12 Bab 12

Min Hwa lalu mengajak pasangan muda tsb untuk diukur badannya. Saat tengah asik mengukur, Min Hwa mendengar keributan di depan toko. Ia meminta salah satu pegawainya untuk melanjutkan mengukur sementara ia melihat apa yang terjadi.

Seorang pelanggan yang sepertinya calon pengantin juga tengah beradu mulut dengan seorang pegawainya. Dari yang ia tangkap wanita itu ingin mengenakan gaun pengantin yang dipajang di depan galerinya. Tapi si pelayan tidak mengijinkan karena gaun itu tidak di jual maupun disewa. Mereka tahu kalau gaun yang dipajang di depan galeri itu milik Min Hwa. Ia sengaja memajang gaun pengantin miliknya itu disana dari pada disimpan di gudang dan akhirnya rusak.

"Aku mohon nona, pilih gaun yang lain saja. Gaun itu tidak bisa kami sewa maupun jual." Mohon si pegawai. "Yang aku ingin kan itu ya itu. Mengapa kau terus menolaknya." Ucap si pengantin wanita itu kasar.

"Tapi nona itu hanya pajangan saja."

"Alasan kalian. Berapa uang yang harus aku keluarkan untuk membeli gaun tsb hah."

"Nona…"

"Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" tanya Min Hwa bertanya kepada pegawainya yang tampak ketakutan. "I…Itu Nona, ada yang memaksa ingin membeli gaun pengantin yang dipajang itu, padahal sudah ku bilang itu tidak dijual." Ucap si pegawai. Min Hwa mendesah kesal tapi masih menunjukkan senyumnya.

Min Hwa menghampiri si nona pemaksa, "Ada yang bisa ku bantu nona?" tanya Min Hwa sambil tersenyum.

"Aku ingin gaun itu." Ucap si nona sambil menunjuk gaun miliknya. Min Hwa tersenyum, "Tolong buka kunci pintu etalasenya." Ucap Min Hwa kepada pegawai wanita tadi. "Apa?"

"Cepat bawakan kuncinya di ruangan kerjaku."

"Tapi nona…" Min Hwa memberi kode dan dengan terpaksa si pegawai tadi pergi mengambil kunci di ruang kerjanya. Sementara itu nona yang kasar tsb tersenyum senang. "Kau harus pecat pegawai seperti itu. Berani beraninya menolak keinginanku." Ucapnya angkuh.

Tak lama Min Hwa pun membuka kunci etalase tsb dan mencopot gaun pengantinnya dari manekin. Ia lalu menyerahkannya kepada si nona. "Apakah gaun ini yang anda inginkan, Nona?" tanya Min Hwa.

"Iya iya…Cepat kemarikan. Aku ingin mencoba gaunnya. Aku yakin pasti aku akan tampak cantik dengan gaun ini." Ucap si Nona yang sudah tidak sabar. Wanita kasar itu langsung merebut gaun itu dari tangan Min Hwa. Lantas ia segera mencari cermin untuk melihat keindahan gaun tsb. Tanpa basa basi terlebih dahulu, ia segera mencoba gaun tsb.

Min Hwa yang sedari tadi menahan amarahnya mencoba diam dan melihat apa yang terjadi. Tak lama si nona berteriak karena gaun yang dikenakannya itu terlalu sempit di bagian pinggul. "Aduh bagaimana ini pinggilku tak muat." Keluh si wanita bar bar tsb.

Pegawai pegawai lainnya menahan tawa. Wanita itu melongokkan kepalanya keluar dari ruang ganti. "Hei nona kau bisa merombak gaun ini sedikit untuk ku. Aku ingin memakai gaun ini." Ucap si wanita itu.

"Maaf Nona sepertinya kau tidak berjodoh dengan gaunnya. Aku tak bisa membantumu merombak gaun itu." Ucap Min Hwa tenang. "APA?! Kau pikir kau siapa hah menolak keinginanku memiliki gaun ini. Kau tidak tahu siapa aku!!"

Min Hwa mendapatkan bisikan dari pegawainya kalau si nona bar bar ini adalah salah satu aktris ternama yang tengah naik daun. Namanya Kim Seo Hwa. "Aku tidak peduli kau siapa. Aku hanya tidak ingin gaun rancanganku dipakai oleh wanita bar bar dan tidak sopan seperti mu."

Seo Hwa semakin geram terlebih Min Hwa melepaskan gaun tsb dari badannya dan mengembalikannya ke tubuh manekin. "Kau tidak bisa melakukan hal ini kepadaku. Kau ingin toko mu bangkrut hah. Aku bisa membuat toko ini tutup selamanya." Pekik Seo Hwa tak terima diperlakukan seperti ini.

"Kau pikir aku takut. Lakukan apa yang kau inginkan. Aku tidak takut sama sekali. Lebih baik gaun itu dipakai oleh manekin daripada dipakai oleh manusia tidak tahu sopan santun dan kasar seperti mu." Ucap Min Hwa tak gentar.

"Pergilah dari sini. Aku tak ingin melihat wajahmu berkeliaran disekitar toko ku." Ucap Min Hwa memotong ucapan Seo Hwa. Ia lalu kembali ke ruang kerjanya meninggalkan Seo Hwa yang marah tak bertepi.

***

Sementara itu, Eun Kyung tengah menunggu antrian di klinik kandungan. Hari ini ia ada janji bertemu dengan dokter kandungan untuk memeriksa kondisi janin yang tengah dikandungnya. Sejak dinikahi oleh Si Hoo dua bulan yang lalu, ia diboyong ke apartemen Si Hoo dan menjalani rumah tangga yang dingin bersama pria tsb. Meski sama sama belum bisa saling mencintai, tapi Eun Kyung tetap memperlakukan Si Hoo layaknya suami istri. Si Hoo terlihat baik dan manis tiap kali menginginkan tubuhnya, tapi begitu ia selesai dipuaskan ia kembali menjadi pria yang dingin. Dua bulan menjadi istri Si Hoo ternyata tak seorang pun yang tahu kalau Si Hoo sudah menikah dan akan segera memiliki seorang anak.

Bahkan Si Hoo tidak mendaftarkan pernikahan mereka dicatatan sipil. Keduanya hanya menikah secara agama di gereja saja. Eun Kyung hanya terdaftar sebagai istri secara agama, tapi secara hukum ia bukan siapa siapa selain wanita yang tengah mengandung anaknya. Seperti bulan lalu, Eun Kyung selalu mengatakan bahwa ia ada janji dengan dokter kandungan dan memintanya untuk menemani. Tapi Si Hoo selalu menolak dan tak mau tahu dengan kondisi bayi mereka.

"Tak apa kalau Appa tidak ikut melihat kondisimu yang semakin sehat, ada Eomma yang selalu semangat tiap kali kontrol ke dokter. Sehat sehat ya anaknya Eomma." Ucap Eun Kyung sambil membelai perutnya yang sudah berusia empat bulan.

Tak lama namanya pun di panggil untuk masuk. Seperti yang sudah sudah dokter kandungannya selalu bertanya kenapa ia hanya datang sendirian tidak ditemani oleh suaminya. Lagi lagi Eun Kyung hanya beralasan kalau suaminya sibuk. Bosan mendengar jawan Eun Kyung yang selalu sama, dokter hanya menggelengkan kepalanya.

Eun Kyung selalu menitikkan air mata haru tiap kali dokter melakukan USG. Melihat perkembangan bayinya yang sangat sehat membuat kesedihan Eun Kyung terobati. Di rumah, ia dan Si Hoo bagaikan dua orang asing yang hidup satu atap. Sejak pertama tinggal disana, Si Hoo tak ingin tidur di kamar yang sama kecuali saat ia butuh dipuaskan oleh Eun Kyung. Tak hanya itu, setelah puas ia kembali lagi ke kamarnya dan meninggalkan Eun Kyung sendirian dikamarnya.

Hanya bayinya yang sering diajak curhat olehnya. Ia tak berani menelpon ibu maupun mertuanya perihal rumah tangganya tsb. Ia tak ingin membuat mereka khawatir. Cukup ia saja yang diperlakukan seperti itu oleh suaminya sendiri. Setelah selesai kontrol dari dokter kandungan, Eun Kyung pun pulang. Ia mampir sejenak di supermarket membeli susu hamil dan beberapa bahan masakan yang sudah mulai habis.

***

TBC

avataravatar