29 Kenyataan 1

Sudah tiga hari semenjak kejadian tersebut, aku mendengar banyak anggota keluarga Ouyang datang ke kediaman utama untuk menjengukku. Namun dengan tegas Xuan menyampaikan bahwa aku butuh pemulihan sehingga belum memungkinkan untuk dikunjungi. Patutlah aku bersyukur dengan kemampuannya dalam menjauhkanku dari masalah.. atau kemampuannya berbohong? Saat ini aku sering dilanda perasaan curiga dan rasa tak percaya padanya, padahal selama tiga hari ini dia selalu memanjakanku dengan caranya. Tidak ada yang berubah darinya, kecuali dia tak lagi sedingin pekan lalu sehingga membuatku khawatir dan datanh menyusulnya ke basecamp. Mungkin dia sudah menerima testpack dengan dua garis biru tersebut, atau.. ah sudahlah.

Pintu kamar pun terbuka dan menampilkan sosoknya yang jangkung dan tegap, dihiasi dengan bahunya yang lebar dan kokoh, layak dijadikan tempat bersandar bagi aku yang membutuhkan istirahat.

"Kau belum pindah posisi?" Aku menoleh ke sumber suaranya. Dia mendekatiku sambil membawa satu nampan club sandwich dan sebotol besar Pome Juice. "Aku ingin mengajakmu piknik tapi dalam waktu dekat sepertinya harus dilakukan di teras kamar saja."

Kemudian seperti biasa, dia akan memberikan jasnya padaku sebagai pengganti selimut. "Terima Kasih."

"Apakah kau tahu, kakek sudah pergi ke pasar dan membelikan buah pome untukmu. Dan juga aku membuat club sandwich kesukaanmu."

"Akan kusampaikan rasa terima kasihku pada Kakek."

"Ada apa denganmu?" Dia pun duduk mendekat dan menyentuh dahiku.

"Jadi, kapan aku bisa.."

"Selagi kau belum stabil, aku tidak akan mengijinkanmu pergi."

"I am fine, really."

"Benarkah? Apakah lingkaran mata hitam dan pipi yang berubah cekung bisa kuanggap baik?"

"Bukankah sudah dari dulu aku seperti ini?"

"Tidak pernah seburuk ini. Atau dia menyulitkanmu?" tanya nya sambil menyentuh perutku yang belum membuncit.

"No, dia juga baik-baik saja."

"Good." lalu dia mencium perutku sambil berbisik, "hey buddy.. Cepatlah besar dan lahir ke dunia. Papa sudah tidak sabar melihatmu."

Selama berhari-hari selanjutnya, aku selalu dijaga olehnya ibarat tahanan. "Kapan kita pulang?" tanyaku.

Xuan sedang berada di sampingku dengan laptop di pangkuannya, mendadak melihatku dengan heran.

"Pulang kemana?"

"Ke rumah."

"Itu hanya rumah dinas."

"Bagiku terasa seperti rumah yang sesungguhnya."

"Kau tidak betah disini?" aku pun menggeleng enggan menjawab. Bagiku seharusnya dia tahu apa yang kurasakan selama ini di Kediaman Ouyang. "Kenapa?"

"Kalau tidak, apa boleh aku mampir sebentar kesana?"

"Jawab dulu pertanyaanku."

"Tidak ada yang perlu kujawab. Aku hanya merasa disini bukan tempatku."

"Bagaimana jika kita jalan-jalan? Kau pasti bosan kan?"

"Kenapa kita tidak pulang saja?"

"Kenapa pulang kesana, sedangkan rumah kita disini?"

"Ini bukan rumahku."

"Kau adalah Nyonya kediaman ini, bagaimana bisa kau berpikir begitu? Sebebarnya, ada apa denganmu?"

Sebenarnya? Denganku? Aku ingin menemui kak Jerome dan kau selalu memiliki banyak alasan, batinku. Sekarang aku merasa apa yang kak Jerome katakan menjadi sebuah titik kebenaran.

FLASHBACK ON

AKSI PENCULIKAN SEMASA PULANG DARI BASECAMP

"Kak, kumohon jangan lakukan ini?"

"Ikuti saja kata kakak."

"Tapi kau tidak perlu sampai membunuh ajudanku." teriakku histeris.

"Ajudan kau bilang? Dia lebih mirip sebagai sipir yang sedang menjaga tahanan. Apakah setelah menikah dengan Keluarga Ouyang otakmu seperti dibilas dengan sabun cucian?"

"Tapi dia membantuku kak, dia.."

"Cukup. Ayo pergi dan bicarakan di lain tempat."

"Kakak mau menculikku?"

"Memangny aku bisa apalagi selain menculikmu. Memangnya suamimu itu akan mengijinkan seorang pembunuh menemui istrinya? Ayo segera."

Sesampainya di sebuah gedung, kak Jerome memberikanku jaket seadanya dan air minum.

"Maaf ini bukan rumahmu yang biasanya, jadi mengertilah. Dan aku harap kau bisa diajak kerja sama."

"Bisa katakan dengan rinci dan urut sebelum aku semakin gila?"

"Kau apakah benar-benar tidak tahu siapa Ouyang Xuan? Sebelum menjadi suamimu."

"No. Paman Henry yang memperkenalkannya padaku dan dia adalah pengampu ibukota. Saat itu dia yang mampu membantuku dari banyak hal yang menyulitkan. Bukankah seharusnya kakak tahu bagaimana kondisinya saat itu?"

"Aku tidak tahu apakah Xuan sudah memberitahumu atau tidak. Tapi, kau adalah obsesinya selama bertahun-tahun."

"Tidak mungkin. Kami bahkan baru berkenalan, ditambah aku adalah anak yang tidak terlihat setelah pernikahan Ayah dengan Ny. Hong."

"Seharusnya ibumu, menikah dengan ayah Xuan, Ouyang Sao Chen. Pria itu depresi karena ternyata kakek mu lebih ingin membiarkan ibumu jatuh cinta secara alami, meskipun sepertinya cinta Ouyang Sao Chen memang tulus untuk ibumu."

"Maksud kakak, cinta pria itu bertepuk sebelah tangan."

"Mungkin. Tapi setelahnya adalah pria itu melampiaskan rasa kekesalannya dengan secara tidak sengaja menghamili seorang wanita pelayan keluarga Ouyang dan lahirlah Xuan sebagai akibat dari hubungan itu."

"Maksud kakak, Xuan adalah anak hubungan gelap?"

"Secara tidak sengaja dan memang ayahnya tidak mencintai wanita tersebut. Hingga pada suatu ketika mereka tahu bahwa wanita itu melahirkan anak lelaki, maka Xuan pun dijemput dan menjadi pewaris satu-satunya seluruh aset keluarga."

"Tidak masalah bagiku. Lagipula dia sudah menerimaku apa adanya dan aku sedang hamil."

"Kehamilanmu akan menjadi alasan untuk kau tinggal di Kediaman Ouyang."

"Memangnya ada masalah dengan kediaman itu?"

"No. Tapi selama bertahun-tahun sudah banyak orang asing yang ingin memperebutkan kekayaan keluarga Lim."

"Xuan bukan pria yang seperti itu."

"Terserah padamu. Dan satu hal lagi, bukan aku yang membunuh saudara dan ibu tirimu."

"Sejujurnya, aku tidak peduli."

"Wah, hebat sekali jawabanmu."

"Tentu saja. Buktinya kakak pun mampu membunuh ajudanku. Sekarang jika kakak memang berniat baik, tolong pulangkan aku."

"Kau tidak ingin menguji kesetiaan suamimu? Atau kalian sedang bertengkar?"

"Pertengkaran adalah proses pengenalan dan pendewasaan, bukan begitu? Dia pasti akan mencariku."

"Semoga. Dan ini kuberikan kunci apartemenku, jika setelah ini aku tertangkap sebagai buronan kau harus datang kesana dan untuk membuktikan kata-kataku. Itupun jika kau masih percaya padaku." Lalu kuncipun ku terima.

"Kakak hanya akan menjadi buronan apabila tidak mengembalikanku."

"Apakah kau pikir Xuan akan langsung berterima kasih? Nope, dia merasa bahwa aku adalah satu diantara banyak ancaman yang bisa membahayakan pernikahan kalian, seperti Gong Yong Jin."

"Sebut saja kecemburuan."

"Terserah. Tapi kau adalah obsesinya. Dan seingatku, seharusnya kalian memang menikah karena dulu kalian pernah bertunangan sewaktu usiamu 7 tahun."

"Apa maksud kakak?"

"Istirahatlah. Kakak akan carikan makan malam untukmu."

"Pulangkan saja aku."

"Tidak akan, sampai kau bisa melihat dengan mata kepalamu sendiri seperti apa Xuan memandangmu."

FLASHBACK OFF

avataravatar
Next chapter