1 Perkenalan

Angin pagi yang tak selalu sejuk, matahari pagi yang tak selalu terlihat cerah, hari ini dimulai dengan suasana yang mendung di dalam rumah.

"Ayah, apa hari ini ayah bisa mengantar kami ke sekolah?" kinan berusaha menyela perdebatan antara ayah dan ibunya di kamar, "ayah aku tidak mau diantar supir, aku ingin ayah yang mengantarku hari ini". 

kinan lari keluar kamar dan menarik kakak perempuannya untuk meminta dukungan agar ayah setuju mengantar mereka ke sekolah. 

Kinan anak terakhir dari 5 bersaudara, 1 kakak laki-laki, dan 3 kakak perempuan.

Dengan cepat Kinan kembali ke kamar mengajak kakaknya, tapi ayahnya sudah pergi dengan membawa tas kerja tanpa berkata satu patah katapun padanya.

 "Kinan, biar Pak Didi yang mengantar kalian sekolah yah, ayah kalian buru-buru harus ke kantor". 

Ke sekian kalinya Ibu berkata bohong pada Kinan soal kesibukan ayahnya yang selalu tidak memiliki waktu untuk Kinan dan kakak-kakaknya.

Ibu selalu berpikir bahwa Kinan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi antara mereka. 

Kinan memang hanya anak perempuan usia 8 tahun, tapi entah ini anugerah kecerdasan yang harus dia syukuri atau sesali, diusianya ini Kinan mengerti dengan kondisi hubungan ayah dan ibunya, mereka terlalu sering mempertontonkan perdebatan yang tak berujung padanya, mereka berusaha menutupi tapi kinan selalu mengetahuinya. 

Kadang Kinan menyesali kenapa ia harus mengetahui semua ini.

"Kinan, ayo cepat ambil tasmu, atau kakak akan berangkat sekarang tanpa kamu, kamu selalu meminta hal-hal yang tidak mungkin kepada ayah, hentikan kebiasaan itu".

Kak Kiran pergi dari kamar ibu, sambil membanting pintu, dia kesal karena Kinan selalu merengek ingin ayah mengantarkan mereka ke sekolah, dia sudah kelas 8, dia sudah paham dengan atmospher pertengkaran ayah dan ibu sejak lama.

Diluar Kak Genta, Kak Kesya, dan Kak Kayla sudah menunggu di dalam mobil, Kinan lari dari kamar ibu dan mengambil tasnya di kursi dengan cepat karena takut mereka semua meninggalkannya.

Kak Kiran dan Kak Genta sampai pertama di sekolahnya, mereka berdua ada di sekolah yang sama, SMP N 8, tiba ke dua kinan di SDN 1, dan terakhir Kak kayla di SMA N 2. 

Mereka selalu berangkat bersama karena sekolah mereka semua searah, dan jika ayah sedang bisa mengantarkan mereka, sebenarnya kantor ayah ada setelah sekolahnya Kak Kayla, jadi semua searah.

Di rumah, ibu duduk terdiam di kursi dapur, tempat dimana ia menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan rumah, air mata tak terasa jatuh tanpa aba-aba langsung deras membasahi pipi bahkan sampai terisak, ia tak mampu menahan sakit dalam hatinya, ia merasa dirinya sendiri yang merasakan itu, merasakan perihnya kehidupan yang tak berujung. 

Ayahnya telah lama memiliki hubungan dengan perempuan lain, dia membawa wanita lain dalam kehidupan mereka, kehidupan yang dahulunya sangat bahagia, sangat sempurna, ibu yang selalu tersenyum, ayah yang selalu menyempatkan waktu liburnya untuk anak-anaknya, tiba-tiba hilang tak berjejak, senyum sang ibu entah pergi kemana, Kinan tak pernah lagi melihat senyum manis itu di bibir ibunya, yang ia lihat hanya kerutan di sisi matanya, dan mata sembab yang selalu mengeluarkan air mata setiap malamnya. 

Ayah selalu menggunakan alasan pekerjaannya sebagai kesibukan yang tidak ada lagi waktu sama sekali untuk bersantai di rumah bersama dengan kinan dan kakak-kakaknya seperti dulu.

Saat awal semua perubahan ini terasa, Kinan tidak tahu apa penyebab dari ini semua, kenapa rumah secara perlahan berubah sangat pengap menyesakkan, tak ada udara segar yang membuat seisi rumah nyaman ada di dalamnya kecuali saat sang ibu memeluknya dikala tidur. 

Tak ada lagi tempat nyaman yang Kinan rasakan selain pelukan ibu, meskipun ia sambil menahan tangis saat memeluknya.

avataravatar
Next chapter