12 Trap or tricked?

Sabtu pagi yang tenang, baru sesaat rasanya Ouyang menikmati rasa sepi yang menyenangkan. Semalam pikirannya mendadak mati kutu, melihat seorang wanita tertidur akibat kelelahan bekerja. Dirinya berhak mendapatkan nominasi sebagai pria lajang paling kaku yang ingin dijauhi tapi menggiurkan, setidaknya banyak para ayah yang ingin putrinya menjadi pendamping sang Jenderal. Atau setidaknya para janda yang sekedar ingin menghangatkan ranjang sang Jenderal, tapi itu semua bukanlah gaya hidupnya. Wanita sejatinya adalah jebakan, pikir Ouyang. Segala rencana yang telah disusun matang dapat hancur sekejap karena seorang wanita. Bahkan hingga detik inipun, dirinya masih tidak mengerti bagaimana seorang wanita sederhana seperti Presdir Lim bisa menjerat hati CEO Gong. Baginya CEO Gong adalah satu diantara contoh pria idaman yang pasti diinginkan oleh para gadis lajang, karena pria itu memiliki kekayaan, ketampanan, martabat dan keluarga yang terpandang, meskipun keluarga besar CEO Gong berada di Korea.

Namun, semalam Ouyang memandang penuh takjub sekaligus iba melihat Presdir Lim yang berwibawa terlihat lelah. Mungkin hal yang tidak biasa inilah yang membuat CEO Gong begitu menginginkan agar Presdir Lim menjadi miliknya. Pikiran Ouyang berkelana dan membawanya terlelap dan sayangnya hari itu dirinya terbangun akibat hantaman yang tepat mengenai rahang kanannya.

Ingin sekali dia melepaskan amarah, tapi logika masih merajainya. Dirinya ingat akan keberadaan Jenderal Zhang dana betapa pria tua itu mencintai keponakannya tersebut. Sejenak, Ouyang menutup mata untuk meredakan sekaligus menikmati rasa sakit yang menyiksa. Mungkin, Presdir Lim pernah mengikuti sebuah kelas karate atau bela diri lainnya, hantamannya bukan sejenis hantaman lembut memanja yang pernah Ouyang terima dari para gadis pada umumnya. Benar bahwa rasa sakitnya secara mengejutkan lenyap, tatkala Ouyang membuka mata dan melihat Presdir Lim yang berantakan, ditambah dengan tatapan menkhawatirkan menembus hingga ke dalam pupil matanya. Ouyang tidak pernah merasa dikhawatirkan seperti ini, Ouyang benar-benar ingin merasakan bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan layak untuk dikhawatirkan.

Setelah membasuh dan merapikan diri di toilet yang ada dalam ruangan Presdir Lim, dirinya memaksa wanita itu ikut pulang bersamanya. Tanpa banyak bicara, keduanya tiba di basement dan masuk ke dalam mobil yang telah menantinya semalaman. Keduanya tiba di sebuah hunian dengan dua lantai, mayoritas warna catnya adalah kuning krim dan broken white, kemudian jalanan dari gerbang depan menuju ke pintu utama kediaman dihiasi dengan bebatuan asimetris seperti mozaik.

"Ayo masuk."

"Ini dimana?"

"Rumah dinasku."

"Haruskah?"

"Semakin lama kamu diluar, semakin banyak..." Ouyang langsung menjemput wanita itu dari sisi lain mobil dan mengajaknya ke dalam.

Memang ibukota masih terlalu pagi untuk bangun tapi bukan berarti tak ada seorang saksi mata sama sekali. Karena merupakan pemandangan yang langka sekaligus istimewa, bahwa Ouyang membawa wanita ke rumah dinasnya. Banyak diantara perwira yang takut berhadapan dengan Ouyang bukan karena kewibawaanya, melainkan khawatir bahwa dengan wajah dominannya itulah dapat merubah arah seksual seorang lelaki lemah. Well, Ouyang menikmati keindahan wanita namun dengan caranya sendiri. Dan membawa Presdir Lim ke rumah dinasnya, cepat atau lambat akan menjadi buah bibir sekaligus sorotan.

"Kamu tinggal dengan siapa?"

"Sendiri."

"Yang berkemas rumah, siapa?"

"Aku memiliki asisten rumah tangga yang datang setelah aku berangkat dan pergi sebelum aku pulang."

Tibalah mereka di sebuah kamar besar, Ni'er menduga bahwa itu adalah master bedroom. Ouyang membuka pintu dan Ni'er pun setia mengekorinya.

"Sementara pakailah dulu ruangan ini, akan ku bersihkan ruangan sebelah."

"Tidak perlu. Aku akan meminjam toiletmu saja, lalu aku akan pergi."

"Kemana? Ruang kerja mu lagi?"

"Kau tidak takut dengan gunjingan orang?"

"Memangnya mereka akan bergunjing apa?"

"Kenapa kamu selalu balik tanya..?" tanya Ni'er kesal.

"Karena kalimatmu mengundang tanya. Sekarang, jawab aku kamu mau kemana? Kenapa takut dengan gunjingan orang? Mana yang lebih menakutkan antara mereka atau pamanmu?"

Ni'er yang semula memasang kuda-kuda perang, perlahan pundaknya luruh dengan keadaan.

"Tetaplah disini, kamar sebelah akan siap." Ouyang pun berbalik untuk keluar dari kamar dan Ni'er memanggilnya, "kamu mau kemana?"

"Menyiapkan sarapan. Kamu lapar kan?"

"Kamu dibawah saja, aku yang akan buatkan sarapan."

"Ini rumahku.."

"Aku tahu, as a gift, please jangan tolak. Aku nggak tahu apalagi yang bisa kulakukan sebagai rasa terima kasih dan maaf."

"Okay, akan aku tunggu di bawah."

"Baik, beri aku sepuluh menit ya."

-_-

Sudah hampir tujuh menit Ouyang berpikir bahwa tidak mungkin ada wanita yang bisa bersiap diri dengan waktu sesingkat itu. Hingga akhirnya sebuah teriakan membuatnya harus lari ke kamarnya kembali.

"Ada apa?" Ouyang kaget saat mendapati dua anak buahnya sedang memindahkan beberapa barang pribadi milik pria itu dari kamar tamu menuju ke kamar utama, seperti yang diperintahkan. Sedangkan Ni'er berada di tepian pintu toilet dan hanya tampak wajahnya saja. Well, really bad timing.

"Kalian tunggu di kamar sebelah."

"Siap." Keduanya pun pergi dan menutup pintu kamar utama tanpa suara.

"Mereka sudah pergi, kamu bisa keluar."

"Kamu juga.."

"Ini kamar ku."

"Aku cuma pakai handuk."

"Kenapa tidak bawa baju sekalian?"

"Kan ku bilang tunggu sepuluh menit. Siapa suruh ada.."

"Ya sudah, aku keluar."

-_-

Selesai memanaskan menu yang sudah siap di kulkas, Ni'er memasak beberapa tambahan menu sedikit dan menanak nasi.

"Apakah mereka sudah sarapan?"

"Mereka sedang membereskan kamar mu." Ni'er langsung berdiri untuk menuju lantai dua, tapi Ouyang menghentikannya.

"Mereka juga tamu disini, lagipula aku membuat masakan agak banyak. Boleh kan?"

"Iya." Ouyang benci dirinya, wanita itu tidak mengeluarkan jurus puppy eyes atau nada manja, melainkan kalimat penjelasan dan meminta ijin padanya. Ouyang tak kuasa menolak dan berakhir menyetujuinya saja.

Semua orang telah berkumpul, bahkan sopir Ouyang pun ikut serta. Tentu saja tiga orang pria tadi merasa canggung bahkan mereka tidak bergerak sama sekali.

"Apakah kalian ingin dibuatkan menu yang lain? Atau ini.."

"Ah, tidak Nyonya... ini lebih dari cukup." Ni'er membalas jawaban mereka dengan senyuman sederhana.

"Ayo sarapan."

Layaknya sarapan di kamp militer, tidak satupun ada yang berbicara. Bahkan ketiga pria tersebut makan lebih cepat dari Ouyang, lalu bersikap sempurna meskipun dalam posisi duduk. Melihat itu, Ni'er pun menuangkan teh hangat di cangkir mereka masing-masing. Bahkan seusai sarapan, Ni'er membawakan kelebihan makanan untuk mereka bawa kembali.

"Terima kasih sudah berkunjung."

Setelah ketiganya hilang dari pandangan, Ouyang pun mulai membuka suara, "tidak perlu seperti itu."

"Seperti apa? Apakah aku masak terlalu banyak?"

"Mereka pasti sudah sarapan di kamp."

"Tapi tidak setiap hari mereka bisa makan masakan rumahan. Aku akan mencuci piring."

"Aku saja."

"Kamu istirahat saja."

"Bukankah hadiahnya hanya sarapan saja?"

"Berikut membereskan perabotannya."

"Baik, aku mandi dulu."

-_-

Dalam masyarakat, rupanya hukum fisika tidak berlaku. Karena gunjingan menyebar lebih cepat dibandingkan kecepatan cahaya. Karena sore itu, harusnya Ni'er masih bergelut dengan dokumen-dokumennya, namun dikejutkan oleh kehadiran Jenderal Zhang ke kantornya.

"Bagaimana kesehatan mu?"

"Saya baik, Paman. Paman sendiri?"

"Aku merasa lebih baik dan sedikit tenang.. Bagaimana dengan perusahaan, apakah bantuan pria itu cukup?"

"Dia sudah membantuku lebih dari cukup, Paman."

"Ah, tentu saja. Dia bahkan memberimu tempat bernaung kan?"

Wajah Ni'er sesaat pucat dan kembali normal, tetapi ketakutan yang terpancar di matanya tidak mungkin ditarik kembali.

"Rumor macam apa yang Paman dengar?"

"Ah, rupanya hanya rumor ya.. Baiklah kalau begitu." Jenderal Zhang pum bergegas untuk pergi, "Kupikir Paman bersedia menunggu secangkir teh sore.."

"Simpan Teh sore mu untuk CEO Gong, dia punya serangan balik yang.. entahlah. Paman hanya merasa bahwa pria itu sedikit berlebihan dalam berbisnis. Kecuali, ada sesuatu diantara kalian berdua yang tidak Paman ketahui."

"Tidak ada apa-apa diantara kami."

-_-

Gelisah dengan keraguan pamannya, Ni'er pun menjadi tidak fokus bekerja. Setelah menyelesaikan dokumen keuangan dan dokumen prioritas lainnya, dia pun segera meminta ijin pulang lebih awal. Para pegawainya pun agak bingung dengan tingkah laku Ni'er yang tidak biasa. Namun seperti biasa, mereka tetap menghormati privacy sang Presdir meskipun berhembus angin kencang di sekitar mereka.

Ni'er menggunakan bus untuk sampai di kediaman dinas Ouyang, meskipun harus disambung menggunakan taxi dan sedikit berlari agar segera tiba di rumah. Sesampainya disana, Ni'er pun kaget karena disambut oleh paman dan Jenderal Ouyang di ruang tamu.

"Haruskah paman bertanya bagaimana bisa kau memiliki kunci rumah ini, Guang Ni..?" Mendengar pertanyaan tersebut Ni'er pun kaku di tempat.

"Kalian berdua membantah gunjingan tersebut tapi sekarang kenyataannya adalah benar.. Apakah kau tahu siapa dirimu, Jenderal Ouyang?" Ni'er tidak bisa berbuat apa-apa, kalimat itu ditujukan pada Ouyang, tapi dia merasa bersalah karena pria itu hanya berbaik hati padanya memberikan tempat tinggal.

"Saya mengerti. Saya akan bertanggung jawab."

"Paman sudah.. kami tidak bermaksud bohong, hanya.."

"Hanya apa? Menunggu berita buruk lainnya keluar?"

"Jika paman marah, alamatkan saja padaku. Jenderal Ouyang hanya berbelas kasihan padaku, tidak lebih. Dia tidak barus mempertanggung-jawabkan apapun atas kejadian ini."

"Ni'er ini bukan lagi main-main."

"Aku juga tidak main-main, Paman Zhang."

"Apakah kau siap dengan konsekuensinya, Jenderal Ouyang."

"Saya siap."

"Ouyang... cukup. Paman, katakan apa konsekuensinya?"

"Kau adalah warga sipil dan tidak boleh dilibatkan dalam konsekuensi militer."

"Tapi aku yang salah."

"Apa buktinya?"

"Paman boleh memeriksa CCTV kantorku."

"Sudah. Dan Jenderal Ouyang telah menyeretmu ke dalam mobilnya."

"Apakah ini jebakan, Paman?"

"Ini adalah prosedur, Guang Ni. Kehadiranmu di rumah dinas ini sudah mencoreng nama baik kemiliteran Jing."

"Jangan copot jabatan Ouyang, dia sudah.."

"Orang bodoh mana yang akan melepaskan jabatannya? Kalian harus menikah, hanya itu konsekuensinya."

avataravatar
Next chapter