31 Wanita Di Masa Lalu

"Wen Qi, pinjamkan aku skutermu. Motorku masih di bengkel. Aku baru ingin mengambilnya sore ini," Chu Weixu meminta sambil melepas celemek di tubuhnya.

Wen Qi mengangkat dagunya, mengernyitkan alis, lalu bertanya dengan heran, "Kakak, kau mau ke mana?"

"Mengantar pesanan," menjawab, Chu Weixu mengulurkan tangannya ke arah Wen Qi.

Mendengar itu, Wen Qi seketika berdiri. Karena postur tubuh Chu Weixu yang jauh lebih tinggi darinya, ia harus menengadahkan kepala saat ia berbicara, "Kakak, biar aku yang mengantarnya."

Chu Weixu tersenyum, menekan kedua bahu pemuda itu untuk kembali duduk sambil memberinya pemahaman, "Tidak perlu. Selesaikan saja tugas kuliahmu. Lagipula, aku juga harus pergi membeli beberapa bahan di toko. Jadi, tetap di sini untuk menunggu pelanggan, oke?"

Itu terdengar cukup jelas. Wen Qi tidak punya pilihan selain menjadi anak yang patuh walau wajahnya menunjukkan ekspresi berbeda dari tindakannya, terlihat enggan.

Ia menghela napas dalam diam, lalu meraba tasnya, dan memberikan kunci skuternya kepada Chu Weixu setelah ia menemukannya.

"Jangan lama-lama. Aku tidak mau sendirian di sini terlalu lama," Wen Qi menegaskan dengan nada merajuk.

Sambil berjalan buru-buru menuju pintu, Chu Weixu membalas sebelum ia keluar, "Ya, aku tahu. Aku juga khawatir jika anak kecil sepertimu akan diculik di sini. Zhiyi akan memarahiku."

Wen Qi pura-pura terlihat kesal sambil memerhatikan Chu Weixu keluar dari pintu hingga ia pergi menggunakan skuternya. Kemudian, ia kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya.

Mengambil jurusan teknik di salah satu universitas teknik, Wen Qi nyaris tidak memiliki waktu luang untuk bersenang-senang.

Ada banyak tugas dan praktik menjelang ujian. Untungnya, ia telah melalui semua itu kemarin, jadi ia memiliki libur beberapa pekan yang bisa ia gunakan untuk bekerja paruh waktu dan pulang ke desa untuk mengunjungi kerabatnya. Hanya saja ada tugas yang harus ia kumpulkan dalam waktu dekat ini, jadi ia memilih untuk mengerjakannya selagi ia memiliki waktu luang di sela-sela pekerjaannya.

Tiba-tiba sebuah pemikiran yang muncul di kepalanya membuatnya tersenyum dengan wajah berseri-seri seperti baru saja menemukan cinta monyet pertamanya. Ia menopang dagunya dan mulai membayangkan bagaimana Chu Weixu selalu menggodanya.

Dalam benaknya, Wen Qi sebenarnya tidak benar-benar kesal saat Chu Weixu menggodanya, bahkan itu membuatnya senang. Ia menyukai tingkah Chu Weixu yang selalu mengolok-oloknya, membuat mereka berdua terasa lebih dekat.

Sayangnya, kedekatan mereka sebatas kerabat dari kekasihnya. Ia mengetahui dengan jelas bahwa Chu Weixu menganggapnya tidak lebih sebagai adik kecil mereka karena usianya.

Memikirkan itu, senyum di wajah pemuda itu perlahan menjadi garis kekecewaan.

Di sisi lain, Chu Weixu berhenti di lampu merah bersama pengendara lainnya. Di sebelahnya, ada dua orang wanita muda mengendarai sebuah mobil mewah sedang memerhatikannya dengan begitu tertarik. Mereka sesekali berbisik satu sama lain, membicarakan seorang pria tampan dengan skuter di dekat mobil mereka, mengutarakan kekaguman mereka.

Sementara Chu Weixu telah menyadarinya, namun tidak begitu peduli. Tidak ada orang lain yang akan membuatnya tertarik selain Ai Zhiyi.

Setelah lampu hijau, Chu Weixu segera mengendarai skuter dengan kecepatan tinggi.

Kurang dari sepuluh menit, ia pun tiba di bawah apartemen tujuannya. Ia membaca alamat yang ia tempel di bingkisan pesanan sekali lagi dan melihat nomor apartemen pelanggannya. Kemudian, ia bergegas menaiki lift untuk naik ke lantai atas.

Setibanya di sana, dengan cepat ia menemukan nomor apartemen itu dan segera menekan bel.

Tak lama setelahnya, seseorang datang dan membuka pintu, menghadirkan sosok wanita anggun berusia sekitar dua puluh lima tahun.

Namun, begitu Chu Weixu melihat wanita itu, ia membeku dalam sekejap dengan tangan terulur ke depan.

Jika saja wanita itu tidak segera mengambil pesanannya, itu sudah pasti jatuh berserakan di atas lantai.

Chu Weixu terkejut dan melebarkan matanya, menatap wajah itu dalam ketidakpercayaan. Wajah itu sudah seharusnya memudar dalam ingatannya namun sekarang, itu sangat jelas di pikirannya.

Sepertinya, waktu telah berhenti pada saat ini juga ...

Dia belum bisa percaya.

Wanita itu, Wang Shu, berdiri di hadapan Chu Weixu tanpa ekspresi seolah ia telah lama kehilangan emosi di dalam dirinya setelah mencurahkan banyak perasaan pada insiden yang terjadi lima tahun lalu. Saat ini, ia juga terkejut ketika melihat Chu Weixu, tapi ia masih bisa mengendalikan dirinya.

Wang Shu adalah seorang wanita yang pernah jatuh cinta pada Chu Weixu. Karena ia tergila-gila pada pria itu, ia melakukan hal gila dengan bekerja sama dengan seorang kenalannya untuk menjebak Chu Weixu dalam satu malam yang intim.

Saat wanita itu mengetahui bahwa Chu Weixu adalah seorang gay dan telah memiliki kekasih pria, ia tidak sanggup membendung kekecewaan yang teramat dalam di hatinya. Ia berpikir bahwa kehilangan harapan itu telah menghancurkan masa depannya bersama anak yang dikandungnya.

Dua hari setelah ia melahirkan bayinya, ia datang ke tempat Chu Weixu dan menemukan seorang pria sopan dan pendiam membuka pintu untuknya. Segera ia mengetahui bahwa pria itu adalah kekasih dari ayah bayinya.

Sayangnya, pria itu mengatakan bahwa Chu Weixu sedang ditahan di kepolisian saat ia menanyakan keberadaannya, sehingga kehadirannya hanya seperti gadis belia bodoh yang datang dengan mata merah dan bengkak tanpa bisa mencurahkan apa pun.

Saat itu, Wang Shu bersusah payah untuk tidak menangis. Namun, seberapa keras ia mencoba menekan kesedihannya, air mata di matanya jauh lebih kejam merobek kelopak matanya, lalu jatuh ke wajahnya tanpa menyisakan apa pun selain luka yang masih berbekas di mana rasa sakitnya masih bisa ia rasakan hingga saat ini.

Di hari itu, diikuti oleh tangisan menyayat hati Wang Shu, dengan tangan gemetar Wang Shu menyodorkan bayinya kepada pria itu. Ia tidak akan sanggup menatap wajah bayi itu setiap hari — hari-harinya sudah pasti akan dihantui oleh bayang-bayang seseorang yang ia cintai — namun menyebabkan kekecewaan luar biasa dari perasaan yang ia miliki. Jadi, ia berniat memberikannya kepada mereka daripada ia harus membuangnya di jalanan.

Ia tidak bermaksud baik. Ia hanya ingin pasangan itu melihat bayi itu seperti duka di hari-hari mereka!

Namun, pria itu hanya berdiri terpaku dan tidak bergerak sedikitpun, jadi ia meletakkan bayinya dengan hati-hati di bawah kaki pria itu.

Wang Shu hanya bisa berkata dengan tegar saat itu, "Rawat anak ini. Aku tidak mau merawat anak haram dari pria sialan itu." Lalu, ia pergi begitu saja tanpa mengetahui bagaimana ekspresi yang ditunjukkan oleh pria berwajah lembut itu diiringi tangisan yang semakin melukai dirinya sendiri.

Sekarang, setelah melihat Chu Weixu lagi, ia kembali teringat dengan masa lalu kelam itu.

Sudah lima tahun berlalu ...

Seharusnya bayi itu sudah menjadi anak laki-laki tampan seperti pria di hadapannya ...

Wang Shu menatap Chu Weixu dengan penuh dendam, bukan rasa cinta, sebagaimana ia menyimpan hal yang sama sejak terakhir ia melihatnya di masa lalu. Namun, karena ia telah menjadi seorang wanita dewasa yang bertatakrama, ia menunjukkan keanggunannya dengan sangat baik di hadapan Chu Weixu.

Wanita itu berkata dengan arogan, "Oh, rupanya rumah teh itu milikmu? Sepertinya, aku memesan di tempat yang salah. Aku tidak menyangka bahwa kau yang akan membawanya ke sini."

Nada akrab dan suara lama yang tiba-tiba masuk ke telinga Chu Weixu seketika membuatnya tersadar bahwa itu adalah wanita yang pernah ia kenal, Wang Shu.

Mendengar ucapannya, Chu Weixu tidak berniat untuk merespons. Ia berbalik dan hendak pergi, namun sebelum ia mengangkat kakinya, wanita itu mencubit ujung jaketnya sambil menanyakan hal yang tak ingin ia ungkit.

"Bagaimana kabar anak itu?"

Chu Weixu tidak menoleh dan tidak mengatakan apa pun. Ia menarik lengannya agar wanita itu melepaskan tangannya, lalu segera pergi. Bagaimanapun, ia merasa jijik disentuh oleh wanita sialan itu.

Wang Shu menatapnya dengan tatapan yang sama seperti lima tahun lalu.

Itu adalah cara yang sama yang Chu Weixu lakukan setelah ia mengatakan bahwa ia tidak akan bertanggung jawab atas bayi yang dikandungnya.

Pergi dan meninggalkan kebencian untuknya ....

Wang Shu menarik sudut bibirnya untuk tersenyum namun gagal.

Bagaimanapun, ia yang telah menjebak Chu Weixu dan membuat dirinya sendiri terperangkap dalam kesengsaraan yang tak pernah ada habisnya. Ia seharusnya tidak pernah mengharapkan pertanggungjawaban dari siapa pun.

***

avataravatar
Next chapter