6 Penampilan baru Alex

Pagi ini seperti biasa Chika sidah menyangklongkan tas kecilnya menuju kampus. Memang tidak banyak yang di bawa oleh Chika, maka itu ia tidak menbutuhkan tas yang besar.

"Semangat, gue datang ke Paris untuk belajar bukan untuk memikirkan Alex yang udah ninggalin gue!" ujar Chika.

Gadis itu melanjutkan langkahnya kembali, ia ingin segera sampai di kampus karena di jam kuliah pertama hari ini sangat pagi sekali.

Tiba-tiba saja

"Auuu, sakit!" Pekik Chika.

"Sory-sory, gue gak sengaja!" ucap seseorang yang telah menabrak Chika.

"Iya, gak papa kok!" sahut Chika.

Alex yang telah menyadari bahwa yang ia tabrak adalah Chika pun langsung berlari tanpa membantu Chika berdiri terlebih dulu.

"Ihhh rese banget sih, minta maaf sih iya tapi gak bantuin gue berdiri lagi," ketus Chika.

Tiba-tiba saja ada seseorang mengulurkan tanganya untuk membantu Chika berdiri.

"Makasih ya, udah nolongin gue!" ucap Chika. Ia menggunakan bahasa indonesia karena ia yakin sekali kalau yang saat ini di ajak bicara adalah orang indo sepertinya.

"Iya sama-sama. Kok lo tau kalau gue orang Indo?" tanya orang tersebut.

"Ya taulah, jenis kulit kita sama terus ya lo sama sekali gak menunjukan kalau orang paris," jelas Chika.

"Gue Rio, anak kedokteran juga!" ucapnya memperkenalkan diri.

"Wahh, berarti kita sekelas dong," ujar Chika.

"Ya kita sekelas," sahut Rio.

"Oh iya sampai lupa, gue Chika!" ucapnya.

"Oke, mulai sekarang kita temenan ya!" ujar Rio.

"Oke, boleh. Lagian di sini gue juga belum punya temen dari Indo," ujar Chika.

Pertama kali kenal Chika adalah sama Albert, jadi dirinya memang belum punya teman yang senegara dengannya.

"Ya udah yuk langsung masuk kelas aja," ajak Rio.

"Oh iya, yuk! Lagian bentar lagi jam pertama kan di mulai, kita harus sudah masuk kelas kalau gak kau kena hukuman," ujar Chika.

Gadis itu memang paling anti dengan hukuman sejak ia SD dulu. Pernah ia di hukum dulu gara-gara ia mengikuti saran Alex yang mengajaknya sarapan terlabih dulu, alhasil mereka berdua terlambat dan memdapatkan hukuman.

"Alex lagi, duh kenapa sih kok fikiran gue gak jauh-jauh dari Alex mulu. Gimana coba caranya gue bisa lupain tuh cewek!" ucap Chika dalam hati.

"Lo kenapa Chik? Ada yang sedang lo fikirin kok kayak lagi gelisah gitu sih?" tanya Rio.

"Enggak kok, gak ada!. Gue cuma takut kalau kita udah telat aja iya itu yang gue fikirin," jelas Chika.

"Beneran lo cuma mikirin itu? Enggak yang lainnya kan?" tanya Rio lagi.

"Iya Rio, beneran kok. Gue benar-benar lagi mikirin itu kok," tukasnya.

"Syukurlah kalau gitu, kalau lo ada masalah apa pun itu elo jangan sungkan-sungkan ya buat cerita sama gue. Mulai detik ini gue akan menjadi teman curhat yang baik buat elo," ucap Rio.

"Makasih ya, gue jadi merasa gak sendirian lagi sekarang di negeri orang karena gue punya teman sebaik elo," tukas Chika.

Kedunya kini telah sampai di depan ruang kelas mereka. Di kelas rupanya baru ada beberapa siswa yang datang dan terlihat juga dari luar kalau dosen pembimbing mereka belum datang.

"Uhhh, aman!" ujar Chika.

"Lo kenapa sih kok kayak takut gitu kalau telat?" tanya Rio.

"Ya karena gue gakmau kena hukuman lah, lo gimana sih!" sahut Chika yang jistru heran.

"Ya elah sesakit itu lo sama hukuman, gue gak pernah takut tuh sama hukuman!" ujar Rio dengan bangga.

"Masak sih," sahut Chika.

"Siapa yang tidak takut dengan hukuman?" tanya seorang dosen dari belakang.

Dosen itu sudah pasti yang akan mengisi kelas Chika.

"Ohh, enggak Pak," jawab Rio dengan bahasa paris.

Sumpah demi apa di samping Rio Chika menahan agar tidak tertawa.

"Kamu ngapain?" tanya dosen itu yang sekarang sudah beralih menatap Chika.

"Oh enggak papa kok," sahut Chika dengan bahasa paris.

Dosen itu pun kemudian langsung berlalu memasuki ruangan kelas.

Chika merasa sangat aneh sekali, bukannya seharusnya itu dosen tidak tau dengan apa yang di ucapkan oleh Rio, karena jelas-jelas tadi Rio menggunakan bahasa indonesia.

"Lo kenapa malah bengong, ayo masuk!" ajak Rio yang melihat Chika justru malah bengong.

"Eh iyaa, kenapa gue malahan bemgong ya!" tukas Chika.

Gadis itu pun kemudian langsung masuk ke dalam kelas.

Pelajaran pertama pun di mulai, dosen yang tadi sempat memarahi Rio dan Chika pun sudah siap untuk mengajar.

Sementara Alex saat ini tengah berada di sebelah sungai Seine. Tempat ini sekarang menjadi favoritnya, selain karena tempatnya memang sangat indah tempat ini juga merupakan tempat yang sangat di sukai oleh Chika.

"Benar apa yang kamu bilang Chik, kalau tempat ini itu memang benar-benar sangat indah sekali. Pantas saja kalau kamu sangat menyukai tempat ini," ujar Alex.

Lelaki itu sekarang sudah menyamar, karena berpenampilan seperti biasanya di negara ini sekarang sudah tidak aman lagi. Karena bisa-bisa Chika akan mengenalinya.

Alex berjalan menyusuri sungai Seine yang terlihat begitu segar sekali, hijau warna airnya membuat udara di sekitarnya sangat segar.

"Segar sekali," ucap Alex.

Tiba-tiba saja karena ia tidak melihat ke arah depan ia tidak sengaja menabrak Chika yang rupanya sedang menikmati pemandangan sungai Seine.

"sorry," ujar Chika.

"Iya tidak papa," sahut Alex.

"Orang Indo juga?" tanya Chika.

"Yaa, saya oranh Indo!" jawab Alex.

Sebisa mungkin Alex berusaha tidak gugup saat berhadapan dengan Chika.

"Sama, aya juga dari Indonesia. Kamu kuliah di sini juga?" tanya Chika.

"Tidak, di sini saya cuma sedang berlibur saja!" jelas Alex. "Kalau begitu saya permisi dulu," ucapnya kemudian.

Alex pun segera berlalu dari hadapan Chika. Tatapan gadis itu benar-bemar membuat Alex tidak bisa kalau harus berlama-lama di dekatnya.

"Hati gue berdebar gini ya kalau dekat dengan Chika lama-lama, apa ini karena gue saking rindunya dengan Chika!" ucap Alex.

"Aneh, tatapan cowok itu kok kaya gak asing ya!" ujar Chika. "Tapi gue pernah lihat tatapan itu dimana," tambahnya.

Chika tiba-tiba saja langsung tetingat Alex.

"Yaaa, tatapan cowok mirip sama Alex. Kok bisa semirip itu ya!" ucap Chika lagi. Ia benar-benar heran. Di tambah lagi wajah cowok yang menabraknya tadi itu juga mirip dengan Alex.

"Dia yang salah kenapa gue yang minta maaf ya," tukas Chika.

Tidak mau ambil pusing, gadis itu duduk di dekat sungai Seine dan kembali menuliskan kata-kata mutiaranya.

Hanya hal inilah yang saat ini mampu mewaikili suruh isi hatinya, meskipun Chika tau kalau tidak mungkin orang yang di tujunya akan membaca suratnya ini.

avataravatar
Next chapter