1 Prolog

Aku adalah pembunuh...

Aku memiliki banyak nama dan sering di bayar untuk membunuh orang.

Dengan wajah yang selalu di tutupi oleh helm hitam, aku menutupi wajahku agar Make Up dan Rambutku tidak berlumuran darah target.

Tapi karena hal ini, orang2 malah menganggapku sebagai seorang pria, dan aku ikuti saja alur penilaian mereka, karena aku sering malas berbicara terbelit2 dengan orang asing.

Aku berpikir aku akan selalu menjadi (Gagak Pendiam)...

Hari ini aku baru saja di bayaran sekitar 10 juta untuk membunuh Seorang Kepala Mafia, baru DPnya dan total pembayaran adalah 30juta.

Siapa yang tidak tergoda?

Jadi aku langsung melakukan misi ini pas malam hari.

Dari penjaga depan, pelayan, hingga keluarganya pun aku habisi semua, karena itulah Perintah orang yang membayarku.

Aku rasa dia ingin mengambil alih kendali mafia ini.

"Ah~ Kamera Pengawasnya"

Aku rasa tidak terlalu penting mau keberadaanku di rekam atau apa, tapi sebaiknya ku hilangkan jejakku saja.

"BANG!!"

Setelah menembak Kamera itu, aku yang berada di lantai dua menyadari keberadaan seseorang yang baru saja keluar dari sebuah ruangan di lantai bawah sambil membawa sebuah Laptop.

Tanpa berlama-lama aku melompat dari atas dan menerkamnya.

"Huwaah!!"

*GRABUK!!

Kedua tangannya ku genggam, dan pinggangnya ku ikat dengan kakiku.

"Apa!?–"

Pria ini terlihat seperti orang2 mafia, tapi gerak-gerik aneh seperti—

"Mata-mata ya? Siapa yang membayarmu? Berapa Banyak yang kamu lihat?"

Acamku sambil mendorong kepalanya ke lantai dan menamcap pisau di depan wajahnya.

Pria ini terlihat seperti akan menyerangku dengan senjata api yang dia selipkan di Pahanya, jadi aku langsung menendang tangannya.

*Tllaak!

Senjatanya pun terhempas jauh dari jangkauannya.

"Itu sia-sia!"

Ujarku dengan nada dingin.

Perlahan kacamata yang di pakainya pun terlepas—

Ku lihat warna matanya yang indah, dan bulu matanya yang lembut yang membuatku seketika tersentuh.

(Apa ini? Dadaku berdenyut aneh)

Sontak pria itu langsung membalikan badanku di saat aku lengah, dan merebut pisau yang ku genggam.

Situasi pun terbalik, dia menindihku dan menodongkan pisau ke arahku.

*Dag~ *Dig~

Rambutnya halus terlihat indah saat dia menunduk ke arahku.

"😳😫👌"

Cakep sekali.

"Kamu ini gila kah?"

Pria itu keheranan melihat wajahku yanh terdiam, aku beruntung memakai helm, akan sangat memalukan jika orang ini melihat ekspresi aneh di wajahku.

Saat dia lengah, aku langsung menendang pinggangnya yang membuatnya langsung kesakitan meringis di lantai.

"Tch! Anj***"

Umpatnya.

Anehnya aku tidak merasa marah, aku lalu merebut kembali pisauku dari tangannya.

Sambil melihat sekeliling, aku menyadari suasa yang sunyi tapi karena instingku tajam, aku harus pergi bergegas dari tempat ini.

Ku lihat pria itu yang sedang berusaha bangun sambil menahan pinggangnya.

"Pergilah lewat belakang, akan ada yang datang dari gerbang depan, jalur ke depan tidak aman"

Ujarku, Wajah keheranan dari pria itu pun membuat hatiku tergelitik saat meninggalkannya.

"Apa-apaan orang itu... Tunggu dulu—"

Lelaki itu seketika sadar dengan keadaan mayat2 yang tergeletak di sekitar lobby.

Dia pun bergegas mengambil laptopnya yang tergeletak di lantai, lalu keluar mengikuti kata2 Orang Aneh tadi...

avataravatar
Next chapter