7 Bab 7

Si Hoo mengajak Min Hwa ke sebuah café yang biasa mereka datangi. Keduanya duduk di salah satu spot favorit mereka, sudut café dekat jendela. Mereka pun memesan menu yang akan mereka santap siang itu. Keduanya pun larut dalam obrolan. Tak lama menunggu, menu pesanan mereka pun datang. Sementara itu, Eun Kyung baru saja tiba di café yang sama dengan Si Hoo.

Eun Kyung yang baru saja pulang mengajar menyusul teman temannya yang lebih dulu tiba. Seperti biasa Eun Kyung merasa mual yang teramat sangat sehingga ia sendiri harus menyusul setelah menuntaskan muntahnya. Karena Si Hoo duduk langsung berhadapan dengan arah pintu masuk, jadi ia bisa melihat siapa saja pengunjung yang datang dan pergi dari café itu.

Tubuhnya menegang dan ia pun terbatuk saat melihat sosok Eun Kyung masuk ke dalam café tsb. "Uhuk…Uhuk…" Min Hwa segera menyodorkan segelas air putih ke arah Si Hoo.

"Hati hati Oppa makannya." Ia mengelap bibir Si Hoo dengan selembar tissue. Pandangan Si Hoo tak lepas dari wanita yang tengah tertawa bersama teman-temannya. Ia pun kembali melanjutkan makan siangnya. Entah berapa lama ia menatap Eun Kyung. Saking asiknya memperhatikan Eun Kyung, ia sampai mengabaikan kekasihnya yang tengah membahas detail acara pernikahan mereka. Tampaknya Eun Kyung tidak menyadari keberadaannya disana. Ia tampak menikmati obrolannya dengan beberapa wanita disana. Si Hoo melihat Eun Kyung tidak begitu berselera dengan menu yang dipesannya.

Min Hwa yang sedari tadi bicara sendiri pun kesal karena Si Hoo tak mendengarkan apa yang dia bicarakan. Padahal apa yang ia sampaikan adalah hal yang penting mengenai pernikahan mereka. Tapi nyatanya Si Hoo sibuk dengan pemikirannya sendiri. Eun Kyung melihat kearah yang Si Hoo perhatikan sedari tadi. Ia melihat Si Hoo memperhatikan sekelompok wanita yang tengah mengobrol di pojokan sebrang meja mereka.

"Oppa… Kau melihat apa? Tidakkah kau mendengarkan apa yang aku katakan tadi." Eun Kyung mulai kesal. Si Hoo terlihat kikuk. "Oh…Maafkan aku Eun Kyung-a. Tadi kau bilang apa?" tanya Si Hoo. Eun Kyung semakin kesal.

"Terserah!! Aku sudah lelah bicara dengan mu padahal ini ku katakan untuk persiapan pernikahan kita yang tinggal sebentar lagi. Tapi sepertinya kau tidak tertarik membahasnya." Ucap Eun Kyung marah. "Mianhae…Mianhae aku sedang tidak fokus. Ada yang mengganggu pikiranku. Maafkan aku Eun Kyung-a." Si Hoo meraih tangan Eun Kyung tapi di tepisnya kasar.

"Kau berbohong. Sudah jelas kau sedari tadi hanya memperhatikan wanita yang ada di pojokan sana. Perhatikan saja sampai kau puas. Jangan hiraukan aku." Eun Kyung berdiri lalu melangkahkan kakinya ke arah toilet. Si Hoo mengacak rambutnya. Bisa bisanya ia memperhatikan wanita lain padahal ia tengah bersama calon istrinya.

***

"Waah…Sepertinya calon suamiku sudah berani melirik wanita lain. Padahal ada aku duduk bersamanya. Hh…Bisa bisanya dia melirik wanita lain." Gerutu Eun Kyung sambil membasuh kedua tangannya. Ia sangat kesal bagaimana bisa calon suaminya mengabaikannya demi wanita lain.

Eun Kyung tak bisa untuk terus mengumpat. Mengeluarkan kekesalannya. Ia berkali kali menghembuskan nafasnya untuk menetralkan amarahnya.

Setelah amarahnya mulai reda, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari toilet. Tiba tiba ia di tubruk oleh seseorang hingga ia nyaris terpeleset. Untungnya Eun Kyung memegang gagang pintu dan ia pun nyaris terpeleset.

"Hoeek…Hoeeek…" Eun Kyung kembali mengumpat karena ia nyaris celaka. Tapi mendengar wanita yang menabraknya tadi muntah muntah, ia pun tak tega. Eun Kyung menghampiri wanita yang tampaknya menangis sambil membungkukkan tubuhnya di depan kloset duduk.

"Hoeek…Hoeekk…" Tak ada isi perutnya yang keluar selain cairan pekat berwarna agak kekuningan dan pahit yang keluar dari mulutnya. "Kau tidak apa apa?" tanya Eun Kyung khawatir. Wanita yang membungkuk itu menolek ke belakang dan tersenyum tipis. "Entahlah. Aku tak tahu apa aku baik baik saja atau tidak. Perutku rasanya tidak nyaman. Perutku rasanya bergejolak seakan ada yang akan keluar tapi tiap ku muntahkan hanya cairan pekat yang keluar." Ungkap Eun Kyung.

Min Hwa mengulurkan tangannya membantu wanita itu untuk berdiri. "Nama ku Kang Min Hwa. Sepertinya kau butuh permen rasa mint untuk mengurangi rasa mualmu." Min Hwa menyodorkan kotak berukuran sedang yang berisi permen rasa mint yang selalu dibawanya kemana pun ia pergi.

Eun Kyung menerima kotak permen tersebut lalu memakannya. Min Hwa benar rasa mualnya mulai perlahan berkurang. "Kau benar. Permen mint membantu ku mengurangi rasa mual. Gomawo. Namaku Shim Eun Kyung btw."

Kedua wanita cantik itu berjabat tangan. "Baiklah Eun Kyung, ssi sepertinya kau sudah jauh lebih baik. Aku harus kembali. Tunanganku pasti mencariku karena pergi terlalu lama." Ucap Min Hwa.

"Ya…Terima kasih Min Hwa, ssi atas permennya, dan maaf tadi sempat menabrak mu. Bahkan nyaris membuatmu celaka." Ujar Eun Kyung merasa tak enak.

"it's Oke. Aku pergi ya." Eun Kyung mengangguk. Min Hwa pun pergi meninggalkan Eun Kyung sendiri. Ia kembali duduk bersama Si Hoo yang tampak khawatir.

Si Hoo meminta maaf kepada Min Hwa. Setelah masalahnya selesai dengan damai, sekilas ia melihat Eun Kyung keluar dari toilet dan kembali duduk bersama teman temannya. Sebelumnya ia melihat Eun Kyung berlarian ke arah toilet sembari menutup mulutnya. Entah apa yang telah terjadi kepada Eun Kyung, tapi yang pasti ia hanya berharap Eun Kyung baik baik saja.

Karena waktu makan siang mereka sudah selesai, Si Hoo dan Min Hwa pun pergi dari café itu untuk kembali bekerja. Si Hoo singgah sejenak di kantor kekasihnya sembari membahas kembali hal hal apa saja yang harus mereka persiapkan, barulah ia kembali ke kantor karena akan meeting dengan client penting.

***

Semakin hari Eun Kyung semakin lemah. Muntahnya semakin parah. Tapi ia tidak berani mengatakannya kepada Joon Young yang seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama di Kota Seoul. Eun Kyung masih berpikiran kalau sakit lambungnya sudah semakin parah, namun hatinya terus berkata kalau bukan lambungnya yang bermasalah. Eun Kyung takut kalau ia hamil. Ia belum siap mengandung anak dari pria yang tidak ia cintai. Maka dari itu Eun Kyung terus menyangkal kalau yang terjadi pada dirinya adalah sebagian dari tanda tanda kehamilan.

Akhirnya Eun Kyung pun membeli dua jenis testpack yang berbeda dari sebuah apotik yang tidak jauh dari Apartemennya. Sesampainya dirumah, ia membuka satu bungkus testpack dan membaca petunjuk penggunaannya. "Lakukan test kehamilan ini di pagi hari agar mendapatkan hasil yang lebih akurat." Ucap Eun Kyung saat membaca salah satu petunjuknya. Ia pun melakukan apa yang disarankan. Keesokan paginya, setelah mengatasi muntahnya Eun Kyung bergegas menampung air seninya ke dalam wadah kecil.

Dengan tubuh yang sangat lemas karena muntah yang terus menerus keluar, Eun Kyung terduduk di atas kloset duduk sambil berpegangan pada pinggiran wastafel. Ia membuka bungkus dari dua alat testpek yang berbeda dan sudah siap untuk dilakukan uji hasil. Sejenak ia berdoa dalam hati agar apa yang ia takutkan itu tidak benar-benar terjadi.

Satu persatu alat tsb ia celupkan ke dalam urin yang di tampung. Ia menunggu beberapa saat untuk mengetahui hasil dari testpack tsb. Menunggu beberapa detik itu sama saja seperti seorang terpidana mati mengunggu hari untuk di eksekusi.

Betapa hancurnya hati Eun Kyung saat melihat semua testpack yang sudah ia lakukan. Hatinya hancur berkeping keping. Harapannya musnah begitu saja dalam sekejap. Dua garis merah pekat dari tespek berbentuk strip dan tanda positif dari tespek berbentuk digital. Eun Kyung menatap dua alat tespek itu dengan lekat. Tak berapa lama tangisanya pun pecah.

Barang barang yang ada di dekatnya menjadi sasaran kemarahannya. "Aaaarrrghhhh!!!! Tidak mungkin…Ini semua tidak mungkin!!!" teriak Eun Kyung meluapkan amarah dan kekecewaan yang mendalam.

***

TBC

avataravatar
Next chapter