Sedangkan di kamarnya, Al Fatih yang baru saja menyelesaikan mandi sorenya, kini merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang tanpa mempedulikan keberadaan Ayyubi yang sedang duduk di sofa di sudut kamarnya.
Alfatih terus saja tersenyum seorang diri membayangkan betapa lucunya Aurel saat marah siang tadi.
"Ternyata engkau tampak lebih menarik ketika marah dibandingkan saat engkau diam seperti ketika aku membeli makanan di rumah kepala desa." Gumamnya. "Aku jadi ingin sekali bertemu denganmu lagi dan seperti tadi itu ternyata sangat menyenangkan. Berdebat denganmu dan membuat engkau marah, melihat wajahmu merah, matamu melotot dan gigi gemeletuk karena menahan marah."
"Ha ha ha."
Ayyubi yang sedang fokus berkomunikasi dengan kedua orang tuanya memandang Alfatih yang tertawa sendiri di ranjang, kemudian ia mencoba untuk memandang saudara kembarnya dengan menyipitkan kedua matanya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com