1 Persahabatan.

Bab 1

Judul bab : Persahabatan

Taman sekolah, letaknya tidak jauh dari ruang kelas. Tempat favorit untuk mencari udara segar di siang hari yang panas. Pohon besar yang meneduhkan, serta beraneka macam tanaman dengan bunga berwarna-warni begitu memanjakan mata. Putra, Naya dan Abi menghabiskan banyak waktu luang di tempat tersebut. Siang itu Ide jahil Putra muncul saat melihat si kutu buku bernama Naya sedang tekun memelototi bukunya. Matanya bergerak teratur mengikuti kata demi kata yang ia baca.

"Hei gadis gosong, baca apa?" Putra menarik paksa buku yang sedang dibaca oleh Naya.

"Kembalikan, jangan usil deh" keluh Naya berusaha mendapatkan kembali bukunya.

Naya terus berusaha meraih kembali bukunya yang dipegang oleh Putra. Putra sengaja menjulurkan tangannya ke atas, agar Naya tidak mampu meraihnya. Naya cukup kepayahan dalam meraih kembali buku miliknya.

"Kembalikan, jangan ganggu orang yang sedang serius belajar" Abi membela Naya.

"Owh, sang pahlawan sudah hadir" sindir Putra.

"Bisa nggak? kamu tidak mengganggu orang lain!" Naya mulai kesal.

"Tidak, tanganku sangat gatal ingin mengacau jika melihat sepasang kutu buku seperti kalian." Putra terkekeh.

"Hmm, lebih baik kutu buku daripada kutu yang tidak tau arah hidupnya!"

"Kembalikan!" Naya mencubit pinggang Putra, karena bagian itu yang paling gampang dijangkau menurutnya, karena Putra lumayan tinggi, kurang lebih sama dengan Abi. Sungguh tidak sepadan dengan postur tubuh Naya yang kecil mungil.

"Hahaha ... geli, sudah! cukup! hahaha."

"Salah sendiri, biar kapok kamu!" Naya semakin gemas.

"Hentikan!" Putra mengunci tangan Naya, memandangnya dengan tajam. Putra semakin mendekatkan wajahnya.

Wajah Naya seketika memerah karena jarak wajah mereka begitu dekat.

"Hahaha ... gadis gosong baper, ya? aku tidak mungkin melakukannya. Aku tidak mau tertular kulit gosongmu … jika menciummu." Putra menggoda.

"Dasar, kutu kupret!" Naya mengumpat. "Sini kau, jangan lari. Biar aku jambak rambut kebanggaanmu itu sampai botak!" teriak Naya geram.

Naya berlari mengejar Putra yang memang suka bersikap jahil kepadanya, Abi hanya bisa tertawa melihat tingkah-laku kedua sahabatnya itu, dari bangku taman yang didudukinya sekarang.

Abi menjulurkan kakinya saat Putra akan melewati jalan di hadapanya. Putra yang tidak memperhatikan otomatis terjegal kaki Abi dan tersungkur ke lantai.

Bruk! sroooook!

"Aduh ... Awh!"

"Hahaha, rasain. Kena karma kau, karena menjahiliku." Naya bahagia melihat sahabatnya itu kesakitan.

"Awas kau, Bi. Selalu saja membela gadis gosong ini" kata Putra kesal.

"Aaarrggh, masih saja kamu panggil aku gadis gosong?" Naya mengacak-acak rambut Putra hingga tidak beraturan.

"Hentikan! Ok, aku menyerah. Maafkan aku, tapi jangan rusak mahkota rambutku ini" pinta Putra.

Putra paling sensitif jika itu menyangkut rambutnya. Bagi Putra penampilan sangat penting. 

"Sebaiknya kau traktir kita makan, perutku sudah lapar" ucap Abi.

"Di tempat biasa? Aku bosan makan di kantin" keluh Naya.

"Iya, aku traktir. Ayo kita pergi sekarang." Putra mengajak kedua sahabatnya menuju tempat parkir.

Mereka bertiga bergegas menuju tempat parkir. Mereka sudah biasa pergi bertiga. Tentunya menggunakan mobil Putra, karena Naya belum mendapat izin mengemudi dari orang tuanya, sedangkan Abi dari kalangan biasa.

"Nay, bisa tolong ambilkan kunci mobilku?" pinta Putra.

"Dimana?"

"Nih di saku celanaku yang depan" Putra menyodorkan kantongnya lebih dekat ke arah Naya.

"Sial! Ambillah sendiri, kenapa harus aku?" Naya tidak mau kena jebakan Putra lagi.

"Tapi akan lebih seru kalau kau yang mengambilkan dan pasti geli saat kau mengaduk isi kantongku" Putra tertawa jahil.

"Dasar cowok mesum! Mau ini?" Naya menunjukkan kepalan tangannya sambil melotot.

"Sini biar aku saja yang ambilkan?" gaya bicara Abi dibuat kemayu.

"Busyet dah! kalau kau yang ambil rasanya akan jadi geli ingin mati, bisa putus urat malu ku" Putra ngomel sambil bergidik ngeri membayangkan Abi yang mengaduk-aduk isi kantongnya.

"Hahaha, sakit perutku membayangkan dua cowok mesum di depanku" Naya tertawa keras sampai keluar air mata.

"Amit-amit, jangan sampai" Abi dan Putra berucap bebarengan sambil memukul kepala mereka sendiri sebanyak tiga kali ketukan.

Gadis tersebut bernama lengkap Kanaya Putri Luwin, gadis dengan kulit agak kecoklatan seperti terbakar sinar matahari. Memakai kawat gigi, rambut lurus di atas pundak dan memakai kacamata berframe kotak. Penglihatan Naya sudah minus sebab dia suka membaca sejak kecil dan juga rajin belajar, tapi dia selalu di peringkat kedua setelah Abi. Pria itu memang cerdas. Tidak salah jika ia menjadi idola para kaum hawa.

Abimanyu Pratama, seorang murid teladan yang banyak disukai guru dan para siswa di sekolah, bukan hanya karena pandai tapi juga sopan, tampan, baik hati. Tipe pria kalem yang rajin belajar dan berprestasi untuk membahagiakan kedua orang tuanya.

Naya tidak hanya berteman akrab dengan Abi tapi ada satu lagi sahabatnya yaitu Putra Sanjaya. Pemuda pembuat onar yang suka melanggar peraturan, bertindak sesuka hati, prestasi standar, dan anak dari pemilik sekolah tempat dia belajar. Pemuda banyak mines tapi sangat setia kawan. Dia selalu memperjuangkan apa yang dia inginkan, Putra yang jahil diam-diam menyukai Naya. Soal ketampanan dia tidak kalah dengan Abi, boleh dibilang kalo Abi itu pangeran berjubah putih dan Putra adalah pangeran berjubah merah.

Bersambung ...

avataravatar
Next chapter