4 Pengacau

"Sial, kalau bukan karena penyakit ini gue pasti sekarang sudah bahagia sama Chika. Gue akan pastikak dua orang itu akan merasakan akibat dari kesalahannya," hardik Alex.

Terus saja Alex mengumpat, namun percuma saja menurutnya karena sampai detik ini keberadaan dua orang itu pun belum juga di ketahui.

"Sampai kapan gue akan terbebas dari ini semua, bahkan gue gak tau cara mengakhirinya," ucap Alex.

Hari ini Paris terlihat sangat panas, di liar matahari terasa sangat menyengat sekali.

Alex sebenarnya ingin keluar dan mencari dua orang pengacau itu, namun ia urungkan lagi karena dengan udara panas seperti ini akan mudah untuknya menjadi bethalusinasi tidak jelas.

Dan Alex tidak mau kalau sampai itu terjadi. Tidak boleh ada yang tau bahwa dirinya itu mengidap pemyakit ini.

Semuanya pasti akan menatap jijik ke arahnya nanti.

"Kalau saja gue gak seperti sekarang ini, pasti gue gak akan seburuk ini!" ujar Alex.

Ia sendiri sebenarnya heran dengan e pemuda yang tiba-tiba menculik dan menyekapnya waktu itu.

Dan parahnya ia hanya di culik dan di suntik dengan cairan entah cairan apa itu yang membuat dia menjadi seperti sekarang ini.

"Gue benar-benar bingung, apa yang harus gue lakuin sekarang!" oceh Alex.

Sementara Chika baru saja selesai kelasnya. Ia pun seperti biasa langsung menuju syngai Seine untuk menikmati pemandangan di sana.

"Gak nyangka gue bisa setiap hari kesini, dulu ini hanya anganan gue aja," tutur Chika.

Teriknya panas matahari menbuat tenggorokannya terasa sangat kering. Chika pun kemudian membeli minum.

"Pardon," ujar Chika.

"Y a-t-il quelque chose que je puisse aider?" tanya seseorang yang berjualan di dekat situ.

"Je vais acheter un verre," sahut Chika.

Setelah itu pemuda itu langsung memberikan Chika sebotol air mineral.

"Merci," ucap Chika setelah membayar.

Gadis itu pun kemudian langsung berlalu dan kembali menikmati pemandangan sungai Seine.

"Indah dan sangat indah, selalu indah dan tetap indah," ujarnya.

Ketika impiannya itu sudah terwujud, namun rasanya hati Chika masih begitu hampa.

Cinta pertama itu memang sulit di lupakan ya, apalagi orang itu sudah lama mengisi dan menemani hari-hari kita.

"Lex, bahkan sampai saat ini kamu masih saja tetap ada di hati aku. Apakah kamu gak pernah berniat untuk kembali dan menemuiku, mengapa kamu seperti seorang pengecut yang bersembunyi," uhar Chika.

Gadis itu kemudian menuliskan sesuatu di kertas.

Jika sungai ini sebagai tumpuan air mataku, seharusnya sungai ini juga yang akan menjadi tempat kita bertemu. Entah mengapa aku merasa kalau saat ini kamu sangat dekat denganku.

Setelah selesai menuliskan secarik surat yang berisi curahan hatinya, Chika melipat kertas itu membentuk kapal dan ia taruh di atas air agar terbawa arus.

Setelah itu Chika memutuskan untuk pulang karena ternyata hari sudah mulai sore dan masoh banyak tugas kuliah yang harus di kerjakannya.

Di sisi yang berbeda Alex tengah mengambil kapal-kapalan yang terbuat dari kertas itu. Ia tau saat Chika menuliskan sesuatu di sini.

"Chika, maafkan aku yang selalu saja membuatmu menunggu. Tapi aku benar-benwr belum bisa menemuimu untuk saat ini," ucap Alex.

Lelaki itu kemudian membuka kertas tersebut untuk membaca isinya.

"Ternyata fellingmu begitu kuat akan keberadaanku Chik, dan aku sangat yakin sekali kalau kamu itu memanglah jodohku," cetus Alex.

Ia kemudian memasukan surat itu ke dalam tasnya dan memakai maskternya kembali.

Lelaki itu melanjutkan pencariannya pada dua orang yang telah membuatnya seperti ini. Ia harus meminta pertanggung jawaban dari kedua pemuda itu.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya seseorang dari arah kirinya.

"Siapa kau?" tanya Alex.

"Tenang, jangan takut. Aku berasal dari negara yang sama denganmu," jelasnya.

"Lalu," ucap Alex.

"Perkenalkan namaku Rio, aku lihat kamu seperti seseorang yang tengah kebingungan?" tanyanya.

"Aku memang sedang dalam masalah. Apakah aku bisa mempercayaimu?" tanya Alex.

"Tentu saja, aku mahasiswa baru di negara ini. Dan kurasa aku membutuhkan teman," tukasnya.

"Gue Alexander, lo bisa panggil gue Alex," ucapnya.

"Oke, kalau begitu mulai sekarang kita berteman," ujqr Rio.

"Baiklah," sahut Alex datar.

Alex memang terkenal cuek kepada siapa saja yang baru ia kenal. Karena belum tentu orang yang baru kita kenal itu adalah benar orang baik.

"Apa lo kuliah di sini juga?" tanya Rio. Pemuda itu kini lekas memanggil Alex dengan sebutan lo gue.

"Tidak, gue kesini karena ada urusan," jawab Alex.

"Lo jangan sungkan biat cerita sama gue, tenang gue bukan orang jahat kok!" ujarnya.

"Lalu ada apa lo tiba-tiba menyapa gue?" tanya Alex penuh selidik.

Ia hanya tidak ingin salah dalam memilih teman, mengingat ia sedang tidak berada di negaranya sendiri.

"Karena gue sedang mencari teman yang sama-sama berasal dari Indo," jelasnya.

"Lo tinggal dimana?" tanya Alex.

"Gue di Apartemen dekat sini," sahut Rio.

"Kebetulan gue juga tinggal di sana," ujar Alex.

"Wahh, kita tetanggaan dong," tukas Rio.

"Hmm," sahut Alex.

"Heran gue sama elo, kenapa elo gak kuliah aja di sini?" tanya Rio.

"Ya karena gue gak niat kuliah di sini. Dulu gue itu sempat dapat beasiswa ke Jerman. Tapi karena ada sebuah masalah ya terpaksa gue harus membatalkan kuliah gue," ujar Alex.

"Memang masalah apa sampai-sampai lo rela batalin kuliah lo. Gue aja mau dapetin beasiswa di sini itu butuh perjuangan banget!" tukas Rio.

"Belum saatnya lo tau, tapi gue pasti akan cerita kok sama lo," ucap Alex.

"Okay, gue juga gak akan maksa elo buat cerita kok!" sahut Rio.

Rional Dewanto, cowok itu sebenarnya adalah anak yang pintar. Hanya saja penampilannya yang sedikit cupu itu membuatnya tidak mudah untuk berinteraksi dengan teman-temannya yang lain.

Dan ia sangat senang sekali karena baru pertama kali ini mendapatkan teman seperti Alex yang tanpa memperhatikan penamlilannya.

"Cari makan yok, lapar gue!" ajak Alex.

"Yuk," sahut Rio.

Mereka kemudian berjalan menjauh dari sungai Seine.

"Lo mengambil jurusan apa?" tanya Alex tiba-tiba.

"Gue di jurusan kedokteran," jawab Rio.

Kebetulan sekali kalau Rio ini kuliah di jurusan kedokteran. Jadi ia bisa menitipkan Chika pada Rio.

"Lo kenal cewek ini?" tanya Alex.

"Ini bukannya Chika mahasiswa kedoteran juga kan?" tanya Rio balik.

"Iyaa, makanya gue tanya sama elo," ucapnya.

"Lo kenal?" tanya Rio.

"Iya, dia itu hampir tunangan sama gue. Dan karena masalah gue ini gue terpaksa ninggalin dia," jelas Alex.

"Terus maksut elo nanya ke gue apa?" tanya Rio dengan polosnya.

Tentu saja itu membuat Alex sedikit geram.

"Gue minta lo kenalan sama dia, lo jadi teman dia selama di sini. Lo jagain dia!" ucap Alex.

"Gue-" ucapannya terputus.

avataravatar
Next chapter