webnovel

Hutan Moist

"Apakah aman?"

"Aman komandan," jawab Kharysor.

"Kalian berdua periksa Danau Lachance dan aku akan memeriksa seberang danau ini."

Komandan Haides menyebrangi danau menggunakan jembatan.

"Ayo!" ajak Kharysor.

Hera mengikutinya. Ia memeriksa airnya dan benda-benda yang ada di sekitarnya.

"Kau menemukam suatu hal yang ganjil Ksatria?"

"Tidak."

"Bisa kau panggil namaku saja?"

"Hah? Baiklah," jawabnya dengan ekspresi bingung.

"Ngomong-ngomong, untuk apa kita melakukan ekspedisi di Hutan ini?"

"Kau benar-benar tidak ingat?"

Hera menggeleng pelan.

"Hutan ini akan digunakan sebagai tempat pelatihan para prajurit angkatan baru," jelas Kharysor sambil memeriksa dinding air terjun.

"Apa itu?"

Kharysor menengok ke arah yang ditunjuk Hera.

"Ada masalah?"

Hera berjalan ke arah Kharysor dan ia menembus air terjun.

"Hera!"

Kharysor berusaha mencegah Hera.

"Ini seperti sebuah terowongan," Hera berada di belakang air terjun.

"Di dalam buku dongengku sepertinya tidak diceritakan terdapat terowongan ini," guman Hera.

Di dalam dongeng Ksatria Wanita Menyedihkan, Hera hanya memutari Hutan Moist dan sampai seorang prajurit terjebak masuk ke dalam gua kemudian Hera menolongnya.

"Hera. Kau baik-baik saja?" Kharysor menembus air terjun juga mengikuti Hera.

"Woww tempat ini indah sekali," Kharysor berdiri di samping Hera.

Hera sedang memandang sebuah pulau yang sangat indah di seberangnya. Pulau itu dibatasi dengan sebuah laut yang sangat luas sehingga itu membutuhkan kapal untuk menuju ke sana.

"Tempat apa itu?"

"Aku bahkan baru pertama kali melihat itu," jawab Kharysor.

Tiba-tiba tanah tempat mereka berdua berdiri bergetar.

"A-apa yang terjadi?"

BUM!

Mereka berdua terjatuh ke dalam terowongan tadi sehingga sekarang mereka berdua berada di dalam gua dengan sebuah kolam.

"Astaga apa yang terjadi barusan," Hera terkejut pada saat membuka matanya, ia berada di dalam kolam.

Hera dan Kharysor mengambang di sebuah kolam kecil.

"Kharysor!" panggil Hera panik.

Hera meraih pundak Kharysor yang tidak sadarkan diri kemudian menariknya ke tepi kolam.

"Kharysor. Sadarlah!" Hera mengguncang-guncangkan bahu Kharysor. Menyadari kening Kharysor mengeluarkan darah, Hera semakin panik.

"Aduh, bagaimana ini?"

Hera melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) pada Kharysor tetapi ia tetap tidak sadarkan diri. Hera melepas kain di lengan kanannya dan mengikatkannya di kening Kharysor, tetapi Kharysor tidak kunjung sadar.

"Haruskah aku memberinya nafas buatan ?" Hera benar-benar ragu.

"Ti-tidak mungkin, aku akan sangat lancang."

Hera benar-benar ragu jika ia ingin memberinya nafas buatan. Jika ia tidak memberikannya nafas buatan, Hera takut Kharysor kenapa-kenapa.

"Maafkan aku," desah Hera pelan.

Ia menangkup pipi Kharysor dan memberinya nafas buatan. Tiba-tiba mata Kharysor terbuka dan Hera melepaskan ciumannya. Kharysor terbatuk dan mengeluarkan banyak air dari mulutnya pada saat Hera selesai memberinya nafas buatan.

"Hah..." Kharysor menghela nafas kasar.

"Maaf, kau baik-baik saja?"

Kharysor mengangguk dan wajahnya berubah menjadi merah, ia memegang keningnya yang dibalut dengan sebuah kain. Hera langsung memalingkan wajahnya cepat.

"Di-dimana kita?"

"Sepertinya terowongan tadi sudah sangat rapuh sehingga tanah itu runtuh dan di sinilah kita."

"Kita harus mencari jalan untuk keluar dari sini!" lanjut Hera.

"Sejak kapan Hera semangat begitu?" batin Kharysor.

Kharysor mengikuti Hera yang berdiri di pojok kolam.

"Di sana ada cela."

"Tapi bagaimana kita bisa ke sana?" tanya Kharysor.

"Kau punya sesuatu yang mungkin dapat digunakan?"

Kharysor melihat apa yang dia punya dan sepertinya ia tidak menemukan apa-apa.

"Tidak ada," jawab Kharysor kecewa.

"Hmm...sepertinya kita bisa menggunakan ini."

Hera melepas semua baju zirahnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mungkin kain ini dapat membantu, ya sebenarnya ini tidak terlalu panjang."

Hera melepaskan lilitan sebuah kain yang ada di pinggang, lengan kirinya, dan kedua kakinya.

"Bantu aku sambungkan kain-kain ini!"

"Kau tidak menyerah?"

"Hera pemberanikan?"

"Aku benar-benar tidak mengerti," ujar Kharysor sambil menyambungkan kain Hera.

"Aku juga," celetuk Hera.

"Intinya ini adalah dongeng di dunia nyata."

Kharysor memiringkan kepalanya bingung. Mereka pun selesai menyambungkan semua kain yang ada.

"Sekarang apa?"

Hera melihat sekitarnya.

"Lepaskan kail ini!"

Hera menyerahkan baju zirahnya kepada Kharysor. Setiap baju zirah memiliki kail di belakangnya seperti kancung pada umumnya untuk memperkuat baju zirah yang digunakan.

"Ini?"

"Ya!"

Dalam sekejap mata Kharysor mematahkan kail yang ada di baju zirah milik Hera.

"Mau kau apakan?"

"Aku akan menyangkutkannya ke sana," Hera menunjuk ke arah batu-batuan yang ada di atas mereka.

"Tapi ini tidak cukup panjang," sergah Kharysor.

Hera berpikir kembali. Ia mengambil semua batu berukuran sedang dan melemparkannya ke arah batu-batuan tersebut.

"Hera. Apa yang kau lakukan? Kau bisa membuat kita tertimpa batu-batuan itu," Kharysor berusaha mencegah Hera tetapi terlambat.

Brukk!

Beberapa batu jatuh ke bawah, mulai dari yang besar hingga yang terkecil.

"Awas!" Kharysor menarik Hera minggir.

"Terima kasih."

"Kau gila. Kau bisa terbunuh," Kharysor mencengkram bahu Hera erat.

"Ma-af tapi itu tujuanku."

Kharysor melirik batu-batuan yang jatuh.

"Kita naik batu-batuan itu dan sangkutkan kainnya di sana kemudian kita naik," jelas Hera cepat.

Kharysor langsung melakukan apa yang dikatakan Hera.

"Hera! Kharysor! Kalian dimana?"

"Itu suara komandan, ayo!"

Kharysor langsung membantu Hera naik ke atas batu. Hera melemparkan kail ke atas sana, beberapa kerikil jatuh ke bawa. Kharysor meletakkan tangannya di atas kepala Hera sedangkan Hera menunduk.

"Te-terima kasih."

"Tak masalah," Kharysor memalingkan wajahnya.

Hera menarik tali tersebut dan menaikinya, Kharysor mengikutinya.

"Fiuhh."

"Ayo. Keluar!"

Mereka berdua keluar dari air terjun dan menghampiri komandan mereka.

"Komandan!" panggil Hera.

"Kalian baik-baik saja?"

"Ya."

"Apa yang terjadi pada kalian? Mengapa kalian tidak menjawabku?"

Komandan Haides memandang Kharysor bertanya-tanya menyadari perban di keningnya.

"Kami tadi terjatuh ke dalam sebuah gua."

"Apa?"

"Tanahnya runtuh dan kami tertelan hingga sampai di gua bawah tanah."

Komandan Haides memandang mereka terkejut.

"Gua?"

Kharysor menunjuk air terjun.

"Di balik sana terdapat sebuah terowongan tetapi tanahnya sudah hancur menjadi sebuah gua di bawah tanah."

"Di sana?"

Hera dan Kharysor mengangguk. Komandan Haides menuju ke air terjun tersebut.

"Hati-hati komandan!"

Komandan Haides terkejut mendapati sebuah gua dengan kolam di bawahnya.

"Ba-bagaimana kalian bisa selamat dari sini?"

"Berkat Hera kita bisa keluar dari gua itu, ia menggunakan kain-kain yang dibalutkan di tubuhnya dan kail baju zirahnya menjadi sebuah tali untuk memanjat sehingga kami bisa naik ke atas sana."

Komandan Haides baru menyadari saat melihat Hera hanya menggunakan crop topnya dan menatapnya tak percaya.

"Astaga kami para prajurit sudah sering melewati hutan ini secara tidak langsung tetapi bagaimana mungkin aku tidak enyadari ini," Komandan Haides memandang sekitarnya tak percaya.

"Komandan."

"Pulau apa itu?" tanya Hera.

"Ti-tidak mungkin itu adalah Pulau Carehayes, pulau yang telah lama hilang."

Next chapter