1 BAB 1: PELAYAN CAFE

Anindita Rosseandra Grey. Biasa dipanggil 'Anin'. Paling suka warna merah. Baginya, merah adalah hal yang menggambarkan kekuatan, keteguhan, dan juga hal yang menyenangkan. Cantik tidak perlu ditanya, harta juga sudah tidak perlu mencari jika dia mau. Dia lahir di keluarga terpandang. Orangtua yang lengkap. Diberkati dengan kecantikan dan kepintaran. Lalu apa yang tidak dia punya? Kekasih. Ya, dia tidak punya kekasih. Bukan karena tidak ada yang mau dengannya. Hanya saja, dia belum menemukan orang yang tepat, orang yang bisa dia sayangi.

"Pagi semua... Maaf ya, aku telat." Ucapnya menyapa para pegawai cafe nya. Padahal dia juga pelayan disana. Dia adalah pemilik cafe yang juga merangkap menjadi pelayan cafe. Katanya dia ingin memberi tantangan pada hari-harinya.

"Pagi Mawar!" Jawab yang lainnya.

Ketika dia akan berakting menjadi pelayan, maka yang lainnya akan memanggilnya 'Mawar'. Tidak buruk bukan? Itu hanya plesetan nama dari nama tengahnya. Baginya, Mawar itu kuat. Dia hanya tidak ingin dipandang lemah oleh orang-orang yang menggunakan kekuasaan.

"Aku ganti baju dulu, setelah itu cafe nya dibuka ya!" Ucapnya memberi titah kepada para pegawainya, yang dituruti dengan langsung. Kalau tidak dituruti bisa potong gaji. Cicilan terbengkalai, dan bahkan mungkin ngirit berhari-hari.

Cafe telah dibuka, banyak muda-mudi yang mulai berdatangan untuk sekedar nongkrong, membeli makanan, bahkan ada yang numpang Wi-Fi. Itu adalah salah satu ciri-ciri pengunjung tidak tau diri. Tidak pesan, dan hanya numpang Wi-Fi untuk mengunduh drama ataupun anime. Ada juga yang hanya mampir untuk sekedar berfoto-foto ria. Dipikir cafe itu studio foto apa bagaimana?

Setelah selesai mengganti kostum nya menjadi kostum pelayan, dia mulai membersihkan meja, dan kadang mengantarkan pesanan. "Mawar!" Panggil salah satu pelayan padanya. Dia pun langsung menghampiri sang pemanggil itu, karena dirinya sedang dalam akting menjadi pelayan. Jadi kalau akting harus totalitas, siapa tau dia akan dapat tawaran bermain film bersama Tobey Maguire.

"Kamu antar kan ke meja nomer 12 ya."

"Siap!"

Mawar menghampiri meja 12, dengan nampan yang berisi beberapa minuman. Lalu menyajikannya di atas meja 12. Ada empat orang yang menghuni meja tersebut, tiga pria dan satu wanita. Kelihatannya sang wanita adalah orang yang tomboy jika dilihat dari pergaulannya. "Selamat menikmati." Ucapnya disertai senyuman manisnya.

"Cantik!" Panggil salah satu lelaki yang berwajah jenaka. Kalau dilihat dari perhitungan Mawar, Mungkin dia adalah playboy cap kakap atau penggombal ulung. Yang sukanya membuat anak orang baper lalu dipermainkan.

"Saya?" Tanya mawar sambil menunjuk dirinya sendiri, yang mendapatkan anggukan mantap dari orang yang memanggilnya tadi. "Kenapa?"

"Kenalin, nama abang Vano. Mau jadi pacar abang yang ke dua puluh satu nggak?" Mata Mawar membola, dua puluh satu katanya? Itu pacar atau umur? Sepertinya spesies buaya mulai berkembang biak dengan banyak. Sampai-sampai ada yang tersesat ke daratan dan berubah wujud menjadi manusia tampan.

"Dia anak orang kaya loh! Punya perusahaan furniture besar. Terkenal." Ucap salah satu teman nya membuat Mawar tersenyum. Kaya? Halah! Mawar juga kaya. Bahkan lebih kaya. Tapi tidak sombong kok.

"Halah pakai ditanya, pasti mau lah! Orang kayak dia biasanya juga jual diri ke om-om perut buncit." Ucap wanita yang sedari tadi nempel seperti cicak didinding kepada pria dengan wajah triplek.

Senyum dibibir Mawar sudah menghilangkan seakan-akan lenyap dengan hembusan angin. Ini yang dia tidak suka dengan kekuasaan. Gampang merendahkan orang lain, tanpa mau mirror. Mawar menatapnya dengan pandangan tajam, dirinya di cap wanita murahan! Sialan!

"Maaf ya, saya ini menjunjung tinggi harga diri. Apalagi saya seorang wanita. Sebagai wanita, saya ingin menjadi salah satu orang yang melindungi harga diri wanita. Bukan saling menjatuhkan bagaikan lawan." Ucapnya sedikit menyindir disertai dengan senyum manis sok polos yang dia miliki. Jika ada casting film, mungkin dia akan mendapatkan peran menjadi anak kutu buku.

"Sok jual mahal." Ucapan itu keluar dari orang yang memperkenalkan dirinya dengan nama Vano tadi.

"Loh? Yang dijual mahal apa? Perasaan saya nggak lagi jualan. Saya juga engga punya bisnis jual-beli kok."

"Sok polos!" Hardik wanita tadi. Ingin rasanya Mawar mengumpat didepan wajah wanita itu. Mulut nya sepertinya setiap hari diberi amunisi cabai. Pedas sekali!

Mawar masih dalam mode sok polos, dirinya memandang bajunya, seragam pelayan lebih tepatnya. Berwarna coklat susu, celemek hitam, serta celana hitam. "Kan baju saya memang polos, mbak."

"Sikap sok polos lo udah basi!" Ucapan menohok salah satu pria yang tadi berusaha memprovokasinya untuk menerima Vano.

"Loh mas nya gimana sih? Saya ini manusia, mana bisa basi?"

Lelaki tadi hendak menjawab, namun terhenti karena disela oleh temannya yang berwajah triplek. Ganteng memang. Tapi auranya mencekam.

"Udah. Biarin dia pergi!" Ucapnya dingin penuh penekanan. Mawar tersenyum senang mendengarnya. Akhirnya dia akan mengakhiri sandiwara sok polos nya. Karena pura-pura juga butuh tenaga.

"Makasih ya, mas!" Ucapnya dengan senyum mengembang. Matanya menyipit, bibir merah Cherry nya melengkung membentuk senyuman menawan, apalagi sorot matanya yang menenangkan itu sangat nikmat dipandang. Lalu Mawar melenggang pergi dari sana.

Meninggalkan orang-orang itu yang terpesona dengan pesona miliknya yang patut diberi penghargaan sebagai wanita cantik. Tapi mereka tidak tau, jika dia harusnya juga mendapatkan penghargaan sebagai aktris yang baik. Aktingnya sangat totalitas sekali. Membawakan peran dengan baik dan membuat penontonnya tersihir.

"Gila! Senyumnya MasyaAllah... Manis banget!" Ucap Vano sambil melihat Mawar yang sudah kembali ke dapur cafe.

"Ya Allah, buat dia menjadi jodoh untuk hambamu yang banyak maunya ini." Ucap Dito, orang yang memprovokasi Mawar tadi.

"Heh! Tadi kan lo bilang ke dia buat terima Gue. Kenapa sekarang lo juga mau dia?" Tanya Vano sambil memandang Dito sengit.

"Itu kan tadi, sekarang gue berubah pikiran. Pokoknya gue harus bisa dapetin cewek cantik tadi. Titik! Valid!" Ucap Dito kekeuh. Dia harus bisa mendapatkan Mawar, agar nanti ada yang bisa dia banggakan selain wajah yang cukup tampan miliknya. Mama nya pasti sangat senang jika Dito bisa mendapatkan manusia dengan senyum bidadari itu.

"Oke! Kita sekarang jadi rival!" Seru Vano dengan pandangan tajamnya sambil menunjukkan jari tengahnya. "Fuck you!" Desis Vano.

"Oke! Dan gue yakin, kalau gue bakal menang!" Ucap Dito disertai senyuman songong nya, membuat Vano kesal bukan main. Vano bertekad dalam hatinya, jika dia tidak boleh kalah dari temannya yang kampret itu. Dia harus membuat taktik peperangan yang baik, agar dapat memenangkan peperangan ini.

"Halah wajah mirip pantat wajan aja bangga!" Hardik Vano, padahal wajah Dito itu tergolong dalam pria tampan, tapi demi menjatuhkan lawan, akan Vano lakukan meskipun harus membual.

"Dih, gantengan gue lah!"

"Diam deh! Kalian ini apa-apa'an sih? Kayak nggak ada cewek lain aja!" Ucap wanita tadi, Kinan namanya.

"Biarin lah, Kin! Dia itu bidadari yang menjelma jadi manusia bumi, pokoknya gue harus dapetin dia!" Ucap Dito yang masih kekeuh mendapatkan Mawar. Dia tidak mau melewatkan kesempatan emas untuk mendapatkan manusia blasteran bidadari itu.

"Gue yang bakal dapetin dia!" Desis Vano menanggapi ucapan Dito.

"Gue yang bakal dapetin dia, dia akan jadi milik gue selamanya." Ucap Kenan dingin.

avataravatar