40 Trauma

Matahari mulai memancarkan cahaya yang membawa rasa panas pada tubuh manusia yang terpapar sinarnya secara langsung.

Kinan sedang menghabiskan jam kosongnya di depan ruang sekretariat. Dia memilih duduk disana sambil membaca novel dan tidak lupa mengenakan headset yang adam hadiahkan padanya.

Alat pendengar itu menjadi bagian dalam diri kinan sekarang, ia merasa hanya memiliki itu dari jejak keberadaan adam yang pernah singgah dalam hidupnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi di toilet tadi, kenapa sepi sekali lorong ini, tidak seperti biasanya, walaupun aku menyukai suasana seperti ini, tenang dan tidak berisik, tapi ini terlalu berlebihan, apa semua orang pergi ke toilet itu?".

Setelah beberapa saat dia sibuk membaca novel dalam keheningan, hanya musik yang mengiringi, kinan menyadari bahwa ada yang berbeda pada suasana saat itu. tidak seperti biasanya.

Kinan kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju toilet yang tadi sangat ramai. Dari sana terlihat beberapa orang mengangkat tandu keluar dari dalam toilet itu. Dan tak lama kinan mendengar suara ambulance dari kejauhan, yang semakin lama semakin mendekat padanya.

Ambulance itu berhenti tepat di depan fakultas sastra, tempat dimana kinan berdiri disana karena berniat pergi untuk melihat keributan disana.

Namun entah apa yang terjadi berikutnya, kinan tidak mengingat kejadian apapun lagi setelah itu.

"bagaimana dokter, apa putriku baik-baik saja? aku tidak tahu kalau dia memiliki trauma seperti itu".

Suara ibu samar terdengar oleh kinan yang baru saja membuka matanya.

"dimana ini? ibu? kenapa ada ibu disini?, apa yang terjadi bu, aku tadi di kampus dan ada ambulance datang, kenapa aku berakhir di sini bu?".

kinan terus memutar kepalanya melihat sekeliling ruang UGD tanpa henti, dia kaget dengan keberadaannya disana tanpa ia sadari apa yang sudah terjadi.

"apa yang ibu bicarakan tadi dengan dokter, aku mendengar ibu menyebutkan trauma, siapa yang memiliki trauma bu?"

Kinan tanpa henti bertanya kepada ibunya, padahal kondisi dia saat itu sangat lemah karena baru tersadar dari pingsan yang cukup lama, hampir 5jam.

"sayang kamu yang tenang, kondisi kamu masih lemah, badan kamu pasti sangat lemas, kamu pingsan di kampus dan sudah 5 jam kamu tak sadarkan diri, setelah mendengar penjelasan teman kamu yang menjadi saksi di kampus atas kejadian yang menimpamu akhirnya dokter menyimpulkan mungkin kamu terkena syok yang mengakibatkan kamu kehilangan kesadaran diri".

ibu menjelaskan keadaan putrinya secara perlahan. Karena sepertinya kinan tidak tahu apa yang terjadi dalam dirinya, kinan bahkan seperti tidak menyadari bahwa dirinya trauma melihat ambulance dan kerumunan orang membawa tandu jenazah.

"Temanmu, bayu yang menemanimu ke rumah sakit ini dengan ambulance nak, dia yang menceritakan kejadian di kampus pada dokter dan ibu, kamu bisa berbicara dulu dengannya, ibu akan menemui dokter dulu".

Diujung kasur kinan ada seseorang yang sedari tadi berdiri memasang wajah cemas dengan kacamata dan perawakannya yang tinggi.

"Bayu?", kinan langsung berusaha bangun dari posisi tidurnya, bayu yang menyadari itu segera meraih tangan kinan dan mencoba membantu agar kinan mudah untuk bangun.

Segera setelah posisi kinan duduk diatas ranjangnya, kinan yang menyadari bayu sedang menggenggam pergelangan lengannya segera menepis itu yang kemudian diikuti gerakan bayu yang spontan segera melepas genggamannya.

"kamu tidak perlu repot-repot ikut mengantarku ke rumah sakit, ambulance pasti akan membawaku kesini meskipun kamu tidak ikut, aku tidak ingin memiliki hutang budi dengan siapapun".

Kinan berkata tanpa memandang bayu yang sedang mencemaskan keadaannya. Kinan tidak bisa melihat kecemasan pada wajah bayu saat itu karena dia terus menunduk meski sedang berbicara padanya.

"apa itu cara kamu berterimakasih selama ini pada orang yang telah menolongmu?".

Bayu menjawab kinan dengan kata-kata yang membuat kinan terpaksa melihat mata bayu karena kaget dengan respon bayu. Jawabannya sedikit menyinggung kinan.

"aku tidak minta untuk di tolong oleh kamu atau oleh siapapun".

Sesaat menatap bayu kemudian kinan tertunduk lagi dan menjawab dengan suara dingin.

"kamu pingsan, kamu tidak berdaya dimana kondisi saat itu semua orang sedang berkerumun karena kejadian di toilet belakang hari ini. Semua orang sedang sibuk dengan kejadian itu dan kemudian menemukan seseorang tergeletak di lorong yang sepi, apa kamu pikir orang-orang yang normal seperti kami akan membiarkan kamu tergeletak begitu saja?".

bayu menjawab mulai menggunakan nada yang menekan karena sedikit marah dengan apa yang kinan katakan, bayu tidak mengerti apa yang ada di pikiran gadis ini.

Kinan hanya terdiam mendengar penjelasan bayu, dia terdengar seperti memarahi kinan karena tidak tahu berterimakasih.

"Kamu mungkin tidak suka berinteraksi dengan kami semua, bahkan sekedar menyapapun tidak sudi. Tapi aku dan semua orang di kampus tidak seperti mu. Jadi jangan samakan kami dengan sifatmu yang selalu menghindari orang-orang di sekelilingmu".

Bayu marah dan duduk kembali di kursi samping ranjang kinan.

"kenapa kau tidak pergi?, kenapa masih disini?".

dengan nada pelan kinan bertanya pada bayu yang setelah bicara panjang lebar memarahinya hanya duduk diam tanpa bergerak dan berbicara lagi. Bahkan kinan pikir awalnya bayu mungkin akan pergi meninggalkannya disana.

Bayu melirik kinan yang duduk di ranjangnya dengan wajah murung dan berkata "aku masih memiliki sopan santun, dan hati nurani. Aku menunggu ibumu kembali kesini untuk menjagamu dan berpamitan dengannya".

"Ibu ada di ruang dokter, kamu tidak perlu lagi repot-repot menjagaku".

avataravatar
Next chapter