3 JANTUNGKU BERDETAK KENCANG

Sebelum tidur Aku sudah mengatur alarm pada pukul enam pagi dan sebuah keajaiban terjadi Aku dapat bangun lebih awal sebelum jam alarm berbunyi.

Aku tanpa membuang waktu segera menuju kamar mandi dan segera mandi lalu selanjutnya mulai bersiap-siap. Setelah selesai Aku beranjak ke meja makan dan mulai sarapan sambil menunggu Awan datang.

Beberapa menit kemudian Aku melihat Awan telah tiba dihalaman rumah ku, Aku cepat-cepat berpamitan kepada Papa dan Mama dan berlari keluar menemui Awan sebelum dia mulai menceramahiku lagi. Saat Aku menemui Awan kulihat wajahnya tampak tak percaya melihatku bisa tepat waktu, Akupun hanya tersenyum kepadanya. Tanpa berpikir panjang Aku langsung menaiki sepedanya " Ayo... cepat, nanti kita terlambat ke sekolah" ucapku dan Awan hanya tersenyum kepadaku.

Awan memang dikenal selalu bersikap dingin namun terkadang dia sangat hangat apalagi kepadaku, dia tak pernah lupa ulang tahunku di saat terkadang Akupun lupa ulang tahunku sendiri.

Dia bahkan bela-belain tidak datang ke perlombaan cerdas cermatnya hanya untuk menemaniku saat ulang tahunku, saat itu Mama dan Papa sedang ke luar kota dan meninggalkanku seorang diri bersama pembantu kami. Karena tidak ingin melihatku sedih, Awan menemaniku seharian penuh dan pergi keluar bersamaku ke beberapa tempat yang ingin ku kunjungi di hari Ulang tahunku.

Walaupun terkadang Aku selalu dibuat kesal olehnya namun jika Aku di suruh memilih punya banyak teman atau punya seseorang yang selalu ada untukku dan sangat memahamiku tentu Aku akan memilih pilihan kedua dan seseorang itulah yang sekarang ku miliki yaitu Awan.

*

Beberapa jampun berlalu, akhirnya kami dapat pulang ke rumah. Seperti biasanya Awan sudah menungguku di halaman sekolah, Aku menghampirinya dan langsung menaiki sepedanya. Awan langsung mengayuh sepedanya, dalam perjalanan Aku meminta Awan singgah di rumah pohon yang saat kecil kami menyebutnya Istana kami.

Awan hanya diam namun Aku yakin Awan akan menuruti permintaanku. Dan benar saja beberapa menit kemudian kamipun berhenti di tepi jalan yang sangat familiar. Akupun segera turun dan menelusuri jalan setapak dan tak beberapa lama kami pun tiba di Istana kami.

Aku segera menaiki tangga menuju rumah pohon dan Awan hanya duduk di pinggiran danau. Aku duduk di bagian ujung rumah pohon sambil menggantungkan kakiku. Aku mulai teringat kembali masa laluku.

**

3 Tahun yang Lalu

Saat kami lulus SMP, Aku memohon kepada Awan untuk menemaniku ke pasar malam. Bisa dianggap sebagai perayaan kelulusan kami. Papa dan Mamaku juga tak akan mengijinkan Aku kemanapun kecuali jika Awan yang pergi bersamaku. Aku bersih keras ingin pergi ke Pasar malam karena kata teman-temanku bahwa malam ini akan ada seorang peramal yang terkenal, dan tentu saja Aku ingin pergi siapa tahu setelah di ramal Aku bisa mengetahui semua hal yang berhubungan dengan percintaanku.

Dengan berbagai cara Aku memohon akhirnya Awan menyetujui permintaanku, diapun mengatakan akan menjemputku jam tujuh malam nanti. Aku tak sabar dan hanya terus menerus melihat jam dinding yang tergantung di dinding rumahku. Tak ku sangka akupun tertidur di sofa karena begitu tak sabarnya menunggu. Tiba-tiba seseorang membangunkanku.

" Raina... Raina... Raina... " Panggilan seseorang sambil menggoyang goyangkan tubuhku.

Akupun perlahan-lahan membuka mataku.

" Iya Ma..." ucapku yang masih menguap dan mengucek mata.

" Bukankah malam ini kamu akan pergi ke pasar malam? " Tanya Mama.

" Iya Ma... Jam tujuh perginya. Memangnya sekarang jam berapa, Ma?" ucapku.

" Sekarang sudah jam setengah tujuh " ucap Mama.

" Apa....!!! " Aku melompat dari sofa dan melihat jam lalu segera berlari ke kamar dan mulai bersiap-siap.

Seperti biasanya Awan datang lebih awal dan membuatnya harus menungguku. Papa menemaninya mengobrol di ruang tamu. Setelah selesai bersiap-siap Aku pun menemui Mereka di ruang tamu.

Kami berduapun pamit kepada Papa dan Mama, kali ini kami tidak menggunakan sepeda karena sudah malam kami akan diantar menggunakan mobil Papa dan nanti akan kembali di jemput pada jam sembilan.

Sesampainya di pasar malam, aku tak bisa tenang . Banyak wahana di pasar malam yang wajib Aku coba, Aku mengajak Awan menaiki beberapa wahana tapi yang bisa dia katakan hanya

' Kita bukan anak kecil lagi '

' apakah kamu tidak malu dengan anak-anak kecil disini ? '

'seusia ini mau naik wahana Anak-anak '

'tidak, Aku tidak mau '

Wahana yang Aku inginkan semuanya dia tak mau , dia malah bertanya ' tak adakah tempat yang bisa menambah pengetahuan disini ? ' .

Aku tak percaya, di tempat seperti inipun dia masih saja berfikir tentang belajar. Aku tak menghiraukannya, Aku tetap melangkah hingga pandanganku tertuju pada sebuah tenda yang berada di depanku. Terlihat banyak sekali orang mengantri.

" Awan, itu ... lihatlah... " Aku menunjuk kearah tenda peramal itu.

Awan melihat kearah yang ku tunjuk " Tempat apa itu ? " tanyanya.

" Itu tempat peramal... Ayo kita ke sana...!! " ucapku bersemangat lalu mulai melangkah kearah tenda peramal itu namun karena banyaknya orang.

Tiba-tiba saja seseorang menabrakku dan membuatku hampir terjatuh syukur saja ada Awan disampingku sehingga dia segera menangkapku kepelukannya. Seketika saja jantungku berdetak cepat saat kami tak sengaja bertatapan. " Kamu baik-baik saja ? " tanyanya sembari melepaskan pelukannya. Aku hanya menjawab pertanyaannya dengan mengangguk.

~💙~

🆙

avataravatar
Next chapter