1 Part 01 (Prolog)

* Sheila POV *

Hari ini panas terik Mentari terasa bisa membakar semuanya . Ditambah dengan musik tetangga yang bisa memecahkan telinga . Rasaku ingin meninggalkan tempat ini selamanya. Bukan untuk Matu tapi aku ingin berada jauh dari kota.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam melewati suntuk ku, perlahan malam pun tiba, dengan bulan yang terang benderang meneranginya.

Malam ini seperti biasa Rudi selalu menelpon ku , entah bicara basa-basi saja atau kadang juga membahas hal yang berkaitan dengan mata pelajaran sekolah. Tapi kali ini aku sangat dibuatnya bahagia , rasanya tepat sekali ajakan di akhir pembicaraan kita, karena aku juga sudah suntuk seminggu ada di neraka.

Rudi mengajakku mendaki sebuah gunung , dan bukan hanya aku, tapi sudah ada teman-teman lainnya. Ada Martin, Tasya, Yudha, dan Mirna.

Walaupun kami semua beda jurusan maupun beda kelas, kami sudah mengenal baik satu sama lain.

Kami berencana melakukan perjalanannya besok . Tanpa pikir panjang aku pun setuju dengan ajakannya.

"Udah dulu ya La, udah malem juga, cepet tidur dan jangan sampai lupa prepare barang-barang secukupnya aja. Ntar barang satu rumah kamu bawa lagi" Ucap Rudi seraya tertawa.

"Ih Rudi, ya nggak lah. Emmm, oke aku juga mau langsung tidur ini, kamu juga cepet tidur dan jangan maen-maen hp terus." Jawabku.

"Siap komandan, Good Night, Happy Nice Dream."

"Night to" Ucapku seraya menutup telepon.

~~~

Keesokan harinya, kami sudah berkumpul di tempat janjian dengan menyiapkan 3 motor untuk perjalanan ke sana. Aku berboncengan dengan Rudi, Martin dan Tasya, lalu Yudha bersama Mirna.

Setelah semua siap kami pun berangkat. Kami berkendara sangat kencang saat itu, padahal semua itu hanya karena pengen cepat-cepat sampai ke tujuan. Sampai pada akhirnya Rudi berbicara padaku bahwa beberapa menit lagi kita akan sampai, setelahnya aku dibuat kaget karena Rudi menambah laju motornya secara tiba-tiba. Aku tahu Rudi mencoba menyalip Yudha tapi dengan kecepatan seperti sekarang terlalu berlebihan rasa nya. Baru beberapa puluh meter kami melewati Yudha dan Mirna, Yudha sudah menyalip kami lagi , teruntuk mereka ini seperti kesenangan tersendiri, tapi bagi aku yang duduk dibelakang terasa ketakutan dengan kelakuan ugal-ugalan mereka.

Yudha yang kali ini ada di depan kami , seperti memaksakan diri untuk menyalip truk besar yang ada di depannya, Truk yang di salip oleh Yudha seperti tidak melihat ke spion dan menggerakkan truk itu ke kanan/hampir ketengah jalan karena menghindari sebuah lobang.

Respon Yudha banting stir ke kanan untuk menghindar dari gerakan tiba-tiba truk tersebut, tapi belum sempat menelan lega,Yudha terserempet truk dari arah berlawanan dan kehilangan keseimbangan hingga terjatuh dan menabrak motor yang dikendarai Martin. karena Yudha jatuh tepat di depanku dan Rudi,Rudi tidak sempat menghindar dari nya dan melindas tubuh Yudha. Aku merasakan tubuh Yudha remuk sampai ke tulang-tulangnya dengan darah yang seketika mengalir sangat deras. Disaat bersamaan Mirna yang satu motor dengan nya terpental ke pinggir jalan dan tubuhnya menancap pada sebuah kayu bekas tebangan yang pastinya sangat lancip.

Lalu Martin dan Tasya Jatuh tepat di belakang ku , Martin terseret bersama motornya yang berputar-putar, Lalu terlindas oleh sebuah truk dari arah belakang . Tasya yang terseret ketengah jalan masih bisa bergerak , tapi mustahil, kejadian itu sangat cepat untuk dihindari, belum sempat Tasya berdiri, kepala dan sekujur tubuhnya tertabrak dan terlindas oleh mobil dari arah berlawanan .

Seketika itu Rudi pun juga kehilangan keseimbangan karena melindas tubuh Yudha tadi, kami terjatuh, aku melihat helm rudi terlepas, ia terseret dan wajahnya terkikis oleh aspal sampai keluar dari jalan dan masuk ke dalam lubang galian , aku yang jatuh ditengah jalan tidak bisa mengendalikan tubuhku karena sangat sakit rasanya, apalagi tulang kedua tanganku patah karena untuk tumpuan jatuh ku dan kepalaku juga terbentur sangat kencang ke aspal, saat aku melihat ke arah jalan, dengan pandangan buram aku seperti melihat malaikat maut berada didepan ku, disaat bersamaan truk di arah berlawanan yang ingin menghindari aku panik dan banting stir , tapi muatan kayu yang over capacity itu membuat sebatang kayu tidak terlalu besar terpental menuju kearah ku , hingga kayu itu tepat menghujam bagian wajahku.

Aku tersedak kaget dan berteriak sangat keras , hingga aku tersadar jika ini hanya sebuah mimpi buruk. Tapi aku belum pernah merasakan sensasi mimpi seperti ini sebelumnya.

"Apakah semua mimpiku itu akan jadi nyata?." Itulah pertanyaan yang terbesit di otakku sekarang.

Bersambung.

avataravatar