1 Bab 1

Aku merupakan orang yang selalu penasaran akan sesuatu termasuk penasaran pada hal-hal gaib, aku melakukan beberapa cara agar aku bisa melihat hal gaib seperti hantu dan sebagainya. Banyak acara-acara TV yang mengenai hal gaib seperti hantu itu membuatku semakin bersemangat untuk bisa melihat hantu, sebenarnya saat aku kecil pernah melihat hantu perempuan di rumah tetanggaku dia duduk di sofa dengan rambut menutupi wajahnya, saat aku menoleh tiba-tiba hantu itu tidak ada dan pintu menutup sendiri dengan sangat keras.

Tanpa disadari aku juga bisa memprediksi kapan akan turun hujan, setiap aku melihat langit ada bayangan seperti hujan walaupun langit sedang cerah. Dan benar saja tidak lama hujan turun, kejadian itu terjadi lagi aku dan kedua temanku Ani dan Tari akan pergi untuk jajan. Tari menyarankan untuk membawa payung karena takut hujan. Namun Ani menyuruh untuk tidak membawa payung karena cuaca sangat cerah, tetapi aku melihat langit ada bayangan seperti hujan dan aku menyarankan untuk membawa payung.

"Mending bawa saja payung sepertinya akan hujan ," ujarku.

"Enggak akan hujan Nin lihat saja langitnya cerah begitu," ujar Ani, kami pun pergi tidak membawa payung dan berangkat untuk jajan seblak, setelah selesai kami bergegas pulang dan ternyata benar saja hujan tiba-tiba turun dengan deras.

"Wah ternyata benar ya kata kamu bakalan hujan," ujar Ani kepadaku.

"Wah kamu bisa prediksi hujan? " tanya Tari, aku hanya tertawa mendengar perkataan dua sahabatku itu.

Setelah kejadian itu setiap kami akan pergi ke mana pun mereka selalu menanyakan apakah akan turun hujan atau tidak agar kami membawa persediaan payung.

Waktu itu sore hari Ibuku seperti biasa sedang memasak untuk makan malam keluargaku. Di TV ada siaran mengenai makhluk-makhluk gaib aku semakin tertarik dan ingin lebih jauh mengetahuinya, aku mulai mencari semua informasi bagaimana cara agar bisa melihat makhluk gaib, aku menemukan website bagaimana cara membuka mata ketiga, aku mulai mencoba melatih membuka mata ketiga dengan membuka kelenjar Pituitari yaitu kelenjar yang terletak di bawah otak, di website dituliskan cara membukanya adalah dengan cara bermeditasi dan fokus pada titik. Namun jangan terlalu dipaksakan karena akan merobek kelenjar itu dan nantinya tidak akan terkendali.

Aku mulai sering melihat penampakan, saat aku hendak pulang dari rumah Nenek aku melihat seperti ada orang di rumah kosong dekat rumah Nenekku tetapi kepalanya tidak terlihat aku pikir itu adalah lukisan jadi aku mengabaikannya dan pulang ke rumah keesokan harinya tetangga Nenekku bilang kalau di rumah kosong itu ada hantu tanpa kepala. Aku jadi semakin sering melatih membuka mata ketiga tapi Mamah mulai curiga karena aku sering diam di kamar.

"Nina kamu kenapa sering di kamar?" tanya Mamahku.

"Enggak papah kok, aku hanya banyak mengerjakan tugas Mah," jawabku.

"Oh kalau begitu semangat mengerjakannya ya kan sebentar lagi ujian," ujar Mamahku.

"Iya Mah," jawabku.

Tidak terasa aku mulai menghadapi ujian aku fokus belajar untuk ujian bersama kedua sahabatku. Ujian pun selesai aku dan temanku lulus kami mendaftar untuk masuk SMA tetapi Tari tidak melanjutkan sekolah dia memilih untuk les menjahit dan memilih bekerja hanya aku dan Ani yang melanjutkan sekolah hanya saja kita berbeda jurusan, kami mendaftar dan memulai MOPD.

Setelah MOPD selesai kami mulai sekolah tetapi berbeda jurusan, aku sekelas dengan orang-orang yang belum aku kenal sebelumnya, tetapi alhamdullilah aku bisa berteman baik dengan teman-teman sekelasku. Sebelum memulai belajar kami memperkenalkan diri masing-masing agar saling kenal, setalah memperkenalkan diri kami mulai belajar dan pelajarannya adalah menghafal. Karena aku sudah melatih kelenjar Pituitariku aku bisa dengan mudah menghafal dan membuat teman-teman dikelas terkesan.

"Eh kamu kok bisa cepat begitu menghafalnya?" tanya Serly.

"Oh iya soalnya aku benar-benar fokus menghafalnya jadi gampang," jawabku.

"Bagaimana caranya? Ajari aku ya," pintanya

"Iya sini aku ajari," ujarku, aku mencoba membantu Serly agar cepat menghafal.

Aku mulai fokus lagi berlatih seperti meditasi dan melatih aura bahkan aku mencoba untuk melihat aura kepada guruku saat dia sedang mengajar, dan terlihat pancaran aura tetapi tiba-tiba dari papan tulis muncul wajah yang menyeramkan, aku kaget sampai mencubit teman sebangku Arin.

"Aww kamu kenapa mencubit aku," tanya Arin.

"Kamu lihat itu di papan tulis ada wajah seram menyeringai," pintaku

"Mana enggak ada kok," ujarnya, aku terdiam dan melihat kembali ke papan tulis

"Eh iya enggak ada, tapi tadi aku liat jelas kok ada wajah seram," ujarku dalam hati.

Semenjak aku rajin berlatih, aku mulai melihat dan mengalami hal-hal aneh bukan hanya hantu tetapi aku juga sering mendengar suara-suara menyeramkan dan aneh. Aku semakin dekat dengan teman-teman sekelasku kami berencana akan camping hari Sabtu.

"Nin camping yuk, sekarang kan lagi musim nanti kita foto bareng saat sunset," ujar Sara.

"Ajak juga yang lain biar seru kalau banyakan," pintaku.

"Iyah nanti aku ajak juga yang lain," ujarnya, tiba-tiba Ana datang dan bertanya kita lagi membicarakan apa.

"Kalian mengobrol apa sih?" tanya Ana

"Kita lagi rencana mau camping," ujar Sara.

"Kok aku enggak diajak? Yang lain juga enggak di ajak?" tanya Ana.

"Belum! Kita kan baru rencana yang lain pasti di ajak, kamu juga diajak," ujarku.

"Oh ya sudah aku saja yang mengajak teman-teman, siapa saja yang mau ikut," ujar Ana.

"Ya sudah tapi kita mau camping ke Gunung mana?" tanya Sara.

"Ke Gunung Malabar saja," ujar Ana.

"Tapi kan Gunung itu angker," ujarku.

"Ah kamu percaya saya yang begituan, sudah kita ke sana saja di sana pemandangannya bagus terus enggak perlu waktu lama aku juga pernah ke sana, sampai puncak cuman 4 jam kok," ujar Ana.

"Ya sudah kita ke sana saja, sekarang Ana kamu ajak siapa saja yang ikut," pinta Sara.

"Oke Sar," ujar Ana, dengan senang hati.

Setahuku Gunung itu memang banyak yang bilang angker, perasaanku tidak enak apalagi kita berencana berangkat jam tiga sore dengan alasan agar teduh sehingga tidak terlalu capek, tetapi berarti kita akan mendaki sampai di puncak malam hari, aku berniat untuk tidak ikut tetapi teman-teman ingin aku tetap ikut jadi aku tetap ikut. Kami memutuskan untuk bertemu langsung di Desa tempat masuk jalur pendakian Gunung Malabar.

"Itu Nina aku kira kamu enggakakan berangkat," ujar Rika.

"Aku mau ikut," ujarku.

"Jadi cuma lima orang ," ujar Ana.

"Iyah enggak papah ini juga sudah rame," ujar Sara.

"Ya sudah kita mau berangkat sekarang?" tanyaku.

"Iya sekarang saja, kalau berangkat sekarang kita nyampai puncak sekitar jam 7 malam," ujar Ana.

" Ya sudah yuk nanti kita kemalaman," ujarku.

"Pak kami menitip motor kita ya." Ujar Ana, sambil memarkirkan motor.

"Iyah Neng, kok berangkatnya sore? nanti kemalaman loh," tanya penjaga warung.

"Iya Pak biar adem," ujar Ana.

"Hati-hati kalo begitu ya Neng soalnya ini kawasan cukup angker," ujar penjaga warung.

"Ah aku enggak percaya hal seperti itu Pak," ujar Ana.

"Ya sudah yang penting Bapak sudah memberi tahu," jawabnya.

Kami pun berangkat saat akan memasuki jalur banyak yang baru pulang dari kebun kami melakukan perjalanan dengan cukup santai dan lancar, aku kira akan ada halangan. Setelah satu jam lebih kami sampai di pos satu kami memutuskan untuk istirahat dulu dan makan cemilan yang kami bawa, setelah beberapa menit kami melanjutkan kembali perjalanan dan benar setelah sejam kami sampai di pos dua sekitar jam 5 lebih. Kami beristirahat kembali, setelah beberapa menit kami melanjutkan perjalanan ke pos tiga, hari menjelang maghrib tetapi kami belum sampai di pos tiga seharusnya kami sudah sampai.

avataravatar
Next chapter