3 Upaya melarikan diri

"Whoa... hold on... Manager Hong sepertinya pagi mu buruk."

"Maaf."

"Hey, thats fine. Setiap orang pasti punya satu hari buruk. Kau tahu, aku punya sebuah berita yang bisa membuatmu senang."

"Spill it."

"Kau akan mendapatkan beasiswa dari perusahaan untuk sekolah Master Degree di New Zealand sela..."

"Sungguh? Siapa yang mengatakan padamu??"

"Dokumen persetujuannya pagi ini sudah sampai di mejaku, dan surat perintahnya sedang kulipat. What do you think? quite good right?"

"Obviously, thats the best thing i had since last night."

"Wow, maka kau harus mentraktir ku makan malam."

"Sure. Tapi kau harus membantu untuk menyiapkan administrasi perkuliahanku."

"Masa perkuliahan maksimum selama 2 tahun atau lebih singkat. Kau akan tinggal di asrama kampus dan aku akan membantu mu mencari pekerjaan sambilan selama disana. Lalu pekerjaan mu disini akan diambil alih, jadi mulailah take over."

"Kapan perkuliahanku dimulai?"

"Hei.. kau bahkan tidak sedih berpisah dari keluargamu?"

"Yes, it was. Only once, i felt sad."

"Ok. Semua detail timeline nya sudah ada dalam lampiran surat perintahmu dan nanti akan ku kirim sendiri padamu."

"I owe you every single desire in the world."

"Oh, sorry darl. But you know nothing about desire."

-_-

CEO Gong benar-benar menepati ucapannya untuk mengejar Ni'er. Dia mulai intense berkomunikasi dengan Grup Lim sebagai pembukaannya dan menjadikan hubungan bisnis sebagai kedok saja. Dia tahu bahwa Tn. Hong sangat menyukai uang dan bersedia melakukan apapun untuk mencapai ambisinya, salah satunya menjadikan orang berpengaruh sebagai daftar menantunya.

Umpan sudah digigit, kini CEO Gong tinggal menarik pancingannya dan mengirim signal beragam kepada Tn. Hong.

"Tn. Hong, apakah memungkinkan bagiku untuk menjadi menantu mu?"

"Kau anak muda berbakat dan juga sukses, apa yang bisa membuatku berkata tidak?"

"Diantara kedua putrimu, mana yang cocok buatku?"

"Sejujurnya, Lu An lebih sesuai dengan pembawaan dan gaya hidupmu sebagai CEO." Jawaban yang yang tidak diharapkan CEO Gong sama sekali, tapi hal ini sudah diduga sebelumnya.

"Sesekali kau juga harus mengenalkanku pada putri sulungmu. Kudengar dia seorang pekerja keras."

"Tentu. Jika kau berkenan, aku bisa memberikan no ponselnya padamu."

"Apakah itu artinya kau merestui caraku mendekati putrimu."

"Tentu. Apapun untukmu."

"Ceritakan tentang putri sulungmu..."

-_-

Ni'er masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang seperti biasa, suasana hatinya sedang baik. Apalagi rencana keberangkatannya tinggal seminggu lagi. Surat pemberitahuan itu sudah dia letakkan di ruang baca ayahnya semenjak beberapa bulan lalu, tapi ayahnya diam saja. Bagi Ni'er itu artinya ayahnya akan setuju. Karena masih kenyang, Ni'er pun langsung berjalan menuju kamarnya di lantai atas dan kaget karena mendapati Ny. Hong dan putrinya sudah menunggu di tengah tangga.

"Suasana hatimu sepertinya sedang bagus. Apa kau baru pulang berkencan dengan seorang presdir perusahaan besar?"

"Bukan urusan Anda." Jawab Ni'er sambil terus menaiki anak tangga dan melewati sepasang wanita tersebut. Sesampainya di kamar, Ni'er meletakkan barang bawaannya dan bersiap untuk membersihkan diri.

"Ni'er kau di dalam?"

"Masuk saja Ayah." Jawabnya lantang. Saat Ayahnya sudah masuk ke dalam ruangan, pria itu pun duduk di kasur.

"Ada apa?"

"Kau apakah pernah bertemu dengan CEO Gong?" Ni'er merasakan adanya pertanyaan jebakan disana. Jika dia jawab iya, maka bisa jadi semua orang akan murka. Jika dijawab tidak, bisa jadi Ayahnya tetap murka karena dirinya pernah diantar pulang oleh pria sekaligus seniornya tersebut.

"Kenapa Ayah tanya?"

"Aku memberinya nomor ponselmu." Ni'er paham kemana arah pembicaraan tersebut. Ayahnya mungkin akan mulai merangkai cerita bahwa perusahaan akan sangat terbantu jika dirinya bisa menjalin hubungan yang lebih intim dengan CEO Gong.

"Apakah Lu An tahu?"

"Tentu."

"Apa reaksinya?"

"Pentingkah?" Ayahnya bertanya balik.

"Tidak. Tapi aku tidak ada waktu untuk melayani keinginan CEO Gong dan apapun yang Ayah harapkan tentang kami tidak akan terwujud."

"Cobalah dulu... Dia pria yang bisa diandalkan."

"Aku tidak bisa, karena sepekan lagi aku akan terbang ke NZ untuk beasiswa master degree ku."

"Batalkan."

"Tidak akan. Sudah dua bulan lebih aku meletakkan surat perintah itu di meja kerja Ayah. Namun selama ini Ayah diam, maka ku anggap Ayah setuju. Membatalkan sebuah janji tepat satu pekan sebelum acara, adalah hal yang tidak pantas... Ayah." Jawab Ni'er dengan penekanan di akhir kalimatnya.

"Aku akan memberitahu CEO Gong." Tn. Hong tahu, Ni'er sudah dewasa untuk bermain kata dan membantah. Jadi, demi mulusnya rencana Tn. Hong akan mengalah untuk sesaat.

"Tentu."

"Jika selama sepekan ini dia mengajakmu, kau harus menerimanya. Itu syarat sebelum keberangkatanmu."

Ni'er pun jatuh terduduk setelah mendengar pernyataan akhir dari ayahnya. Bahkan hingga sekarang, Ni'er masih tidak paham kenapa Ayahnya memiliki pemikiran seperti itu.

CEO Gong is calling...

Ponsel Ni'er bergetar dan menampilkan nama pria yang paling ingin dia hindari sekarang. Sebetulnya CEO Gong maupun Ni'er sudah saling menyimpan nomor ponsel satu sama lain. Hanya saja semenjak kejadian semobil pasca pesta hingga sekarang, Ni'er tidak menanggapi satupun pesan atau panggilan telepon dari pria tersebut.

"Apa mau mu?" Tanya Ni'er saat mengangkat panggilan tersebut.

"Apakah tunanganku sudah kembali pulang?"

"Kita bukan siapa-siapa."

"Sebentar lagi akan menjadi siapa-siapa."

"Ada apa?"

"Sepekan ya...?"

"Untuk?"

"Sepekan adalah sisa waktu efektif kita untuk berduaan. Apa yang di pikiranmu?"

"Tidak ada."

"Perlukah aku menginap di kediaman Hong?"

"Tidak perlu."

"Ah, aku akan meminta ijin Ayahmu supaya kau bisa menginap di penthouse ku."

"Aku tidak sudi."

"Temani aku seharian besok.. jika tidak... Halo?? halo??"

Ni'er menutup telponnya seketika dan langsung mandi. Terburuknya adalah besok dia akan diusir dari kediaman Hong.

-_-

Nahas

satu kata yang terlintas dalam pikirannya karena dirinya sudah mendapati CEO Gong sudah menyambangi rumahnya sedari pukul 6 pagi. Mobil sedan putih yang dulu pernah mengantarnya, sudah terparkir cantik di carpark sisi samping rumah. Bisa dilihat juga bahwa CEO Gong dan ayahnya sedang joging pagi, mengelilingi kebun. Ni'er sudah buntu pikirannya, seharusnya aku kabur dari semalam, batinnya. Maka pagi itu, dirinya segera membersihkan diri dan bersiap ke kantor.

"Selamat pagi... Kau bangun pagi sekali."

"Selamat pagi. Anda yang terlalu awal berkunjung kemari."

"Benarkah? Aku hanya takut kau akan kabur setelah pembicaraan kita semalam."

"Aku bukan pengecut."

"Tentu, Ny. Gong tidak mungkin bermental seperti itu."

"Kau tahu, aku tidak pernah mengambil apapun yang pernah, sedang, atau akan diinginkan adik tiriku."

"Tapi aku menginginkanmu.. behave sunshine. Jika kau terus bersikap seperti ini, aku bisa memaksa Ayahmu untuk memajukan tanggal pernikahan kita."

"Coba saja, I am waiting, Mr. Gong."

"Challenge accepted, Mrs. Gong."

"Kita hanya dua orang asing."

"Oh, that hurts me a lot. Soon, Mrs. Gong Guang Ni." Ni'er menatap tidak percaya dengan betapa besarnya obsesi pria itu padanya.

Bibi sudah memberitahu seluruh orang untuk berkumpul di meja makan. Jarang sekali melihat Jerome ada di kediaman Hong sepagi ini. Dan benar saja CEO Gong mempertanyakan hal yang terlintas di benak Ni'er.

"CEO Ahn, apakah kau juga tinggal disini?"

"Ah, bukan begitu. Aku hanya sekedar lewat dan mampir."

"Kuharap kau tidak berniat untuk menghampiri calon istriku."

Ni'er paham sekarang, Ayahnya mengumpulkan semua orang untuk membuat statement terbuka tanpa menutup kemungkinan untuk bursa calon menantu yang paling tepat bagi kedua putrinya. Karena sampai dengan hari ini, CEO Gong masih tidak tahu bahwa CEO Ahn telah menjalin kedekatan dengan Lu An.

"CEO Ahn sudah seperti keluarga sendiri, bukankah begitu Ayah?"

"Iya, tentu saja. CEO Ahn sudah sejak muda bersama kami."

"CEO Ahn kau pria beruntung karena bisa bertemu dengan Ni'er lebih awal. Tapi kudengar kau tengah serius menjalin hubungan dengan seseorang... Benarkah?"

Ni'er mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru meja makan, menunggu siapa yang akan bereaksi duluan. Sedangkan CEO Gong sedang mengawasi kemana arah pandangan Ni'er. Akhirnya Ny. Hong pun mengganti subject pembicaraan agar sarapan segera disantap sebelum dingin. Terakhir, CEO Gong memperhatikan wajah Ni'er yang tidak menyiratkan apapun sambil berkata,"tentu hal itu bukan urusan saya, selama bukan Ni'er yang Anda dekati."

-_-

avataravatar
Next chapter