Aku baru berumur 14 tahun saat itu. Kehidupan penuh dengan pelajaran berarti yang tak akan pernah aku lupakan. Banyak tantangan yang aku hadapi, mulai dari kehidupan, pendidikan, dan kisah cinta. Saat itu adalah masa yang membuat pikiranku terbuka luas, aku belajar dari masa itu. Masa Putih Biru.
2018
MOS atau singkatan dari Masa Orientasi Siswa tengah menantikanku, sejujurnya aku sangat gugup dan takut. Pikiranku terasa sangat sulit bekerja saat merasa takut ataupun gugup.
Aku menatap nanar ponselku yang bergetar tak jauh dari posisiku saat ini. Aku mencoba menepis pikiran-pikiran buruk tentang MOS besok, dan perlahan berjalan mendekati ponselku.
Di layar tertera nama Selly di sana membuat aku menautkan kedua alisku heran. Tumben sekali gadis itu meneleponku malam-malam seperti ini, biasanya jika ia menelepon pasti ada hal yang penting, tapi ini mustahil ia biasanya akan menelepon saat siang atau sore hari. Mengapa begitu? Ya karena kata gadis itu ia baru mendapat kuota nelpon gratis saat siang atau sore hari, itu pun hanya beberapa menit.
Tanpa ragu aku mengangkat panggilan darinya, dan terdengarlah suara cempreng khas Selly.
" Hallo! Sis. " Suaranya di balik telepon. Aku memejamkan mataku saat suara cempreng nya menghantam gendang telingaku.
" Ada apa Sell?." tanyaku.
" Sis Lo sudah siapin perlengkapan untuk MOS besok?. "
" Belum. Kenapa?. "
" Hee cuma mau ngingetin aja kok. Nanti Lo kelupaan. "
Baiklah sekarang aku kena tipu dengan sahabatku sendiri. Padahal aku tengah sibuk dengan pikiranku tadi.
" Sis kayaknya lo gugup ya?!. " Tanyanya seraya sedikit berteriak membuat aku lagi-lagi memejamkan mata.
" Iya nih Sell, gue gugup banget ini. "
" Pasti gugup karena ketemu kakel Cogan kan?. "
" nggak. " Jawabku serkas, apa apaan dia itu. Boro boro kakle cogan, teman sekelas pun nanti aku tak tahu.
" Hati-hati loh Sis, besok jangan buat kesalahan ya hukumannya itu berat banget. "
Sebenarnya Selly menelepon ku karena apa sih? kenapa dia malah menakut-nakuti ku. Ah aku baru ingat, kalau teman ku yang satu ini memang lah tidak punya akhlak.
" Sudah lah Sel, gue tutup teleponnya. Lo nakut-nakutin gue. "
" Hhhhh jangan dong Sis. Kita kan baru aja teleponan. "
" Lo kenapa sih aneh banget. Biasanya juga elo yang pertama nutup telepon. "
" Heee mau curhat Sis. "
Dan malam itu waktuku dihabiskan dengan mendengar curhatan Selly lewat telepon.
Keesokan harinya, aku bangun jam setengah enam pagi. Tak menunggu waktu lama lagi aku segera bersiap-siap mengenakan seragam sekolah. Jangan lupa, hari ini aku masih mengenakan seragam SD ku, karena aku belum resmi menjadi murid di SMP 02.
Terlihat ibuku sedang masuk ke kamarku. " Kenapa Bu?. " Tanyaku.
" Ini uang jajan untuk kamu. " Kata ibuku seraya menyerahkan uang yang bernominal sepuluh ribu itu satu lembar. Aku menerimanya dan mengucapkan terimakasih.
Seperti biasa, sebelum aku berangkat ke sekolah aku berpamitan dengan kedua orang tuaku. Lalu aku berjalan kaki menuju sekolah bersama adikku. Jarak antara sekolah dan rumahku tak terlalu jauh, cukup menghabiskan sepuluh menit untuk sampai ke sana. Begitu juga dengan adikku, sekolahnya berada tepat sekali di sekolahku.
Sampai di sekolah aku bertemu dengan Sally dan satu lagi sahabatku bernama Marisa. Rasa gugup melandaku saat melihat gerombolan gerombolan siswa siswi dari sekolah lain yang akan bersekolah disini juga.
Dalam pikiranku berkecamuk, apakah nanti aku akan bertemu teman baru? bisa dibilang saat itu aku merasa insecure. Kenapa merasa begitu? ya karena aku merasa aku yang paling buruk diantara mereka.
Bayangkan saja, diantara teman-teman sd ku akulah yang paling pendek. Dan berat badanku saat ini sekitar empat puluh Kilo. Bayangkan saja, apakah itu artinya aku obesitas?.
Apalagi melihat tampilan ku yang tak seperti anak SMP pada umumnya. Aku tidak memakai parfum dan alat-alat kecantikan lainnya. Ah sudah lah jangan bahas itu.
coming soon