9 Bab 9

Eun Kyung ditemani Seo Hyun kini tengah duduk di kursi tunggu di sebuah klinik kandungan yang tak jauh dari apartemennya. Mereka memilih memeriksakan ke klinik terdekat dibanding harus ke rumah sakit. Eun Kyung khawatir jika ia bertemu dengan teman teman Joon Young. Untuk itulah ia pergi ke klinik terdekat.

Eun Kyung menunggu dengan was was. Ia melihat sekeliingnya, ada banyak sekali pasangan suami istri yang tengah antri menunggu giliran di periksa oleh dokter kandungan. Ia memperhatikan raut wajah pasangan yang tengah menanti kehadiran buah hati dalam keluarganya. Tidak seperti dirinya yang sedih karena kehamilannya yang tidak ia harapkan. Mungkin juga ayah dari bayinya itu juga tidak mengharapkan kehadirannya.

"Maafkan ibu nak. Ibu tidak menginginkan kehadiran mu saat ini. Mungkin juga ayahmu berpikiran yang sama dengan ibu. Ku mohon maafkan kami jika suatu hari nanti kau harus pergi dari rahimku." Gumam Eun Kyung dalam hati.

Satu persatu pasangan mulai bergiliran masuk ke dalam ruangan dokter kandungan. Tak lama namanya pun dipanggil. "Sim Eun Kyung,ssi." Seorang perawat wanita memanggil namanya. Eun Kyung dan Seo Hyun pun berdiri dan segera masuk ke dalam. Di dalam keduanya disambut oleh senyum ramah seorang dokter wanita yang bernama dokter Yoon.

"Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" sapa dokter Yoon ramah. Rasa takut dan tegang yang Eun Kyung alami perlaham memudar akibat senyum ramah dokter Yoon. Eun Kyung pun mulai menceritakan keadaannya. Tanpa menyela, dokter Yoon mendengarkan dengan seksama cerita Eun Kyung.

Dokter Yoon juga menanyakan hal hal mendasar seperti kapan terakhir menstruasi dan kapan terakhir berhubungan intim. Semua pertanyaan yang dilontarkan oleh dokter Yoon dijawab dengan sangat baik oleh Eun Kyung.

"Baiklah saya akan melakukan tes pengujian lagi. Silahkan anda ikut suster Kim untuk mengambil urine dan cek darah untuk mengetahui apakah anda hamil atau tidak. Setelah itu kita akan melakukan USG untuk melihat isi dari dalam rahim anda." Ucap Dokter Yoon.

Dibantu oleh suster Kim, Eun Kyung melakukan semua yang dikatakan oleh dokter Yoon. Tak butuh waktu lama, hasil tespek dan cek darah pun sudah ditangan dokter Yoon. "Shim Eun Kyung, ssi hasil laboratorium dan tespek menyatakan bahwa anda memang benar tengah mengandung. Usia janin yang anda kandung kira kira berumur enam minggu. Untuk lebih jelasnya mari kita lakukan USG. Silahkan anda berbaring di ranjang." Ucap dokter Yoon.

Eun Kyung semakin merasa sedih. Ia berharap jika hasil tesnya keliru. Tapi nyatanya ia benar benar hamil. Ia harus segera bertemu dengan pria itu untuk memberi tahu kehamilannya. Eun Kyung berbaring di ranjang periksa. Dokter Yoon mengoleskan gel dingin di atas perutnya. "Mari kita lihat keadaan si kecil ya." Ucap dokter Yoon.

Tangan dokter Yoon dengan lihai bergerak gerak diatas perutnya. Eun Kyung menatap layar yang tengah menampilkan keadaan di dalam rahimnya. Sebuah bulatan agak besar berada di tengah rahimnya. Dokter Yoon menjelaskan secara detail apa yang ada di dalam rahimnya.

Tanpa ia sadari, air mata keluar dengan sendirinya dari sudut mata. Secara naluriah, naluri keibuannya pun muncul tatkala melihat bulatan kecil berkembang dengan baik di rahimnya. Bulatan yang nantinya akan membentuk sebuah nyawa baru yang kelak mewarisi sebagian dirinya dan sebagian diri pria itu. Eun Kyung mengangguk saat ditawari oleh dokter Yoon mencetak hasil USG janinnya.

Dokter Yoon memberikan obat untuk mengurangi rasa mualnya serta vitamin untuk janinnya. Ia juga berpesan untuk menjaga kesehatannya dan juga jangan terlalu stres. Ia juga mengatakan jika janinnya sangat sehat dan berkembang dengan sangat baik. Eun Kyung diminta kembali kontrol bulan depan, diharapkan ayah dari bayi yang dikandungnya juga hadir. Eun Kyung pun mengangguk.

***

Si Hoo tengah menemani Min Hwa fitting gaun pengantin di salah satu butik ternama kenalan Si Hoo yang juga teman Min Hwa. Si Hoo yang sudah lebih dulu mengenakan jas yang akan di pakainya saat berdiri di altar pernikahan, duduk di sofa menunggu calon pengantinnya yang tengah bersiap. Tepat saat Si Hoo mengeluarkan ponsel dari saku celananya, sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal tertera di layar ponselnya. Dahinya mengkerut. Ia pun menggeser tombol hijau lalu menempelkannya ke telinga.

"Halo…" Nafas Si Hoo tampak tercekat saat mendengar suara disebrang sana. Jantungnya tiba tiba berdetak dengan kencang. Ia berusaha menormalkan deru nafasnya tapi tidak bisa. Dia diam sesaat, terpaku dengan suara seseorang yang menelponnya disaat yang tidak tepat.

"Halo. Park Si Hoo, Ssi. Apa kau mendengarku?" tanya Shim Eun Kyung karena sedari tadi ia tak mendengar Si Hoo berbicara. Saat akan menjawab teleponnya, tiba tiba tirai di depannya tersibak. Pandangan Si Hoo terpaku pada sosok wanita cantik yang berdiri di depannya dengan gaun pengantin indah. Min Hwa tersenyum malu melihat Si Hoo yang terdiam membisu karenanya.

"Bagaimana? Aku cantik tidak?" tanya Min Hwa kepada Si Hoo. Si Hoo berdiri dan menganggukkan kepalanya. Merasa berada di waktu yang tidak tepat, Eun Kyung pun memutus sambungan teleponnya. Ia lalu mengirimi Si Hoo sebuah pesan singkat.

"Kau menelpon siapa? Apa ada pekerjaan yang menunggu mu?" tanya Min Hwa penasaran karena Si Hoo terlihat tengah menelpon seseorang. Si Hoo melihat layar ponselnya yang sudah kembali redup. Sepertinya Eun Kyung tahu diri karena ia menelpon di waktu yang tidak tepat.

"Oppa.." ucap Min Hwa.

"Oh Maaf. Tadi aku ada telepon dari teman." Ucap Si Hoo berbohong. "Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Min Hwa lagi. "Tidak ada apa-apa. Hanya panggilan telepon biasa." Si Hoo berdiri menghampiri calon pengantinnya.

"Waah…calon pengantin ku sangat cantik. Kau membuatku hampir pingsan Min Hwa, Ssi. Entahlah semoga aku tidak pingsan di depan altar nanti saat kau berjalan dengan mengenakan gaun pengantin yang indah ini." Ucap Si Hoo memuji.

"Ya…wae geurae." Min Hwa tersipu malu. Salah satu petugas toko menawarkan keduanya untuk berfoto bersama dengan pakaian pengantin yang akan mereka pakai. Min Hwa pun mengiyakan.

"Kalian sangat serasi." Puji salah satu petugas butik.

"Terima kasih." Jawab Min Hwa.

"Ku doakan semoga pernikahan kalian akan langgeng hingga akhir hayat."

"Terima kasih untuk doanya." Setelah berbincang sejenak keduanya pun kembali pulang.

***

Keesokan harinya, Si Hoo mengajak Eun Kyung bertemu di sebuah café yang tak jauh dari rumah Eun Kyung. Kemarin ia membaca pesan yang dikirimkan Eun Kyung kepadanya, lalu mengajaknya bertemu. Sudah hampir sepuluh menit keduanya duduk saling berhadapan tapi tak ada satu pun kata yang terucap dari bibir keduanya.

Eun Kyung tampak bingung untuk memulai bicara. Ia tahu bahwa pria yang berada di hadapannya itu akan shock seperti dirinya. Tapi ia sudah bisa menguasai dirinya sendiri. Bagaimanapun juga kehamilan ini sudah terjadi. Yang ia butuhkan adalah jawaban dari ayah janinnya apakah bersedia bertanggung jawab atau menggugurkannya.

Sama halnya seperti Eun Kyung, Si Hoo pun terdiam membisu. Ia tengah menebak nebak apa yang membuat wanita di hadapannya ini memintanya untuk bertemu. Ia berharap tidak ada hal serius yang dikatakan oleh Eun Kyung.

"Eum…Park Si Hoo, Ssi. Maaf sebelumnya karena menelponmu tiba-tiba." Ucap Eun Kyung membuka suara. Si Hoo mengangkat wajahnya dan mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Eun Kyung.

"Begini… Aku meminta mu bertemu untuk mengatakan sesuatu." Ucap Eun Kyung menggantungkan ucapannya. Tak mudah baginya untuk mengatakan yang sebenarnya. Si Hoo merasa ada yang tidak beres dengan Eun Kyung. Ia melihat wanita itu duduk dengan gelisah. Bola matanya bergerak kesana kemari seolah ingin menghindari sesuatu.

***

TBC

avataravatar
Next chapter