20 bab 20

TAK KAN KU BIARKAN KAU LEPAS

Chika masih saja heran dengan perkataan Rio yang menyuruhnya untuk jangan terlalu dekat dekat dengan Albert. Pasalnya chika mengira kalau Albert itu adalah orang yang baik, selama mengenalert Albert chika belum pernah menemukan kejanggalan apa pun.

Jadi wajar saja kalua Chika heran dengan permintaan dari Rio. Entah dari bagian mananya Rio menilai Albert.

"coba deh lo jelasin alasannya kenapa gue harus jauhin Albert?" Tanya Chika.

"Y ague belum bias jelasin alasannya sama elo sekarang Chik!" ujar Rio.

Tentu saja itu semakin membuat Chika heran. "apaan sih nih orang pakai acara minta gue buat jauhin Albert segala lagi" ujar Chika dalam hati.

"0ke akan gue coba fikirin dulu deh, kan gak enak gitu kesannya kalua gue main langsung jauhin dia gitu.

Mereka berdua pun kemudian langsung keluar dari kelas. Rencananya Rio mau mengajak Chika untuk makan siang bareng.

"gue bakalan ngajakin elo makan di café yang khusus jual masakan Indo, dan gue sangat yakin kalua elo pasti suka," ujar Rio dengan penuh keyakinan.

"yakin banget lo ngomongnya. Emang lo yakin kalau gue pasti suka?" tanya Chika menantang.

"yakinlah, orsng masakannya gak kalah enak kok dari orang Indo yang masak," sahut Rio.

"ya udah ayo kita buktikan apa yang kamu katakan,' ujar Chika,

Chika pun kemudian langsung berjalan mengikuti langkah Rio. Karena Rio bilang Resto tersebut tidak jauh dari kampus mereka. Rio berjalan ke arah utara kampus mereka karena memang tempatnya di utara kampus mereka.

"nih dia kita udah sampai,' ucap Rio.

"Di sini?" tanya Chika.

"iya, di sini;lah tempatnya!" sahut Rio.

""ya udah kalau gitu langsung saja pesan," saran Chika.

Rio pun kemudian memesan makanan favoritnya. Lelaki itu memesan menu yang sama untuk Chika.

"gue udah pesen tinggal kita tunggu aja," ujar Rio.

"oke. Btw tumben banget lo ngajakin gue makan siang gini?" tanya Chika.

"ya gak ada apa-apa sih sebenarnya, biar lebih dekat aja gitu kita," sahut Rio.

"oh begitu kirain ada hal penting apa gitu," ucap Chika.

"ya gak ada salahnya gitu kan kalau gue kepengen jadi sahabat elo," tukas Rio.

"ya enggak lah, gue malahan seneng kalau banyak teman di sini,' sahut Chika.

Pesanan yang tela Rio pesan pun telah dating. Rio pun langsung mempersilahkan Chika untuk makan.

Hening mengambil alih, hanya terdengar suara dentingan sendok yang bersentuhan dengan piring. Chika terlihat sekali kalau ia nampak kelaparan, hal itu terbukti dari cara makannya yang tergesa-gesa.

"buset ini cewek makannya lahap bener, lo lapar atau doyan sih!" tukas Rio.

"lapar lah, lo gak lihat kalau gue udsh kelaparan dari tadi," ucap Chika

"ya udah lo habisin deh makannya," perintah Rio.

"habis ini kita mau langsung pulang kan?" tanya Chika.

"emangnya kenapa kok buru-buru," sahut Rio.

"ya gak papa sih gue cuma mau rebahan aja, capek banget gue hari ini" keluh Chika.

"lo gak mau ketemuan sama Albert kan?" tanya Rio menyelidik.

"kalau gue mau ketemuan emangnya kenapa? Bukan urusan lo juga kan".

Gadis itu tidak suka kalau Rio terlalu ikut campur urusannya, apalagi ini urusan pribadinya. Jelas saja Chika akan langsung berucap dengan ketus pada Rio.

"sory kalau gue terlalu ikut campur sama urusan elo," ucap Rio.

"oke santai aja, Cuma ya gue emang paling gak suka kalau ada orang yang terlalu ikut campur sama urusan gue!" tegas Chika.

"lain kali gue janji gak bakalan ikut campur lagi urusan elo," sahut Rio.

Perlahan kini Rio mulai paham dengan sikap Chika. Jadi ia bias lebih berheti-heti lagi saat berucap.

"Ya udah yuk gue anter lo pulang.

Rio pun kemudian membayar makanan yang baru saja mereka makan. Setrlah itu mereka berlalu dari Resto tersebut.

Dari jauh rupanya Albert memperhatikan Chika dan Rio. Lelaki itu benar-benar akan membuat perhitungan sama Rio.

"lihat saja kamu akan tau akibatnya," ujar Albert.

Setelah melihat Chika dan Rio berjalan ke arah apartemen Chika ia pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Lelaki itu berjanji pada dirinya tidak akan melepaskan Chika. Ia akan membuat Chika mencintainya, baru setelah itu rencana akan di mulai. Yang jelas Albert tidak akan melepaskan Chika.

"thanks ya udah mau nganterin gue pulang," ucap Chika.

"oke sama-sama." Lelaki itu kemudian langsung berpamitan pada Chika tanpa ingin masuk lebih dulu.

Di dalam Apartrmennya kini Chika langsung di sambut oleh laptopnya yang minta untuk segera di nyalakan. Setumpuk tugas telah menyambut di sorenya yang melelahkan. Namum meskipun begitu Chika akan dengan suka cita untuk meneyelesaikannya meski dengan mood yang sedang tidak baik.

Gadis itu harus ingat betul dengan niatnya dating ke negara ini yakni untuk mengejar cita-citanya. Jadi sesedih apa hatinya saat ini ia harus tetap berusaha tegar, meskippun itu tidaklah mudah.

"Alex kenapa sih harus bohongin gue, harusnya dia jujur aja karena yang gue tunggu Cuma dia kembali. Apa setelah ini gue , masih bisa buat memaafkan Alex."

Entahlah apakah Chika bias setegar itu untuk memaafkan Alex, yang jelas perasaanya saat ini masih sangat hancur. Ibarat kaca mungkin hati Chika sudah hancur berkeping-keping. Bahkan untuk sekedar memperbaiki pecahan kaca itu saja sudah sangat sulit.

"gue gak mau seegois ini, tapi hati gue sakit. Dan keegoisan gue ini bukan tanpa sebab!" ujar Chika.

Gadis itu lalu memutuskan untuk mandi lebih dulu dengan aroma terapi biar fikirannya lebih fress. Tugasnya yang menggunung memanglah harus dengan tubuh yang fress dan fikiran yang rileks pula. Karen ajika tubuh kita sedang tidak fress maka itu akan berdampak buruk untuk untuk tugas-tugasnya dan alhasil nantinya ia akan mendapatkan nilai C.

"Ayo Chika focus. Lo harus bias focus. Inga tapa cita-cita yang sedang elo perjuangkan. Lo bias dan elo pasti sanggup.

Gadis itu menyambar handuknya kemudian berlalu ke kamar mandi. Ia tuang beberapa tetes aroma terapi ke dalam bathup kemudian ia langsung merendamkan tubuhnya kedalam bathup.

Sementara Alex tengsh gusar. Ia memikirkan Chika yang sedang sangat marah padanya. Namun yang lebih membuatnya sedih adalah karena ia sudah tidak bisa seperti dulu lagi. Dirinya harus bisa membatasi pergerakannya di negara ini. Musuhnya kini telah dekat, dan tentu saja Alex tidak mau bertindak gegabah, ia harus tetap bermain cantik.

Dengan mencoret-coret kertas yang akan Alex gunakan mendesain pun hanya membentuk sebuah gambar yang menjelaskan tentang kesedihan.

Melukis itu ibarat suasana hati, jika kita sedang bahagia maka lukisan yang akan di hasilkan pun tentu akan melambangkan kebahagiaan.

avataravatar
Next chapter