1 Berapa Harga yang Kamu Minta?

"Jadi berapa harga yang Kamu minta untuk melepasnya?"

"Hem… Jangan terburu-buru gitu dong Bos. Biar Aku kalkulasi…Hem…Sepertinya 300 juta cukup. 150 juta untuk membayar hutang-hutangku. 150 juta anggap saja investasi yang Aku keluarkan selama menikahinya, hehe." Herman tersenyum dengan licik.

Aditya menatap mantan bawahannya itu dengan geram. Jika saja tidak ada hukuman untuk membunuh orang, mungkin dia akan membunuh laki-laki itu dengan tangan kosong. Aditya mengambil selembar cek di lacinya dan menuliskan angka yang di minta oleh Herman.

"Ini ceknya dan tanda tangan di sini." Aditya menyerahkan cek tersebut dan menyuruh Herman untuk menandatangani perjanjian mereka. Herman menerima cek tersebut dengan riang gembira. Dia mencium cek itu seolah-olah sedang mencium sesuatu yang wangi.

"Ahh… Aku tidak menyangka istriku akan semahal ini. Andaikan Aku menaikkan harganya, hahaha…"

"Silakan tanda tangan. Untuk surat cerainya akan segera di kirim begitu selesai."

"Ahh Bos… jangan buru-buru seperti itu… Aku masih tidak menyangka, Bosku yang penuh dengan kharisma ini akan jatuh cinta pada istri sampahku…Ukhh!!" Aditya melayangkan kepalan tangannya pada rahang Herman yang membuat Herman jatuh tersungkur.

"Pak, tolong tahan diri Anda. Bila Anda tidak bisa menahan diri, Anda akan berakhir di balik jeruji." Agung yang merupakan pengacara Aditya berusaha untuk menahan tubuh atasannya.

"Dasar laki-laki sampah!! Sekali lagi Kau menghina dia, akan Aku kubur tubuhmu hidup-hidup!"

"Hahaha, sabar Bos. Sekarang wanita itu sudah menjadi milikmu. Aku akan tanda tangan ini dan pergi dengan uang ini." Herman mengambil pena dan menandatangani perjanjian tanpa membacanya terlebih dahulu. Euphoria mendapatkan uang sebanyak 300 juta secara cuma-cuma mengalahkan akal dan pikirannya. Yang terbersit di kepalanya adalah menghabiskan uang itu di meja judi sembari menikmati gadis-gadis cantik.

Selesai tanda-tangan, Herman melempar surat perjanjian itu ke atas meja. Dan pergi ke pintu keluar. Sebelum pergi, dia kembali berkata.

"Sore ini Aku akan mengantarnya ke rumahmu Bos. Aku sudah menalaknya beberapa hari yang lalu. Kamu tidak perlu khawatir dengan masa iddahnya Bos. Sudah puluhan bulan Aku tidak menggaulinya karena dia sangat kering seperti ikan teri. Sama sekali tidak menggugah birahiku. Aku masih heran, kok bisa bosku yang hebat ini bisa suka pada barang yang sudah Aku buang? Hahaha." Selesai berkata seperti itu, Herman langsung bergegas pergi. Dia takut kena bogem mentah seperti sebelumnya.

Aditya sangat geram mendengar perkataan Herman. Napasnya menjadi pendek-pendek dan tubuhnya gemetar karena amarah. Agung berusaha menahan tubuh bosnya agar tidak mengejar Herman dan menghajarnya.

"Selesaikan perceraian itu dengan cepat. Aku ingin minggu depan sudah menerima surat cerai itu."

"Baik Pak."

"Dan juga siapkan berkas-berkas pernikahanku dengannya. Begitu surat cerai sudah di tangan, Aku ingin segera menikahinya."

"Baik Pak."

"Simpan perjanjian ini dengan baik. Untuk mengantisipasi kejadian tak terduga di masa depan."

"Siap Pak."

"Ya sudah, itu saja. Aku tunggu kabar baiknya."

"Iya Pak. Kalau begitu, Saya pamit undur diri dulu Pak."

Agung pergi meninggalkan ruangan Aditya, menyisakan Aditya sendiri di ruangan itu.

avataravatar