10 Bab 10

"Katakan." Ucap Si Hoo singkat, padat dan penasaran. Eun Kyung mengangkat wajahnya. Dengan berani ia menatap pria yang tengah menatapnya juga. "Aku hamil." Ucap Eun Kyung sambil memejamkan matanya.

Satu detik…Dua detik…

Eun Kyung membuka matanya dan melihat tatapan tajam dari Joon Young mengarah kepadanya. Ia menelan ludahnya sendiri. "Park… Si Hoo, Ssi…" cicit Eun Kyung takut. Eun Kyung melihat kedua tangan Si Hoo diremas dengan kuat, hingga buku-buku jarinya memutih.

Braaakkkk.

Eun Kyung bergidig ngeri. Si Hoo terlihat marah. Si Hoo berdiri lalu pergi meninggalkannya begitu saja tanpa berkata apa apa. Untuk beberapa saat Eun Kyung terdiam, lalu tiba-tiba ia menangis. Si Hoo marah mengetahui dirinya hamil. Ia pun marah. Tapi semua ini sudah terjadi.

Eun Kyung menundukkan kepalanya di atas meja. Ia menangis tersedu-sedu sebelum akhirnya berlari ke toilet karena mualnya kembali. Sementara itu, Si Hoo yang telah keluar dari dalam café, menendang apapun yang berada di hadapannya dengan sangat keras. Ia berteriak kencang untuk meluapkan amarah yang ada di dalam hatinya.

"Sial! Bagaimana bisa ini terjadi!?" umpat Si Hoo. Belum juga amarahnya reda, salah seorang pelayan café memanggilnya. Ia diminta untuk segera membawa istrinya yang pingsan ke rumah sakit. Si Hoo semakin marah lagi karena ia dan Eun Kyung disangka pasangan suami istri oleh pelayan café tsb.

***

Hoeekk….Hoeeekkk…

Eun Kyung kembali memuntahkan isi perutnya. Tubuhnya sangat lemas. Sejak tadi pagi belum ada makanan yang bisa masuk ke perutnya dengan aman tanpa di muntahkan. Tadi ia memesan pasta kesukaannya tapi belum sempat di makan. Alhasil ia merasa tubuhnya tak bertenaga.

Seorang petugas kebersihan yang kasihan membantu Eun Kyung untuk berdiri. Belum sempat melangkah, Eun Kyung merasa pandangannya semakin kabur dan tiba-tiba gelap. Petugas kebersihan itu kaget larena wanita yang ditolongnya pingsan. Ia berteriak minta tolong. Beberapa pelayan café datang berkerumun di dalam toilet.

Salah satu pelayan melihat dan mengenali wanita yang pingsan itu. Tadi ia datang bersama seorang pria. Ia meminta beberapa pelayan pria membawanya ke kantor sementara ia mencari pria yang tadi bersama si wanita. Beruntunglah si pelayan itu melihat pria yang disangksa suaminya wanita itu sedang berteriak kesal.

Tanpa pikir panjang lagi, pelayan café itu menarik tangan si pria dan memintanya untuk membawa si wanita ke rumah sakit karena ia pingsan setelah muntah cukup banyak. Awalnya Si Hoo menolak, tapi lagi lagi ia dikalahkan oleh rasa kasihan melihat seorang wanita tergolek lemas tak berdaya di hadapannya. Dengan sangat terpaksa, ia pun menggendong Eun Kyung masuk ke dalam mobilnya. Ia membawa wanita itu ke sebuah rumah sakit.

***

Si Hoo duduk terdiam disamping ranjang dimana Eun Kyung terbaring lemah dengan infus yang menancap ditangannya. Di tangannya terdapat sebuah kertas kecil yang berisikan foto hasil USG janin yang tengah di kandung Eun Kyung. Beberapa waktu lalu dokter mengatakan bahwa jika saja ia terlambat membawa Eun Kyung ke rumah sakit, kemungkinan besar mereka akan kehilangan bayi mereka.

Awalnya Si Hoo kesal karena janin itu selamat, tapi setelah ia melihat sendiri USG yang dilakukan oleh dokter kandungan dan menjelaskan apa yang terjadi di dalam rahim Eun Kyung, barulah ia terenyuh. Bagaimana bisa satu sel sperma miliknya dan sel ovum milik Eun Kyung kini telah berubah menjadi sosok kecil yang kelak akan mewarisi wajah ia maupun Eun Kyung.

Sama seperto Eun Kyung yang pada awal perjumpaan begitu takjub dan berkaca-kaca, Si Hoo pun bersikap seperti itu. Dengan patuh ia memperhatikan dan mendengarkan baik baik penjelasan dokter kandungan. Bahkan ia tak menolak saat dokter kandungan memberikannya selembar foto hasil USG 4 dimensi kepadanya. "Apa yang harus kulakukan?" gumamnya dalam hati.

Dokter mengatakan kalau Eun Kyung kurang asupan gizi yang baik. Tubuhnya sangat lemah. Dokter khawatir jika terus seperti ini, bayi yang dikandungnya akan mengalami keguguran. Untuk itu, dokter menyarankan agar Eun Kyung mendapat perhatian lebih dan juga diperhatikan pola asupan gizi yang baik. Si Hoo juga di minta untuk menjaga mood Eun Kyung, karena mood ibu hamil selalu berubah-ubah. Usahakan agar Eun Kyung tidak terlalu stres dan beristirahat dengan cukup.

***

Kedua bola mata Eun Kyung bergerak gerak. Saat membuka matanya, ia merasa berada di sebuah ruangan. Bau obat-obatan tercium cukup jelas. Ia mengedarkan pandangannya dan melihat ada sebuah infusan ditangannya. Apakah ia tengah berada di rumah sakit, pikirnya.

Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri berharap ada seseorang yang tengah bersamanya. Ia mendengar suara seseorang yang tadi bersamanya. Park Si Hoo. Lelaki itu tengah bersamanya, tapi dimana dia? Ternyata Park Si Hoo tengah menelpon di luar kamar. Eun Kyung tak bisa begitu jelas mendengarkan yang pasti suara Si Hoo terdengar sangat manis. Pastilah Park Si Hoo tengah menelpon kekasihnya.

Ia jadi bertanya tanya, bagaimana reaksi kekasihnya jika ia mengetahui tentang kehamilannya? Bagaimana pun juga ia diperkosa oleh pria itu dan kini mengandung anaknya. Eun Kyung meraba tenggorokannya. Ia kehausan. Tenggorokannya sangat kering. Ia menatap gelas yang berisi air putih di atas meja dekat ranjangnya. Ia mencoba bangun tapi tubuhnya terasa sangat lemas. Ia lupa kalau seharian ini tak ada satupun makanan yang masuk ke perutnya. Alhasil tenaganya pun tidak ada.

Dengan susah payah Eun Kyung mencoba menarik meja kecil itu semakin dekat dengannya tanpa menimbulkan suara yang mengganggu pria di luar sana. Eun Kyung merutuki dirinya sendiri kenapa hanya mendorong meja kecil yang ringan itu saja ia tak mampu. Setelah meja itu sangat dekat, tangannya yang bergetar meraih gelas itu tapi belum sempat berpindah gelas itu jatuh begitu saja ke lantai dan menimbulkan suara yang cukup keras. Membuat Si Hoo yang tengah asik mengobrol dengan kekasihnya buru buru membuka pintu dan menatapnya. "Sayang nanti kita bicara lagi. Temanku sepertinya sudah bangun dan butuh bantuan." Ucap Si Hoo tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan darinya.

Si Hoo memasukkan ponselnya ke dalam saku celana lalu berjalan mendekat. "Kalau kau haus, harusnya kau memanggilku." Ucap Si Hoo sambil menyodorkan gelas baru yang berisi air putih. Lalu ia juga menyetel ranjangnya agar bisa duduk dengan tegak. Eun Kyung kembali merutuki kecerobohannya. "Minumlah." Ucapnya.

Tanpa banyak bicara, Eun Kyung segera menghabiskan air itu hingga tandas. "Maaf." Cicit Eun Kyung sambil menyerahkan gelasnya yang kosong. "Untuk?" Si Hoo menekan tombol untuk memanggil petugas kebersihan.

"Karena sudah mengganggu pembicaraan kalian. Aku tidak bermaksud…"

"Sudahlah lagi pula kau sudah menggangguku." Ucap Si Hoo datar. Eun Kyung menaruh gelasnya di atas meja samping bednya. Tak berapa lama petugas kebersihan datang untuk membersihkan bekas pecahan gelas yang baru saja dipecahkan olehnya. Setelah selesai petugas itu pun undur diri.

***

TBC

avataravatar
Next chapter