5 Aku ingin Menginap Malam Ini!

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Gang yang redup, kucing liar yang ketakutan, dan mobil yang hampir menabraknya...

Sebuah adegan dengan nuansa deja vu yang kuat bermain di dalam pikirannya. Dalam kejadian itu, seorang wanita dengan rambut ikal yang kusut sedang tersenyum ke arahnya. Tiba-tiba, dagu wanita itu terbuka lebar memperlihatkan gigi taringnya yang mengerikan. Suaranya yang serak terdengar seperti pecahan jam pasir.

Seakan-akan wanita itu datang dari dimensi lain, dia terpampang jelas di hadapannya, dan mencekik lehernya.

"Aku sangat menyukai ceritamu!"

"Update-mu lama sekali... Terlalu lama! Terkadang, aku merasa geram sampai ingin mencekikmu..."

"Kalau kamu tidak segera merilisnya... Aku akan mengirimkanmu pisau..."

"Kalau aku telah mati dan kamu masih belum juga menyelesaikan cerita itu, ingatlah untuk membakar cerita yang sudah selesai sebagai persembahan di depan makamku..."

"Terlalu banyak rahasia di dalam ceritamu... Aku ingin mengetahui semuanya..."

Suara yang dingin dan lemah terdengar di kepala Xiang Wan. Wajah wanita itu perlahan menjadi nyata dalam pikirannya.

Sosok bayangan yang tinggi dan gelap mendekatinya, dan bayangan itu tiba-tiba menyelimuti kepalanyaketika dia menepuk punggungnya dengan pelan dari arah belakang.

"AH!" Xiang Wan berteriak ketakutan saat dia berbalik.

Wajah Bai Muchuan yang tak acuh memberikan efek penenang pada malam itu. "Aku sedang bertanya padamu siapa wanita yang kamu bicarakan?"

Sudut bibirnya menempel dengan rapat. Ekspresi meringis yang ada pada wajahnya jelas memperlihatkan kalau dia sudah tak sabar.

Ini adalah ketiga kalinya dia menanyakan pertanyaan itu, namun Xiang Wan masih belum juga tersadar. Xiang Wan menatap ke arah mata Bai Muchuan, dan dengan segenap usahanya, akhirnya dia bisa sadar dan kembali ke realita.

"Dia adalah salah satu pembaca novelku. Lebih detailnya, dia adalah moderator di grup obrolan pembaca yang aku buat."

"Seorang moderator?" Bai Muchuan menyipitkan matanya saat dia mendengarkan, lalu kedua alisnya pun mengernyit.

"Aku memiliki grup obrolan pembaca yang diurus oleh beberapa moderator, dan sebuah grup QQ khusus untuk moderator saja. Aku memposting naskah pertamaku di grup tertutup ini... Mereka menolak alur penyiksaan kucing itu, karena merasa terlalu sadis, akhirnya kuhapus saja dari ceritaku..."

"Siapa dia?" Bai Muchuan melontarkan pertanyaan yang paling penting.

Keringat tipis muncul di telapak tangan Xiang Wan saat dia menceritakan kembali peristiwa tersebut kepada Bai Muchuan, tentang bagaimana dia hampir ditabrak mobil di gang oleh seorang wanita.

"Aku belum pernah bertemu pembacaku di dunia nyata, tapi kami saling menyimpan kontak WeChat dan QQ. Aku sudah pernah melihat foto mereka beberapa kali, apalagi para moderator. Terkadang, kami juga saling mengirim hadiah... Reaksi pertamaku saat aku melihat wanita itu adalah, aku merasa sudah tidak asing dengannya, namun cahaya di sana terlalu redup dan aku tidak berani berpikir kalau itu adalah dia..."

"Siapa dia? Langsung saja ke intinya!" Tatapan Bai Muchuan semakin tajam. "Jangan takut! Katakan saja siapa yang kamu pikirkan."

"Dia..." Merasakan dingin di sekujur tubuh, Xiang Wan mengambil ponselnya lalu menunjukkan padanya. "Dia meninggal bulan lalu."

...

Nama pembaca itu adalah "Er Niu". Dia telah mengikuti dua novel milik Xiang Wan.

Ketika Xiang Wan menulis novel "Murder The Dream Guy", Er Niu membiarkan namanya digunakan sebagai karakter pembantu di novel itu. Dia juga mengganti nama layar miliknya menjadi "Er Niu" karena dia sangat menyukai karakter itu.

Er Niu jarang muncul dalam grup obrolan. Walaupun mereka tidak mengobrol secara pribadi, keduanya bisa dibilang sebagai teman virtual yang dekat.

Akhir bulan lalu, keluarga Er Niu memposting kematiannya pada WeChat Moments.

Disamping merasa sedih karena tiba-tiba kehilangan seseorang yang belum pernah dia temui di dunia nyata, dan mengirimkan pesan sedih ke ponsel Er Niu, dia pun dengan cepat melupakannya.

Seseorang yang telah meninggal selama hampir sebulan, tiba-tiba muncul di lingkungan rumahnya. Xiang Wan tanpa sadar merasa seluruh tubuhnya menjadi dingin karena memikirkan hal itu.

Apa itu benar-benar dia? Tapi ini sungguh aneh!

Bai Muchuan merengut saat dia melihat wajah Xiang Wan yang menjadi pucat. "Kita akan memeriksa masalah ini dengan informasi yang telah kamu berikan."

Detail penyiksaan kucing sudah cocok dengan alur yang dia buat. Orang yang sudah melihat naskah pertamanya lebih sedikit, jadi investigasi bisa lebih cepat. Lagipula, "Er Niu" ini terlihat sangat mencurigakan. Saat ini, dia adalah tersangka utama pada kasus kematian Zhao Jiahang.

Sepuluh menit kemudian, tim forensik telah datang.

Kapten dari tim forensik itu terlihat setinggi Bai Muchuan.

Xiang Wan berdiri di samping, menatap kedua kapten yang saling berkomunikasi dari kejauhan. Dia merasa kalau wajah pria itu sangat menonjol dan tajam, tapi karena saat ini sudah malam, dia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Dia berdiri di sana dengan tegang, memikirkan kalau Bai Muchuan akan membawanya ke Unit Investigasi Kriminal untuk investigasi selanjutnya.

Melihat dia berjalan menuju mobil polisi setelah menyelesaikan obrolannya dengan Kapten Forensik membuat dia terkejut.

"Aku akan mengantarmu pulang lebih dulu!"

Daerah pemukiman rumahnya terlihat sangat sepi pada malam hari.

Ketika dia berjalan menuju apartemennya, Xiang Wan merasa takut kalau dia akan menemui kucing liar yang lain.

Dia tidak membenci kucing, dan dia pernah suka mengelus kucing peliharaan milik Fang Yuanyuan. Namun tidak dengan malam ini – dia tidak ingin mendengar suara kucing lagi.

Saat dia membuka kunci pintu, suara gemerisik itu pun membuatnya lemas.

Dia segera menyalakan lampu. Di bawah cahaya yang redup, dia merasa ketakutan dengan apapun yang muncul di hadapannya. Hari ini sungguh sangat panas dan tubuhnya basah karena keringat, namun tanpa ada alasan, dia hanya merasa sangat dingin.

Dia ingin mandi, tapi saat dia melihat kaca di kamar mandinya, dia kabur. Seolah ada seorang wanita dengan rambut terurai di wajahnya akan datang keluar dari dalam kaca, tertawa histeris sambil mencekik leher Xiang Wan.

... Apakah arwah Er Niu datang untuk mencarinya?

... Hanya karena dia belum menyelesaikan ceritanya?

Tidak, tidak, tidak! Jangan menakuti dirimu sendiri! Pikir Xiang Wan.

Xiang Wan merasa putus asa saat mencoba menghapus imajinasi menakutkan yang berputar di kepalanya. Namun, dia hanya sendirian di dalam apartemen miliknya, dan dia tidak bisa menahan ketakutan yang merayap di dalam kepalanya.

Dia menggunakan selimut dan mencoba mengalihkan perhatian dengan mengobrol bersama para pembaca di dalam grup.

Namun, dia adalah penulis yang tidak populer.

Saat ini sekitar pukul 1 hingga 2 malam. Siapa yang akan mengobrol dengannya pada saat itu?

Walaupun Xiang Wan percaya bahwa tidak ada hantu di dunia ini, dia masih saja takut sampai semua rambutnya berdiri tegak.

Disana, seolah ada sepasang mata yang menatap ke arahnya dari ujung yang gelap, sunyi namun terasa ada di mana-mana.

Dia menderita selama setengah jam, di bawah halusinasi pendengaran dan penglihatannya. Rasa takut yang datang dari dalam jiwa, akhirnya melampaui akal sehat dan harga dirinya.

"Halo! Detektif Bai?"

Ketika panggilan menuju Bai Muchuan tersambung, suara Xiang Wan terdengar gemetar. "Aku... Aku takut."

Tidak ada respon dari seberang sana, walaupun panggilan itu masih tersambung.

Xiang Wan mengatur nafasnya karena takut kalau Bai Muchuan akan memperlakukannya seperti orang gila.

Setelah menunggu selama beberapa detik, gadis yang sebelumnya tak pernah takut sendirian itu sekarang menjadi gemetar ketakutan akibat halusinasinya sendiri dan dia pun mulai gagap lalu berbicara tidak jelas.

"Detektif Bai, apa kamu- apakah kamu sudah menikah?"

"..." Sunyi.

"Aku ingin bertanya! Di rumahmu, ada siapa saja keluargamu?"

"..." Hening.

Kesunyian dari ujung telepon membuat jantung Xiang Wan berdegup kencang karena merasa takut. Adegan telepon aneh dalam film horror tiba-tiba berputar di otaknya.

"Halo! Detektif Bai, apakah kamu ada di sana? Tolong katakan sesuatu?!"

"Tidak," akhirnya Bai Muchuan menjawab.

Apakah itu berarti dia masih lajang, atau tidak ada orang di rumah?

Uh, aku tidak perduli lagi! Pikir Xiang Wan. "Aku ingin menetap di rumahmu malam ini!" Ucapnya secara spontan.

Tampaknya, kalimat yang dia ucapkan tidak dia pikirkan terlebih dahulu.

Setelah semua yang terjadi, Xiang Wan menyerah terhadap rasa takut dan tidak bisa menempatkan akal sehatnya untuk memikirkan masalah itu.

Dia benar-benar ketakutan.

Tidak peduli entah manusia atau roh, kasus pembunuhan ini terlalu ganjil dan menyeramkan.

Dia tidak ingin ikut terlibat, namun sudah jelas dia telah terjebak di dalamnya.

Dia bisa memilih pulang, namun ibunya sedang dalam kondisi yang tidak sehat dan tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Xiang Wan tidak ingin ibunya mengkhawatirkan dirinya.

Dia bisa saja tinggal dengan orang lain, namun siapa yang lebih aman dibandingkan dengan detektif itu sendiri?

"..."

Tidak ada suara dari ujung telepon, dan yang Xiang Wan takutkan saat ini adalah kesunyian.

Dia menguatkan genggamannya pada ponselnya. "Halo, Detektif Bai, apa kamu mendengarkan?" Suaranya sedikit bergetar. "Aku tidak berani sendirian di rumah. Aku merasa ada hal yang menakutkan di seluruh tempatku. Aku merasa takut dengan apa yang aku lihat... dan aku merasa kepalaku penuh dengan musik yang mengerikan..."

Dia menghipnotis dirinya sendiri.

Pikirannya dipenuhi rasa takut yang biasa dirasakan oleh orang setelah menonton film horor.

"Tentu saja, jika dirasa kurang nyaman, tidak masalah kalau kamu bisa datang ke tempatku."

Khawatir bila Bai Muchuan tidak akan setuju, dia menambahkan kalimat lain.

"Detektif Bai, bukankah itu tanggung jawab polisi melindungi saksi mata ketika hidupnya berada dalam bahaya yang ekstrim?"

"Kamu terlalu banyak menonton film detektif!" Respon Bai Muchuan secara tiba-tiba.

Xiang Wan merasakan hawa dingin di dalam jantungnya. "Aku benar-benar curiga kalau ada yang ingin membunuhku!" Dia sampai berteriak ke ponselnya, "Tolong kirimkan anggota polisi untuk melindungiku. Dan selagi kamu ada di situ, tolong berikan aku dua bungkus mi instan Master Kong rasa pedas, dan dua sosis daging yang tidak terlalu tebal..."

"..."

Tiba-tiba suasana menjadi sunyi.

Kalimat konyol itu membuat pikirannya kosong sesaat.

Kurasa dia benar-benar ketakutan?

Sesaat kemudian, dia mendengar suara Mai Muchuan. "Tunggu sebentar!"

...

avataravatar
Next chapter