24 The best is not about what you think Good

Tuan Ouyang berjalan santai melalui anak tangga yang memisahkannya dengan sang cucu menantu. Sekalipun wanita itu duduk di ruang tengah tanpa banyak bertingkah, namun paras anggunnya tidak mampu menutupi kegelisahan sama sekali. Ingin sekali pria itu mengabadikan momen langka tersebut dan menjadikan cerita tentang sebuah pernikahan dua orang dengan keegoisan masing-masing namun akhirnya dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka saling memperdulikan.

Ni'er yang mendengar derap langkah pria tua tersebut, langsung memusatkan perhatiannya kembali dan berdiri dari sofa yang ia duduki.

"Duduklah kembali." perintah Tuan Ouyang padanya.

"Ini rumahmu, jangan bertingkah seperti kau adalah orang lain."

"Jadi, apakah ada berita baik..?"

"Buruknya adalahnya aku tidak bisa menghubungi Xuan, dan baiknya.. Apakah kau yakin tidak ingin aku membantumu meminta Xuan pulang?"

"Maaf, ini rumah tangga kami."

"Baiklah akan kuberitahu dimana dia, namun dengan satu syarat."

*

Dengan ditemani ajudan yang biasanya, Ni'er akhirnya sampai di sebuah pangkalan militer untuk menemui suaminya. Jika bukan karena keluarga mereka bermarga Ouyang, kehadiran warga sipil adalah larangan keras. Namun melihat dengan sekali lihat pelat nomor mobil yang Ni'er kendarai, maka dengan mudah mobil melaju hingga ke markas terdalam.

Markas tersebut adalah basecamp pendidikan non-fisik, dimana para tentara dibina secara mental dan emosional. Bahkan di sisi lain bangunan juga berdiri fasilitas rehabilitasi bagi para tentara ataupun veteran yang masih dalam proses pemulihan emosional pasca perang.

Ni'er dengan mudahnya diterima disana dan langsung ditujukan ke ruangan pribadi Jenderal Ouyang Xuan. Ruangan pribadi yang dimaksud adalah gabungan antara kamar dan ruang kerja, dimana sebuah meja berukuran sedang ditemani satu kursi utama dan dua kursi tamu, kemudian terdapat sekat yang terbuat dari dinding bata tanpa pintu yang langsung mengarahkan pada kamar.

Kamarnya pun sama sederhananya dengan kamar direktur yang ada di ruangan Presdir Lim, oleh karenanya dia sendiri bingung pasalnya dulu Jenderal Ouyang melarang Ni'er untuk menginap di kamar sederhana tersebut, namun justru sekarang Jenderal sendiri yang bersemayam di kamar dengan kondisi yang sama saja. Semakin khawatir Ni'er membayangkan kondisi Xuan yang mungkin lebih buruk dari prakiraannya, akhirnya dia pun meletakkan sepaket bekal makanan di meja kerja pria itu dan masuk ke dalam kamar pribadi untuk sekedar berbenah.

*

Jenderal Ouyang seperti menahan pil pahit di sekujur syarafnya. Pria itu sudah selama sepekan tidak tersenyum sama sekali, bahkan hal tersebut makin membuat semua orang penasaran karena Jenderal tidak pernah mendekam dalam basecamp lebih dari tiga hari.

"Jenderal, ijin melapor."

"Silahkan."

"Istri Anda telah sampai dan menunggu di ruangan Anda." mendengar laporan tersebut, Jenderal Ouyang hanya menaikkan sebelah alisnya. Sedangkan si Kopral masih berdiri tegap tanpa berani bertingkah, meskipun dia tahu bahwa sepertknya sang Jenderal tidak memgharapkan kehadiran istrinya di basecamp.

Namun reaksi yang diberikan semakin jelas tatkala sang Jenderal tidak segera kembali ke ruang pribadi untuk menemui istrinya, malahan pria itu kembali menyibukkan dengan aktifitas tanpa memperdulikan waktu senja.

*

Kesalahan Ni'er adalah dia mengira bahwa Xuan akan tergerak hatinya setelah dia datang, namun semuanya hanyalah kiraannya semata tanpa berbalas reaksi seperti yang diharapkan. Akhirnya karena lelah menanti, Ni'er pun memutuskan pulang dengan meminta bantuan pihak basecamp mengantarkannya kembali ke kota.

Basecamp mulai dipenuhi kepulan asap, semerbak masakan tercium hingga menggelitik ke rongga terdalam hidung dan mengundang air liur. Bahkan sang Jenderal pun merasa tergugah untuk segera menuju ke ruang makan bersama anak buahnya.

"Sejak kapan kita memiliki bahan makanan semewah ini?" tanya sang Jenderal sambil berjalan dan tak sengaja bertemu dengan seorang anak buahnya secara random.

"Lapor jenderal, saya tidak tahu." Mendengar jawaban tidak tahu sungguh bukanlah tipenya, maka dengan sigap pun dia menuju dapur dengan setengah berlari.

Jika perasaan bisa diumpamakan sebagai pizza, mungkin ada sedikit rasa yang sebesar paprika, sedang timbul sebagai kerinduan. Nah meski sekecil itu, namun paprika tetap memberikan rasa dan nuansa. Sama halnya dengan perasaan Jenderal yang amburadul tetiba merasakan rindu melalui aroma yang tidak bisa ditunda untuk menelusup kedalam indera penciumannya.

"Apakah koki yang memasak ini?" tanya Jenderal Ouyang secara lantang, kemudian sous chef yang tengah mengentaskan kentang rebus pun segera menghadap pada Jenderal.

"Ijin melaporkan. Masakan ini adalah biang yang telah dikuahi dan diperbanyak, sumbernya adalah..." pria itu pun berdehem dan berusaha mengecilkan suaranya "...nyonya Jenderal, tadi sore."

*

"Kau selalu punya cara memporak-porandakan perasaanku yang rapuh. Bahkan kau berhasil mengguncang kepercayaanku dan meruntuhkan kebahagiaanku dalam sekejap mata. Hanya melalui aroma, aku benar-benar merindukanmu. Bukanlah ego, melainkan ketakutan dan kekhawatiran bahwa kau hanya akan menempatkanku kembali ke dasar dan mencampakkan ketidakberdayaanku dalam kalimat kebosanan yang mengerikan." Itulah yang Xuan gumamkan dalam hatinya sembari berjalan menuju ruang pribadinya dan tidak menemui seorangpun di dalam sana.

Hanya sebuh tumpukan kotak bekal yang sudah dingin, setia menghiasi meja kerjanya. serta sebuah benda berbentuk layaknya termometer dengan pita berwarna hijau muda. Saat pria itu melihat dengan benar, benda itu merupakan test pack dengan dua garis biru di layarnya. Segera Xuan membuka kotak bekal itu dan melahapnya barang sesendok, dimana rindu itu kian menyeruak melalui indera pengecapnya kaya akan rasa yang sederhana, nasi yang kelat dan aroma minyak tak jenuh melekat kuat menyelimuti lauknya tersebut.

Seketika itu juga Jenderal Ouyang sudah melupakan harga diri maupun table manner yang seharusnya dia lakukan setiap kali makan, karena kelahapan dan kerakusannya untuk segera menghabiskan makanan tersebut tanpa menyisakan sedikitpun. Dia seolah ingin meluapkan seluruh kekesalan, kerinduan, dan kecemasan yang selama ini meliputi hatinya. Melalui makanan itulah, Jenderal Ouyang ingin merasakan kehadiran istrinya yang sudah kembal pulang. Dia sudah salah mengira bahwa istrinya mungkin berniat hidup secara normal dan kembali memadu kasih dengan mantan pacarnya... Kini Jenderal Ouyang membulatkan tekad untuk kembali ke rumah, dimana istrinya selalu menanti kepulangannya.

avataravatar
Next chapter