1 prolog

Paris adalah menjadi kota sekaligus negara impian Chika sejak SMP dulu. Dan kini impiannya itu terwaujud karena ia telah resmi menjadi mahasiswa di salah satu universitas yang ada di Paris panthéon-Sorbonne.

Universitas itu adalah menjadi salah satu universitas impian Chika. Tentu saja gadis itu sangat senang sekali karena impiannya itu terwujud.

"Sekarang gue udah jadi anak kuliahan, cara berfikir gue dalam memutuskan sebuah hal harus lebih matang sekarang!" ujar Chika.

Ini adalah hari pertama kalinya Chika kuliah, dan ia sangat berharap sekali kalau ia akan mendapatkan teman terbaik di sini yang juga berasal dari indonesia.

Karena menurutnya akan lebih asik dan nyaman jika berteman dengan orang yang juga satu negara dengannya.

Chika kini tengah berjalan menuju sebuah banguanan tinggi yang menjulang, babgunan yang selama ini hanya dapat ia lihat di dalam foto koleksinya. Dan kini semua itu begitu nyata, ya Chika berada di depan bangunan itu.

"Eifel!," ujar Chika.

Bangunan itu adalah menara Eiffel, sebuah bangunan yang menjadi ciri khas dari negara prancis.

Sebuah banguan besi berbentuk menara yang di bangun di Champ de Mars dekat dengan sungai seine, paris.

"Luar biasa! Ternyata aslinya sangatlah bagus. Senang sekali rasanya karena mulai sekarang sungai ini akan menjadi pemandangan baru untukku," puji Chika.

Ketika Chika baru akan melangkahkan kakinya semakin mendekati bangunan itu, tiba-tiba saja ada seseorang yang menabraknya dari belakang.

"Pardon?" ucap seseorang yang telah menabrak Chika.

Namun Chika hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya. Bukan karena ia tidak bisa bahasa Prancis. Karena sebelumnya tentu Chika sudah memperlajarinya.

Gadis itu benar-benar sudah menyiapkan segela sesuatunya untuk beradaptasi di negara prancis.

"Puis-je faire ta conaissance?" ucap lelaki itu.

"C'est sûr que c'est autorisé!" sahut Chika.

"Baiklah, kita bisa menggunakan bahasa Indo kalau kamu kesulitan," ujar pemuda itu.

"Anda bisa menggunakan bahass Indonesia?" tanya Chika.

"Tentu, saya punya banyak teman Indo. Dan saya sangat tertarik menggunakan bahasa mereka," jelasnya.

"Baiklah kalau begitu," ujar Chika.

"Saya Albert Baldwin, anda bisa memanggil saya Al, Dwin, atau terserah yang ada inginkan!" ujar Albert.

"Saya Chika," sahutnya.

"Bagaiamana kalau saya memanggil anda Caca?" ujar Albert.

"Wahh, tentu boleh. Senang ada yang memanggil saya dengan sebutan berbeda!" tukas Chika.

"Lalu bagaimana anda akan memanggil saya?" tanya Albert.

"Saya akan memanggil anda Al saja. Karena menurut saya itu lebih simple!" tutur Chika.

"Oke, baiklah. Senang berkenalan dengan anda!" ucap Albert.

"Saya juga sangat senang," sahut Chika.

"Di sini banyak wisata menarik, dan kalau anda ingin saya bisa memberitahunya!" ujar Albert.

"Wahh! Benarkah. Tentu saya sangat berterimaksih pada anda!" sahut Chika.

Tidak menyangka, yang Chika harapkan ia ingin berkenalan dengan irang Indo yang kuliah juga di sini rupanya ia justru lebih kenal dulu dengan orang asli Prancis.

"Seine," ujar Chika.

"Ya kita kesini dulu. Saya rasa berada di dunga seine cukup lama itu akan membuat hati kita lebih tenang," ujar Albert.

"Menenangkan, saya sangat menyukai pemandangan sungai!" tukas Chika.

"Benarkah?" tanya Albert tidak percaya.

"Ya, di Indonesia banyak sekali sungai yang indah-indah," jelasnya.

"Suatu hari nanti saya ingin pergi kesana," ujar Albert.

"Dengan senang hati saya akan membantumu," tukas Chika.

Seine, ohh sunggug tidak menyangka sekali Chika. Akhirnya sungai yanga da dalam gambaran khayalannya kini benar-benar bisa ia lihat.

Yang membuat Chika sangat tertarik adalah, menara Eiffel yang terletak dekat dengan sungai ini.

Sehingga dalam satu tempat, ia bisa menikmati dua pemandangan sekaligus.

"Apakah anda mahasiswa baru?" tanya Albert.

"Ya benar, saya mahasiswa baru jurusan kedokteran!" jelas Chika.

"Kita satu frekuensi," ujar Albert.

"Benarkah?" tanya Chika tidak menyangka.

"Yaa, saya pun baru masuk tahun ini. Dan kita satu kelas," jelas Albert.

"Wahh, senang sekali rasanya. Di kelas saya punya teman untuk mengobrol!" ujar Chika.

Hidup harus tetap berjalan, meski rasanya terkadang sangat berat untul kita melanglah. Tapi ketahuilah, bahwa hidup itu akan baik-baik saja selama kita berada di tempat yang benar.

"Apa alasan anda mengambil jurusan kedokteran?" tanya Albert.

"Karena memang dari dulu saya suka, dan alasan lain adalah karena saya ingin menakdi penolong untuk orang banyak," jelas Chika.

"Cita-cita yang sangat mulia, saya sangat kagum!" ujar Albert.

"Anda terlalu berlebihan," sahut Chika.

Chika adalah gadis yang ketika di puji ia tidak akan terbang, dan ketika di caci ia tidak akan berbalas mencaci.

Gadis itu sebenarnya hanya ingin hidup damai. Namun pada kenyataannya sampai saat ini pun ia masih belum bisa berdamai dengan masa lalunya.

"Apakah anda sudah makan?" tanya Albert.

"Belum, saya biasa makan di dekat Apartemen tempat saya tinggal," jawab Chika.

"Apakah ingin mencoba hal lain?" tanya Albert.

"Tentu sangat ingin," sahut Chika.

Keduanya pun kemudian berlalu dari sungai seine setelah Chika menghanyutkan sebuah kertas yang berisi curahan hatinya.

Setelah itu Chika dan Albert pun kemudian langsung berlalu dari sungai itu.

Rupanya Albert ingin mengajak Chika ke suatu tempat.

"Di sini biasa saya makan," ujar Albert.

"Wahh, terimakasih telah mengajak saya kesini!" ucap Chika.

Meskipun Chika belum begitu paham dengan menu yang di tawarkan di situ, tapi Chika sangat seneng sekali.

Ia akan mulai mencoba terbiasa dengan makanan Prancis.

"Silahkan memesan," ucap Alebert.

"Baiklah," sahut Chika.

Saat makan berdua dengan cowok seperti ini, tiba-tiba saja ingatan tentang Alex melintas begitu saja di dalam ingatannya.

"Rasanya sangat rindu, namun mengapa hati ini sudah terlanjur membenci!" ujar Chika dalam hati.

"Hey, apakah yang sedang abda fikirkan?" tanya Albert.

"Tidak, saya hanya belum mengerti apa yang akan saya pesan," elak Chika.

Bukan itu sebenarnya yang di fikirkannya. Namun mungkin lebih baik Albert menganggap seperti itu. Lagian mereka juga baru daling mengenal hari ini.

"Baiklah, saya akan membantu. Apakah kamu ingin makan roti?" tanya Albert.

"Ya, boleh," jawab Chika. Saya ingin brioche!" ujar Chika.

"Baiklah, tunggu sebentar!" sahut Albert.

Albert pun kemudian bangkit dan langsung memesan dua buah Brioche untuknya dan untuk Chika.

"Ini buat kamu," ujar Alber.

"Ah iya, makasih!" ucap Chika.

Keduanya pun kemudian memakan Roti bersama di dekat sungai Seine.

"Apakah tempat tinggalmu dekat sini?" tanya Albert.

"Iya, benar."

Chika memang sengaja memilih unit apartemen yang dekat dengan menara Eifell. Selain nantinya ia akan sering melohat sunset di sana ia juga bisa kapan pun pergi ke sana jika hatinya sedang gundah.

"Aku harap kita bisa menjadi teman baik," ujar Albert.

"Tentu, kita bisa," sahut Chika.

avataravatar
Next chapter