1 1

Tahun ajaran baru baru saja dimulai, terlihat di sepanjang jalan khusus untuk pejalan kaki tengah penuh dengan anak-anak sekolah, terlihat seragam yang berbeda di setiap siswa siswi yang berjalan.

Tak terkecuali dengan halte bus yang sudah penuh dengan siswa siswi, pemandangan yang lumrah terjadi di kota padat yang menjadi surga para pemanyanyi berbakat yaitu, Korea Selatan tepatnya kota Seoul.

Seorang gadis berjalan sambil sesekali berlari kecil dibawa pohon bunga sakura, rambutnya yang hitam panjang terayun karena derap langkahnya ataupun karena angin yang bertiup.

Senyum manisnya terlihat ketika langkahnya berhenti tepat di depan gerbang sekolahnya, semua orang memandang kagum padanya ketika ia melenggangkan langkahnya di koridor sekolah. Banyak yang menyapanya hingga tiba di kelas barunya wajahnya mulai berseri-seri mendapati teman sekelas dulu kini kembali satu kelas lagi dengannya.

"sunoo!!" teriakkannya yang membuat yang dipanggil mau tak mau mendongak mencari sumber yang memanggilnya dengan sangat keras.

Ya, gadis itu berlari kecil ke arah bangku seorang lelaki yang tadi ia panggil sunoo, senyum tercetak jelas di wajah tampannya.

"sini duduk" serunya tak kalah ringan setelah mendapati siapa yang memanggil namanya. Keduanya hanyut dalam perbincangan sampai tak menyadari kelas sudah terisi penuh.

Taring.. taring...

Bel sekolah akhirnya berbunyi, nampak sosok berwajah hangat memasuki kelas Xl.2 semua murid tampak diam ditempatnya, hingga suara saem mengintrupesi semua murid.

Saem membagi organisasi kelas sampai tempat duduk mereka, ini memang masuk dalam agenda tahun ajaran baru dan sepertinya satu orang yang tak terlihat senang karena teman sebangkunya.

Bola matanya mulai memutar malas ketika matanya menangkap sosok di samping kanannya "kenapa selalu kau si" keluh intan pada sosok di sampingnya. Hingga terdengar helaan nafas panjang menyapu Indra pendengarannya "kau pikir aku mau, sebangku dengan mu" ujar lelaki di sampingnya dan entah sejak kapan lelaki itu mulai tersenyum amat tipis, setipis satu helai rambut.

Jam sudah menunjukkan waktu makan siang, mau tak mau semua siswa pergi ke kantin untuk mengisi perut, tak terkecuali sepasang sahabat ehh ralat bukan sepasang soalnya ada satu laki-laki yang mengeekori keduanya.

"dimana kita duduk?" tanya sunoo sambil menenteng nampan makan siangnya, belum sempat orang di samping menjawab terdengar suara dingin tak jauh dari keduanya berdiri tengah berbicara pada tiga orang siswa tepat di depan keduanya.

"kalian sudah siapkan? cepat pergi, meja ini bukan punya kalian" itu suara yang berasal dari lelaki tampan dengan raut wajah yang amat datar. Dan setelahnya tiga siswa itu pergi dari tempatnya sambil membawa bekas makan siangnya. "ayo duduk" ujarnya pada ku dan sunoo, aku dan sunoo hanya bisa bertukar pandang sambil menggeleng.

Kini jam pelajaran sudah berakhir jam sudah menunjukan waktu pulang sekolah, tiga orang yang tersisa di kelas kembali berjalan beriringan di sepanjang koridor, lelaki siang tadi yang berwajah datar kini sudah berganti dengan senyum lebarnya tepat di samping teman perempuannya bahkan yang berada di samping kiri gadis itu juga tampak menjukan deretan giginya.

"mengapa kalian menghimpit ku?!" tanya gadis yang berada di tengah dua orang pria dengan wajah yang amat berbeda, yang satu selalu jadi virus dan yang satu lagi teramat datar.

"kau itu seorang gadis, intan-ah. jadi kewajiban kami untuk melindungi mu" jawab sunoo dengan melirik ke samping intan "benarkan, Jay?" lanjutnya yang di bales anggukan singkat dari Jay.

Pukul 22:21 intan baru sampai di unit apartemennya "aku pulang!!" teriak intan saat masuk ke dalam unit apartemennya, yang dibalas oleh suara kucing yang baru saja muncul dari celah sofa "mphii!! mau makan sekarang?" seru intan dengan pertanyaan yang dijawab miauw.

Di sisi lain...

Seorang lelaki baru saja turun dari taksi tengah melihat ke arah gedung yang akan menjadi tempat tinggalnya selama berada di Seoul. Wajah pria itu begitu tampan apalagi dengan garis rahang yang tegas dipadukan oleh hidung yang mancung ditambah tahi lalat di pangkalan hidungnya.

Semua yang berada di koridor terpesona oleh ketampanannya, bahkan tadi ia sempat membantu seorang ajumma yang hampir terjatuh karena melihatnya.

Entah pria itu sadar atau tidak, namun hampir semua penghuni lantai 10 menaruh perhatian lebih padanya sampai ia hilang di balik pintu unit apartemennya.

"*ya tuhan, mengapa dia begitu tampan?"

"ngidam apa eommanya dulu?"

"ku rasa dia bukan manusia, melainkan malaikat*"

Ya begitulah isi percakapan di luar unit apartemen pria itu.

...***...

Intan baru saja tiba di sekolah baru hendak masuk ke dalam kelas dirinya harus di panggil keruangan kepala sekolah. Tidak, intan tidak melakukan ke salahan ia hanya diminta untuk menunjukkan lingkungan sekolah kepada seorang siswa baru.

Pertanyaan muncul di benaknya "mengapa harus saya pak? bukankah OSIS ada?" akhirnya pertanyaan itu lolos dari bibirnya. Dan kepala sekolah menjelaskan bahwa ia terlalu malas menanggil anak OSIS jadi yang terlihat dimatanya lh yang ia panggil. Intan hanya mengangguk paham tanpa tahu sang kepala sekolah tengah tersenyum di balik tangannya.

Dengan cepat intan berlari masuk ke dalam kelas, manaruh tasnya dan kembali lagi keluar namun intan sempat berpesan kepada Jay "aku ke toilet jika guru bertanya" ya kurang lebih begitu lh bunyi pesan intan pada Jay.

Intan belum juga kembali dari acara toiletnya hingga guru masuk ke dalam kelas, guru mapel sekaligus wali kelasnya sempat bertanya kemana intan, dan dengan cepat pula Jay menjawab tanpa ekspresi tentunya.

"kau boleh masuk sekarang nak" ujar saem Kim pada orang di luar pintu, semua pasangan mata terarah pada sosok yang baru saja masuk, kecuali kan Jay yang acuh pada keadaan kelas.

Pria itu memperkenalkan dirinya hingga pada akhirnya saem Kim menyuruhnya untuk duduk di bangku yang kosong. Saat hendak duduk tangan Jay terulur ke laci meja di samping kirinya mengeluarkan tas khas seorang gadis "sudah ada yang duduk di sini" itu lah kata yang keluar dari bibir Jay.

Selang beberapa menit masuk lh intan dengan memberikan salam kepada saem Kim kemudian duduk di bangkunya "kau ini ke toilet atau sedang naik gunung lama sekali" cibir Jay saat intan tengah mengeluarkan buku mapelnya.

Interaksi itu tak luput dari pandangan orang yang baru saja ingin duduk di bangku yang sudah di duduki oleh seorang gadis, yang lebih membuat bingung tatapan memuja yang diberikan oleh siswa didalam kelas "ahh.. bunga sekolah rupanya" gumamnya.

avataravatar