1 SAHABAT

Namaku Raina Putri Alzahra atau biasanya Aku dipanggil Raina, Mama pernah berkata bahwa saat Aku lahir bersamaan dengan turunnya hujan yang tiba-tiba di musim kemarau. Hal itulah menjadi alasan pemberian namaku.

Sejak kecil Aku selalu bersama dengan seseorang yang menjadi Sahabatku, Risky Awan Samudera itulah namanya. Semua orang memanggilnya Risky namun hanya Aku sendiri yang selalu memanggilnya Awan. Saat orang-orang bertanya alasan Aku selalu memanggilnya Awan ?, dengan percaya diri Aku selalu berkata 'karena setiap ada Hujan pasti disitu pun akan ada Awan, begitu juga dimanapun Raina berada akan ada Awan disisinya'. Cara berfikir yang terbilang masih polos, yang di ucapkan seorang anak berumur 7 tahun namun masih terbawa hingga saat ini ketika Aku telah menjadi seorang siswa SMA kelas 3 yang sebentar lagi harus dihadapkan dengan Ujian Nasional.

" Raina...." Terdengar panggilan seseorang di halaman rumah.

Aku loncat dari tempat tidur dan segera berlari menuju jendela kamar, Aku membuka jendela kamar dan segera mencari si pemilik suara itu. Pandanganku tertuju pada sesosok remaja laki-laki berumur 18 tahun yang berdiri di halaman depan rumahku. Cowok itu mengenakan celana berbahan kain dan atasan jaket yang hodienya digunakan untuk menutupi kepalanya. Sesekali dia melihat ke atas dimana Jendela kamarku berada.

" Awan.....!! Apa yang kamu lakukan ? Bukankah hari ini libur ? " tanyaku bingung.

Cowok itu spontan melihat arahku, lalu mulai menghela nafas.

" Lagi lagi kamu lupa.. ! Hari ini kita sudah berencana belajar Matematika di rumah Pak Choi" ucapnya.

Aku mengingat ingat " Ohh.. iya, Tapikan...." Ucapku tak bersemangat.

" Tak ada tapi-tapian. Cepatlah siap-siap dalam sepuluh menit kamu sudah harus ada di halaman rumah. Mengerti.....!! " ucapnya tegas.

Aku segera berlari ke kamar mandi sambil terus menggerutu " Dasar cowok kaku..!! Aku tak menyangka bisa bertahan bersamanya selama bertahun tahun. " ucapku kesal.

" Bahkan dihari libur saat yang lainnya sibuk istirahat dia malah sibuk untuk belajar, hanya ada belajar, belajar, dan belajar dalam otaknya. Pantas saja dia masih jomblo hingga sekarang" .

" Cepatlah....!!! " teriakan seseorang membuat ku mempercepat gerakan.

*

Sepuluh menit kemudian Aku melangkah menuju halaman rumah. Aku melihat Awan sudah menaiki sepedanya.

" Kita naik sepeda?" tanyaku.

" Iya, tidak mau naik sepeda ? " tanyanya .

" Bukan begitu..." ucapku bingung.

" Kalau tidak mau naik sepeda, kamu jalan kaki saja menuju rumah Pak Choi ". Ucapnya sembari bersiap-siap mengayuh sepedanya.

" Tunggu.....!! " Teriakku memanggilnya. "Begitu saja ngambek pantas sampai sekarang Jomblo " ucapku sambil menaiki sepedanya dan dia mulai mengayuh.

**

Tiga puluh menit sudah perjalanan kami, akhirnya sampai juga di rumah Pak Choi . Awan segera memasukkan sepedanya di halaman rumah Pak Choi. Lalu Awan mulai melangkah menuju depan pintu dan mulai menekan bel yang berada tepat di samping pintu. Aku hanya berdiri di belakangnya tidak bersemangat.

Tiba-tiba seorang pria paruh baya membukakan pintu dan menyuruh kami masuk. Pak Choi mempersilahkan kami duduk lalu tanpa membuang waktu Awan langsung mengeluarkan buku Matematika dari dalam tasnya.

' Dasar...! Manusia robot bisanya hanya belajar, belajar terus. Waktu liburku masih harus belajar, hari liburkan harusnya dipakai istirahat bukannya malah belajar ' Batinku kesal.

" Keluarkan bukumu..! " ucap Awan kepadaku.

" Iya..!" ucapku sambil pura-pura tersenyum.

Kami mulai belajar hingga tak sadar dua jam telah berlalu. Aku sudah tidak sanggup lagi untuk belajar, sesekali Aku membuka buku dan membolak balik halaman tanpa membacanya. Saat mulai bosan membuka buku, Aku mulai menggambar-gambar di dalam bukuku kini Aku sudah tidak memperhatikan penjelasan Pak Choi lagi seputar soal Matematika yang dia berikan.

Sesekali Awan memukul tanganku dengan pena yang di pegangnya dan seketika membuat diriku berusaha untuk fokus kembali.

***

~💙~

🆙

avataravatar
Next chapter