26 Untaian Dusta (2)

H+9 Jam pasca penculikan

Waktu bergulir lamat-lamat, semenjak hilangnya Ni'er di tengah perjalanan pulang, Xuan kini berada di rumah, tepatnya di kamar. Dia membongkar semua laci penyimpanan, bahkan lukisan dan foto yang terpasang, seolah Xuan sedang mencari-cari informasi yang mungkin terlewat. Kadang, jawabannya tepat berada di bawah hidung kita, itulah salah satu prinsip Xuan.

Puas sudah dengan membongkar semua hal tanpa satupun yang diketemukan, kecuali sebuah kotak berbahan kardus dengan beragam test pack didalamnya. Sungguh pukulan yang menyesakkan, bahkan sampai dengan sekarang pun dia belum menerima kabar apapun, baik dari tim yang dia kirim maupun bantuan yang dijanjikan kakeknya.

'Aku tidak bisa selamanya kalut, aku harus bangkit dan menyelesaikan masalahku sendiri.' batin Ouyang Xuan. Kemudian dia membuka lemari dan mencium aroma parfum yang menguar dari sebuah kemeja. Rupanya Ni'er selalu menyiapkan pakaian baru setiap harinya untuk siap Ouyang kenakan apabila kembali ke rumah. Dengan cepat disambarnya pakaian tersebut dan pergi membersihkan diri.

*

"Tuan, ada CEO Gong."

Mendengar nama pria itu disebut disaat genting seperti ini, sebuah kebetulan yang luar biasa. Timbul kecurigaan bahwa pria itu adalah dalang dibalik menghilangnya sang istri. Namun tetap saja dia tidak bisa menyeret pria itu ke pengadilan tanpa bukti, namun jika hal itu benar maka tanpa bukti pun Ouyang Xuan yang akan mengadilinya sendiri.

"Biarkan masuk."

"CEO Gong tidak berkenan masuk." Lantas hal tersebut membuat Ouyang Xuan makin mendidih darahnya. Memangnya sehebat apa CEO Gong sampai tidak sudi memasuki kediamannya..

Setelah sampai di halaman depan, Xuan bisa melihat punggung CEO Gong yang tidak kalah kokoh dengannya, dibalut dengan jas berbahan wol yang dirajut langsung oleh pengrajin di Istanbul.

"Ada urusan apa?" tanya Xuan dengan angkuh dan menyiratkan ketidak-sukaannya pada kehadiran pria tersebut. Kemudian CEO Gong pun menjawab pertanyaan tersebut dengan pukulan di sudut bibir Xuan.

"Aku tidak tahu bahwa kau lebih tidak becus daripada perkiraanku." Lalu CEO Gong menempelkan secarik kertas di dada Xuan. Itulah kertas yang sama dengan pesan yang diterimanya beberapa jam lalu sebelum terbang kembali menuju Jing. Xuan membaca dengan seksama isi pesan tersebut yang secara tersirat merujuk pada istrinya yang dalam bahaya.

*

H+12 jam pasca menghilang

Sekalipun berjalan dengan cara masing-masing, keduanya ingin meraih tujuan yang sama, memastikan Ni'er baik-baik saja. Hingga tibalah keduanya sampai di lokasi yang secara tak langsung mengarah di radius yang berdekatan. Setelah saling berkonfirmasi dengan angkuh, keduanya dalam hati sebetulnya merasa bahwa masing-masing adalah lawan yang tangguh. Namun sayangnya CEO Gong yang tidak sabaran menunggu, memilih masuk dengan membawa pistol di belakang punggungnya.

"Dimana CEO Gong..??" tanya Xuan pada pria dengan jas hitam yang tampak seperti pengawal sewaan.

"Baru lima menit CEO Gong masuk."

"Berapa jumlah orang yang kalian bawa masuk..?"

"Hanya lima." Sejujurnya jumlah bukanlah masalah dalam peperangan terbuka, karena yang terbaik adalah kualitas dan pemahaman medan perang. Namun dalam perang terbuka ini, baik Xuan maupun CEO Gong adalah mangsa yang dengan mudah ditarik menuju sarang lawan.

Seluruh identifikasi gedung sudah dilakukan, namun ada kebenaran yang tidak disampaikan oleh pengawal itu pada Xuan. Ialah bahwa CEO Gong masuk kedalam setelah beberapa drone yang diterbangkan ditembak oleh pria berhelm dan pakaiannya serba hitam kumal. Tentu saja hal tersebut diketahui Xuan saat dia melangkah masuk dan menemukan bangkai drone yang jatuh berserakan.

"Kalian kembalilah... penculik itu tahu bahwa dia sedang diintai." Perintah Xuan sambil menyapukan lidahnya di bibirnya yang tadi menerima pukulan. Dengan melucuti dirinya sendiri, Xuan pun memasuki area pertarungan yang bahkan tidak dia mengerti.

*

*

"Wah wah.. lihatlah pangeranmu sudah datang... datang jauh dari negeri K." ejek pria itu.

"Tapi tunggu, apakah raja mu sudah tidak peduli sampai mengirimkan seekor pangeran kemari..??" imbuhnya.

"Kau diam. Mana Ni'er..??" Tanya Yong Jin dengan berusaha tenang.

"Kau itu tamu, apakah di rumah yang megah dan penuh potret leluhurmu, tidak memberi pelajaran tata krama?"

Deg

Yong Jin bingung bagaimana lelaki misterius itu tahu tentang situasi dalam rumahnya di negeri K.

"Apakah pesta ini hanya kita bertiga..??"

"Cepat katakan apa mau mu?" Ujar Yong Jin tak sabar.

"Mau ku? Kalian semua tidak pernah dilahirkan... Karena kelahiran kalian membawa petaka."

"Apa maksudmu dengan kalian?"

"Dia, Kau dan... ah ternyata sang Raja muncul juga." Jawaban itu lantas membuat Yong Jin menoleh ke arah sumber suara.

"Oh kuingatkan dulu bahwa istrimu itu sedang mengantongi bom molotov dan di leher ada bom dengan pemantik."

"Apa mau mu..??"

"Kalian berdua sungguh seperti lelaki yang rumit dan terlalu cerewet."

"Kau yang cerewet... cepat bicara."

"Pilih kata-katamu dengan bijak, Jenderal Ouyang kecuali jika kau ingin anakmu tercerai berai menjadi abu. Kau sudah menerima pesanku?"

"Pesan?"

"Ah, jadi kau mau pura-pura lupa..??"

"Maksudmu foto ini adalah pesan dari mu..? Aku bahkan tak mengingat siapa wanita ini, jika itu yang ingin kau dengar. Lagipula kau siapa?" Tanya Xuan dengan bombardir kalimat. Kemudian lelaki misterius itu membuka helm hitamnya.

"Manager Ahn...?"

avataravatar
Next chapter