18 Canggung

"Xuan, turunkan aku..."

"Iya nanti. Ya ampun kau tidak pernah diberi makan ya?"

"Teruskan saja kalimatmu."

"ok ok maaf ya." jawab Xuan sambil menggendong Ni'er menuju toilet. Xuan meletakkan Ni'er untuk duduk di bibir bath up sembari dia mengambil bath bomb aroma vanilla lavender, sedangkan Ni'er berusaha meraih keran air untu memenuhi bath up nya.

"Kenapa kamu disini?"

"Memang ada larangan?"

"Nggak sih cuma... cuma.."

"Cuma apa?"

"Ah, terserahlah." Kemudian Ni'er perlahan membuka kimono sutra yang dipinjamkan Xuan padanya.

"Ya ampun... Xuan kamu apakan aku semalam?"

"Kau perlu dibantu pelayan untuk membersihkannya?"

"Kenapa bukan sekalian kamu saja... ish, ini tidak akan hilang dalam tiga hari..."

-_-

Xuan sengaja berlama-lama di toilet karena dia tahu bahwa pelayan sudah bersiap diri di luar kamar. Jika sewaktu-waktu Ni'er beranjak dari tempat tidur, maka mereka akan mengganti sprei kotor sekaligus mengambil barang bukti, jika ada.

Alhasil, setelah Xuan keluar dari toilet meninggalkan Ni'er yang tengah berendam, dia pun mendapati pelayan tengah sibuk mengambil barang bukti untuk dilaporkan.

"Katakan pada kakek, istriku bukan gadis murahan seperti yang ia sangka."

"Tuan hanya ingin yang terbaik bagi tuan muda."

"Bawa sekalian food tray itu..."

"Tapi bagaimana jika nyonya muda lapar nanti?"

"Aku yang akan turun mengambil makan. Satu lagi, kami ingin sprei katun, bukan satin ataupun sutra."

"Baik Tuan muda."

Selesai memberikan instruksi, Xuan pun kembali ke toilet untuk mengecek keadaan Ni'er yang khawatirnya tertidur dalam bath up.

"Feel better?" Ni'er hanya menjawab dengan gumaman.

"Kamu kenapa? Masih mengantuk kah?"

"Setelah makan dengan benar, kamu boleh istirahat lagi."

"Tapi tidur setelah makan bisa menaikkan kadar gula dalam darah."

"Ya sudah, akan kuambilkan susu hangat, mau?"

"iya.."

"Jangan terlalu lama, nanti kulitmu berubah menjadi sisik."

"Memangnya aku putri duyung?" Jawab Ni'er dengan sedikit kesal.

"Memang. Dan semalam aku baru mengubahmu menjadi manusia seutuhnya."

Seperti yang Xuan perkirakan, bahwa Ni'er belum juga keluar dari toilet sekembalinya Xuan dari dapur.

"Ni'er... kau baik-baik saja?" teriak Xuan dari luar pintu. Karena tak kunjung ada jawaban, Xuan pun masuk dan mendapati Ni'er jatuh terlelap dalam bath up. Maka dengan segera Xuan pun mengosongkan air dan mengangkat Ni'er, mengeringkan tubuh dan rambutnya. Semuanya ia lakukan sambil mendudukkan Ni'er di pangkuannya.

Dalam hati Xuan bertanya-tanya, apakah semalam terlalu berlebihan? Apakah dia terlalu keras dan membuatnya kelelahan? atau... ah entahlah. Xuan pusing dan bingung memikirkannya, pasalnya semalam adalah pengalaman pertama bagi istrinya. Dia tidak ingin meninggalkan trauma, tapi saat bangun pagi Ni'er tidak marah. Diputuskan akhirnya Xuan akan memanggil dokter saja untuk memeriksa.

-_-

"Nyonya muda Ouyang, hanya kelelahan. Saya hanya memberikan asupan natrium sebagai penambah tenaga. Setelah bangun, Nyonya harus makan dengan benar. Ini saya tinggalkan resep vitamin agar beliau bernafsu makan."

"Baik terima kasih dokter."

Dokter itu pun meninggalkan kamar ditemani pelayan. Setelah menuruni beberapa anak tangga, pelayan itu mengajak sang dokter berbelok menuju ruang kerja Kakek Ouyang.

"Jadi apakah cucu menantuku baik-baik saja?"

"Dia hanya kelelahan. Sepertinya Xuan masih belum bisa menakar kekuatannya."

"Ah, memalukan sekali mendengarnya."

"Itu hal yang lumrah bagi pengantin baru."

"Apakah dengan kondisinya yang sekarang dia bisa hamil?"

"Kondisi fisiknya baik, cukup menjaga pola makan dan istirahat yang benar, maka segera tuan akan mendengarkan kabar bahagia."

"Saya ingin anda menjadi dokter utama bagi kehamilan cucuku nanti, jika dia menunjuk orang lain, saya ingin anda tetap menjadi mentornya."

"Saya akan menyiapkan diri saya sebaik mungkin. Kelahiran penerus keluarga Ouyang adalah kehormatan bagi saya."

-_-

Ni'er memang baik-baik saja, buktinya sekarang dia sedang berada di ruang baca sambil mencari tahu seperti apakah keluarga Ouyang ini. Ni'er meyakini bahwa tabiat pendiam seseorang tentu memiliki sisi lain yang ditonjolkan, terutama melalui hobinya. Di ruang baca tersebut, Ni'er melihat bahwa buku dan musik adalah dua hal yang paling diminati keluarga ini. Well, tanpa perlu berlama-lama Ni'er dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga Ouyang jelas sekali mencerminkan kehidupannya sebagai aristokrat, waspada, dan juga ada tendensi untuk mempengaruhi orang lain.

"Mau ikut bersamaku?"

"Tidak bisakah kakimu mengeluarkan suara barang sedikit saja?"

"Oh, jadi kamu kaget?"

"Iya..."

"Jadi, mau ikut apa nggak?"

"Kemana?"

"Menemui kakek untuk menagih janji."

"Apakah sudah boleh?"

"Harusnya sudah. Kemarin dokter itu mampir cukup lama di ruangan kakek."

"Memang barang bukti apa yang diambil kakekmu?"

"Note, dia kakekmu juga, setidaknya selama kita menjadi suami istri."

"Whatever. Jadi, apa barang buktinya?"

"Sprei bekas tidur kita."

"Hanya itu?"

"Ya Tuhan... diantara semua hal, kenapa kamu harus bodoh tentang hal ini sih?"

"Tentang hal apa?"

"Kamu tahu kenapa kakimu sulit digerakkan saat bangun?"

"Iya, karena kamu baru saja mengambil keperawananku."

"Thats it. Dan hal itu meninggalkan bukti berupa bercak darah. Itulah kenapa banyak orang memasang sprei putih di ranjang pengantin baru."

"Ah, i see. Lalu kita boleh pergi kan?"

"Belum. Oleh karenanya aku akan mengajakmu menemui kakek."

"Xuan, apakah aku boleh meminta satu hal?"

"Katakan..."

Ni'er lantas mendekatkan bibirnya ke telinga Xuan, padahal di ruangan sebesar itu hanya ada mereka berdua.

"Itu saja?"

"Dan semua hal yang berkenaan terhadapnya."

"Okay, akan kupegang janjiku. Tapi kenapa harus berbisik? Disini kan cuma ada kita."

"Jika kamu bisa masuk ruang baca tanpa suara, maka orang lain pun bisa."

"Whoa, perlahan-lahan kamu semakin menjiwai sebagai Nyonya Ouyang. Tapi apakah aku terlalu kasar kemarin?"

"Sudah diam.."

-_-

"Kenapa kalian ingin pergi? Ini rumah kalian, apalah artinya rumah tanpa tuan dan nyonya?"

"Kami rasa, kami belum pantas menyandang sebagai tuan rumah kediaman Ouyang." Jawab Ni'er rendah hati.

"Apakah Nyonya Ouyang merasa rendah diri sekarang?"

"Iya. Karena ini bukan rumah ku." Jawaban Ni'er agak meninggi.

"Soon. Jadi kalian mau pindah kemana?"

"Saya masih menjabat sebagai Jenderal, maka selayaknya saya kembali ke rumah dinas." Jawab Xuan menengahi karena tahu istrinya juga keras kepala.

"Baiklah. Aku harga tuntutan profesi tersebut, namun aku memiliki syarat bahwa Guang Ni diperbolehkan bekerja dari rumah saja, bagaimana?"

"Dan jika kondisi mendesak, maka saya diizinkan mengunjungi kantor." Sergah Ni'er.

"Bukankah Group Lim sudah menjadi milik Pemerintah sekarang?"

"Betul, tapi Pemerintah memberikan kesempatan agar Guang Ni memperbaiki keadaan."

"Ok aku terima syarat itu dan kalian harus ikut program kehamilan."

"Apakah kakek meragukan kami?"

"No. Hanya takut kalian terlalu menikmati pekerjaan dan lupa akan penerus keluarga. Back to the topic, kalian diijinkan tinggal di rumah dinas dan kakek sudah penuhi semua peralatan rumah tangga kalian. Kedua, Ni'er boleh kembali bekerja hanya melalui rumah saja kecuali jika ada kondisi terdesak atau pertemuan tertentu, namun kalian juga setuju untuk mengikuti program kehamilan yang Kakek ajukan. Sepakat."

-_-

avataravatar
Next chapter