, dan karena itu dia tidak nyaman menerima tamu, karena khawatir akan membuat mereka takut!

Pada file kasus yang Xiang Wan lihat tadi, terdapat foto Nyonya Zhao setelah kecelakaan mobil. Selain anggota tubuh bagian bawahnya yang lumpuh, wajahnya juga terluka. Mungkin wajah aslinya tidak akan kembali lagi.

Karena itu, kalau Zhao Jiahang harus melihat wajah sejelek itu setiap hari, bagaimana bisa dia menolak godaan fisik gadis-gadis muda yang cantik?

Naluri manusia memang buruk dan praktis.

Xiang Wan merasakan sedikit simpati kepada wanita yang berada di balik gorden sifon tersebut.

Apalagi ketika Xiang Wan mendengar suaranya yang lembut, dia jadi ingin lebih dekat dengannya.

"Xiao Cheng, ambilkan air minum untuk tamu kita. Dan wanita ini, apa yang ingin kamu minum..."

"Tidak perlu," Bai Muchuan menyela, "Kami di sini untuk menanyakan beberapa pertanyaan."

Suasana mendadak menjadi dingin karena nadanya.

Detektif Huang berhenti sejenak, dan segera tersenyum untuk menghilangkan suasana canggung itu. "Jadi begini, Nyonya Zhao, kami ragu dengan kasus suami anda, dan kami ingin anda bekerja sama untuk memastikan beberapa hal. Sebenarnya, anda perlu datang langsung ke Unit Investigasi Kriminal untuk memberikan pernyataan, tapi mengingat ketidaknyamanan anda, dan karena anda punya banyak hal yang harus di kerjakan di rumah, jadi kami yang akan datang mengunjungi anda..."

Kata-kata Bai Muchuan sangat masuk akal, belum lagi sikapnya yang jauh lebih baik.

Xiang Wan menghela nafas lega ketika Nyonya Zhao tergelak.

"Kakiku dalam kondisi yang kurang baik. Tapi, hampir tidak ada hal yang harus aku tangani dalam masalah ini."

Suara Nyonya Zhao terdengar sedikit tegang. Xiang Wan berpikir, mungkin karena dia mengetahui ketidaksetiaan Zhao Jiahang setelah kematiannya, dan dia merasa tidak sanggup menerimanya. Xiang Wan menghela nafas dalam hati.

Namun, Bai Muchuan jelas tidak sesimpatik itu. Dia memberi isyarat pada Huang He untuk menulis pernyataan sesuai apa yang dia tanyakan dengan suara dinginnya.

"Kapan anda mengetahui keberadaan Tian Xiaoya?"

...

avataravatar
Next chapter