20 Bingung

"Xuan, ada masalah apa?"

"Tidak ada."

"Tapi keningmu berkerut dari tadi."

"Aku ingin makan sapo tahu."

"Hmm, tentu akan kumasakkan." Xuan kembali mengerutkan keningnya sambil menatap Ni'er.

"Eh, apakah aku salah jawab? Atau aku harus menambahkan masakan kesukaanmu yang lain?"

"Tidak usah. Sebetulnya... ah nanti saja aku ceritakan saat di rumah."

"Kenapa bukan sekarang? Jarang lho kita bersantai seperti ini."

"Apakah kau tidak mengingat apapun tentang sapo tahu?"

"Memang ada yang spesial?"

"Itu menu favorit CEO Gong, karena kau yang memasak untuknya saat di asrama."

"Benarkah? Maaf ya aku lupa. Jadi kamu minta dimasakkan sapo tahu karena cemburu atau mau?"

"Karena aku mau tahu, seenak apa sapo tahu buatanmu hingga membuat pria itu tidak bisa melupakanmu."

"Saat kamu tahu, apakah nantinya kamu juga akan mengikatku?"

"Aku bisa mengikatmu, jika aku mau, atau ku implan GPS Radar di otot lehermu."

"Ya Tuhan... kau benar-benar sadis sekarang. Jadi katakan apa masalahmu?"

"Mantan pacarmu membuat masalah di bandara dan meminta agar aku sendiri yang datang menemuinya."

"Apa yang terjadi setelah kamu datang?"

"Siapa bilang aku datang?"

"Sudah terlihat jelas di wajahmu, Xuan."

"Kamu sudah mulai bisa membacaku rupanya.."

"Aku adalah orang paling bodoh jika tidak bisa membaca maksud suamiku sendiri, bahkan setelah tiga bulan."

"Jadi apakah sekarang kamu merasa paling pintar?"

"Tidak juga. Hanya saja jangan berputar-putar, cepat katakan apa masalahnya."

"Intinya sudah selesai dan aku sedang membutuhkan mu... mood booster." Jawab Xuan sambil memeluk Ni'er dari belakang. Selisih tinggi badan mereka tidak menjadikan masalah ditambah lagi keriuhan pasar juga tidak digubris keduanya.

Lama keduanya terdiam di posisi yang sama, bahkan Xuan juga menikmati aroma parfum yang Ni'er kenakan.

"Aku suka parfum mu."

"Beli saja pabriknya sekalian."

"Ide bagus."

"Jangan gila Xuan..."

"Aku bersyukur, tiga bulan ini rasanya aku mulai terbebas dari beban... bahkan aku hampir lupa dengan nama keluargaku."

"Tidak apa. Meski sesaat, lepaskan saja bebanmu. Aku ada disini, jadi berceritalah." Xuan menjawab gumaman tanda setuju.

Keduanya lalu kembali berbelanja dan kembali ke rumah saat malam menjemput. Setibanya di rumah, Xuan segera keluar dan membanting pintu mobilnya. Pasalnya dia melihat mobil CEO Gong terparkir sempurna di pelataran kediamannya, sedangkan Ni'er yang melihat adanya amarah Xuan yang siap meledak tiba-tiba juga mengekori suaminya, hanya berjaga-jaga agar tidak terjadi perkelahian diantara mereka.

"Aku tidak ada urusan dengan Anda, Jenderal Ouyang."

"Kau tidak diterima disini."

"Masa bodoh dengan laranganmu."

"Ini kediaman kami dan dia istriku."

"Lalu?" Tanya CEO Gong acuh.

"Cepat katakan apa mau mu?"

"Bisakah kau mengundangku masuk, Presdir Lim?"

"Speak quickly, i have no time for this sh*t."

"Ibu dan adik tirimu, ditemukan meninggal."

"Kak Jerome?"

"Belum ada kabar. Dan aku menemukan bahwa gadis yang menjauhkanmu dariku adalah..."

"Siapa peduli, CEO Gong." Jawab Ni'er sambil berlalu menuju pintu rumah.

"Dia suruhan seseorang yang sudah merencanakan pernikahan kalian dengan sangat matang." Dan Ni'er pun tersentak dengan jawaban itu.

Kembali Ni'er menguasai dirinya, dia curahkan pandangannya pada Xuan yang tampak tidak memahami apapun maksud perkataan CEO Gong.

"Senior Gong, sebaiknya kau pulang."

-_-

Sudah beberapa jam berlalu semenjak pertikaian mereka, Ni'er kembali linglung saat memutar kembali pernyataan Gong Yong Jin. Jika benar maka collapse nya Group Lim juga merupakan bagian dari sebuah skema konspirasi panjang. Namun siapa yang akan diuntungkan saat konspirasi ini berjalan mulus? Bukankah Group Lim meraup banyak keuntungan sebagai akibatnya, namun tetap saja anggota keluarga utama Group Lim tinggallah Ni'er seorang.

"Kau tidak berencana memikirkan omongan CEO Gong kan??"

"Ah, tidak..."

"Sebaiknya sapo tahunya kita tunda besok saja."

"Eh.. maaf, aku akan masak sekarang saja."

"Dan membuat jarimu teriris karena tidak fokus? Sekarang tidur saja, masih ada esok."

"Baik. Akan kusimpan bahan-bahannya ke kulkas sebentar."

Rupanya Ni'er sempat kembali linglung padahal Xuan masih berada di sekitarnya.

"Otak kecilmu ini memikirkan apalagi sih?"

"Ah, iya maaf.." Lalu dengan sigap dan cepat Ni'er memasukkan bahan makanan yang belum sempat diolah tersebut.

"Jika yang dikatakan CEO Gong benar, kamu akan membatalkan pernikahan kita?"

"Tidak Xuan, jangan salah paham seperti itu. Aku hanya berpikir bahwa orang itu sangat jahat."

"Bagaimana jika orang itu adalah aku? atau seseorang dari keluargaku, anggap saja kakekku... Kamu akan bagaimana?"

"Aku tidak tahu... Karena yang aku tahu itu tidak mungkin dan tidak benar."

"Hampir semua orang di Jing tahu, bahwa untuk melakukan konspirasi sebesar ini pasti ada orang besar di belakang layar, dan yang paling mampu untuk melakukkannya adalah kakekku. Lalu jika itu benar, kamu mau bagaimana?"

Ni'er tidak serta merta menjawab, karena dia juga tidak ingin terpancing keadaan yang simpang siur. Semisal Jerome Ahn ada, mungkin dia akan meminta bantuan pria itu untuk mencari tahu. Tapi masalahnya Ni'er sekarang sendirian, meminta bantuan Paman Henry juga pasti akan membuatnya marah besar.

"Diam mu, cukup menjawab bagiku." Ni'er buru-buru memeluk Xuan dari belakang, karena dia tidak ingin Xuan keluar dari dapur dengan amarah. Masalah di dapur harus selesai di dapur juga, jangan dibawa ke kamar, itu prinsip Ni'er.

"Aku mulai menyukai pernikahan ini." Xuan berusaha melepaskan pelukan Ni'er.

"Jadi, kumohon jangan pergi seperti ini." tambah Ni'er.

"Kamu hanya menyukai institusinya, bukan pelaku di dalamnya. Lagipula rasa suka itu bisa hilang kapan saja." Sanggah Xuan, sembari berlalu meninggalkan dapur rumah.

Keduanya pun tertidur sambil membawa pikiran berkecamuk di benak masing-masing. Apapun yang Xuan pikirkan tidak sepenuhnya benar, karena menurut Ni'er dia hanyalah wanita biasa yang juga menginginkan pernikahan sekali seumur hidup. Hal itulah yang ingin dia wujudkan dengan kondisi pernikahannya yang sekarang, terjalin berdasarkan kompromi dan kerja sama bisnis. Tapi meski begitu, dia bahkan belum pernah merangkai angan seandainya seluruh hutang perusahaan telah dibayar, nasib pernikahannya akan seperti apa. Terlepas daripada hal tersebut, Ni'er justru lebih kalut memikirkan hal lainnya, yaitu kebenaran konspirasi yang CEO Gong sampaikan tadi.

-_-

Pagi harinya, tidak seperti biasa Ni'er bangun lebih siang dibandingkan Xuan. Melihat Ni'er yang masil terlelap dalam tidurnya, membuat Xuan membatalkan niatnya untuk membangunkan istrinya tersebut. Cukup lama Xuan memperhatikan ekpresi wajah istrinya yang tertidur,"bahkan saat tidur, keningmu masih saja berkerut." Lalu Xuan mencium kening istrinya,"aku tidak berencana melepaskanmu, sekalipun aku harus membuatmu selamanya berhutang padaku."

Selesai membersihkan diri, seperti biasa Xuan sudah melihat pakaian kerja dan sarapan paginya tersedia di kamar. Sedangkan Ni'er masih terbaring di ranjang.

"Kamu masih sempat menyiapkan sarapan juga?"

"Maaf ya, sepertinya hari ini aku tidak akan ke kantor."

"Tidak apa. Akan kuminta dokter kemari."

"Tidak usah, aku hanya kelelahan saja."

"Kau ingin dibawakan sesuatu nanti malam?"

Ni'er hanya menggeleng,"baik-baiklah dirumah, jika kau perlu sesuatu, telpon saja aku."

-_-

avataravatar
Next chapter