webnovel

Berita mengejutkan

Tiap sepulang sekolah ada latihan upacara bendera buat anak anak yang ditunjuk jadi petugas. Dan hari ini kita mau latihan, Nana udah siap bawa bendera latihan di tangannya.

"Arga, kamu bisa kan?" Nana memandangku penuh harap.

Aduuuh, aku gak yakin bisa memenuhi ekspetasimu, Nana.

"Ok, aku siap" aku berbohong, sambil berharap semoga lancar.

Bisa jadi canggung ini mah kalau aku sampai salah langkah. Lagian kemana lagi sih ini cowok yang satu lagi, udah jam tiga sore gini belum sampai juga.

Firdaus lagi nyoba hubungin, tapi belum diangkat juga telepon-nya.

"Waduh sorry nih, kayaknya dia lagi gak bisa dateng, biar aku gantiin aja tempatnya sementara"

"Yaudah deh, gapapa"

Yah... Mau gimana lagi. Terpaksa seadanya aja. Selain kita, ada lagi teman sekelasku yang ikut juga. Dia lagi jadi pembawa teks pancasila, Ivan namanya. Nama lengkapnya Ivan Svetrosky. Agak susah memang, makanya yang lainnya lebih suka manggil Ivan aja.

Ngomong-ngomong soal Ivan, dia itu sering banget kena sial. 'Sehari rasanya kurang lengkap kalau belum liat Ivan kena sial' kata Rendra. Tapi dia anaknya baik, jadi gampang banget bersahabat sama yang lain.

Dia itu juga salah satu sahabatku selain si Rendra. Kita sering bercanda bareng, ngelakuin hal konyol bareng, dan sejenisnya. Pokoknya udah kayak orang gila kalau jalan bareng mereka, tapi kita bisa akrab juga karena semuanya jujur dengan diri sendiri.

Masih ada sih beberapa sahabatku yang lain, tapi gak ada waktu buat bahas mereka semua.

Latihan hari ini kita coba langkah tegap, awalnya temponya agak berantakan dan gak selaras.

Untungnya Firdaus mau ngajarin pelan pelan, Nana gak jauh beda juga sih salahnya.

Cuman, karena masih latihan, wajar lah, masih bisa dimaklumi.

Selama seminggu kita latihan terus setelah pulang sekolah, memastikan gak ada yang bakal salah.

Orang ketiga yang jadi pengibar bendera gak ikut latihan sama sekali. Tapi kata Firdaus sih dia udah jago kalau soal ginian, jadi dia bisa menyesuaikan sendiri.

Nah gak kerasa udah waktunya acara sebenarnya.

Paginya kita udah siap semua nih, mulai dari pembawa acara sampai pemimpin upacara udah siap semua.

Si orang ketiga yang jadi pengibar bendera itu ternyata si Rendra. Begitu ketemu dia langsung cengengesan gak jelas sambil pamerin gigi putihnya.

"Gimana? Seneng gak bisa berduaan sama Nana terus seminggu?"

Oalah, ternyata ini toh niat dia selama ini. Tapi maaf kawan, kenyataan tidak seperti yang kau bayangkan.

"Udah udah, kita mesti siap di posisi sekarang"

"Kenapa? Pasti gagal ya? Kasihan, mungkin kamu memang ditakdirkan jomblo terus"

... Temen b*ngsat! Makin lama omongannya makin ngeselin.

Karena dengerin Rendra ngoceh malah bikin emosi, aku cepetan lari ke lapangan dan siap di posisi.

Tak lama kemudian, para siswa dengan cekatan berbaris di tempat yang sudah diatur. Didepan setiap barisan ada papan nama kelas, jadi gak mungkin ada yang tertukar. Kecuali ada yang dengan sengaja menyelundup.

"Upacara hari senin, tanggal..."

Nah karena udah mulai, para pemimpin pasukan menyiapkan pasukannya masing-masing. Setelah itu lanjut masuknya pemimpin upacara, si Firdaus.

Awalnya semua tampak berjalan lancar, sampai akhirnya giliran Ivan maju bawa teks pancasila setelah pembina upacara masuk.

Beberapa langkah awal dia lancar, tapi pas udah deket podium tempatnya pembina upacara berdiri, dia tersandung dan jatuh.

Kelihatan banget tuh para peserta upacara nahan tawa semua. Yang jauh di barisan belakang malah cekikikan gak jelas.

Bagi Ivan sih sakitnya gak seberapa, tapi malunya gak ketulungan!

Makanya si Ivan itu jarang ikut acara yang dihadiri banyak orang, bisa malu dia kalau dilihat banyak orang pas lagi sial.

Maunya sih aku nolongin, tapi aku dalam posisi gak boleh gerak.

Tapi si Ivan buru buru bangun dan menempatkan posisi di samping kiri pembina upacara.

Setelah teks pancasila dibacakan, beberapa acara setelahnya baru giliranku yang mengibarkan bendera merah putih.

Untungnya langkah aku, Rendra sama Nana bisa selaras.

Semua lancar, sampai bendera dibuka.

Tapi waktu bendera dibuka, warnanya malah kebalik. Jadi putih merah!

Wadoo Rendra koplak! Sok bisa sih gak pake latihan, jadi malu kan kita.

Buru buru lah masangnya dibenerin. Meski agak terlambat, yang barisan belakang udah cekikikan lagi.

Nah, sekarang giliranku derek tali bendera naik keatas.

Yang ini agak susah karena harus sesuai tempo lagu Indonesia Raya.

"Kepada! Sang Merah Putih! Hormaaaat... Gerak!"

Lagu Indonesia Raya mulai dinyanyikan dan semua peserta upacara hormat kepada bendera.

Aku coba pelan pelan dereknya biar sesuai tempo lagu.

Syukur Alhamdulillah, benderanya sampai diatas tepat saat lagu berakhir.

Setelah penghormatan sebentar, kita bertiga balik lagi ke posisi awal dengan selaras.

Untungnya selain dua kejadian tadi, gak ada lagi kesalahan yang terjadi. Agak disinggung sih sama pembina upacara waktu amanat. Tapi secara keseluruhan, upacara hari ini udah cukup baik.

Setelah beberapa acara berikutnya, upacara selesai dan semua barisan dibubarkan.

Semua siswa dan guru istirahat sebentar sebelum masuk jam pelajaran pertama.

"Ren, kau gimana kok bisa salah? Ngakunya jago"

"Ya mana kutahu, aku udah lama gak ikut latihan upacara bendera"

Aku, Rendra, Nana, dan Ivan mau kembali ke kelas. Sementara aku sama Rendra ribut terus di jalan. Nana cuma diam saja di belakang, sementara Ivan menunduk sambil nahan malu.

Si Rendra ini malah gak merasa malu sedikit pun meski salah.

...

Waktu istirahat, Ivan ngajakin ke kantin sekolah, mau traktir katanya.

Selain aku, ada ada tiga orang lagi yang diajak. Rendra, Adi, dan Reno. Adi dan Reno ini bisa dibilang bagian dari sahabat aku juga.

Biasanya kita kalau main bareng ya berlima ini. Adi Maldeva dan Reno Sebastian itu punya kepribadian yang kontras satu sama lain.

Kalau urusan agama, Adi yang maju paling depan. Sementara Reno itu udah kayak pakarnya video... Ehem, lebih baik tidak usah diteruskan. Udah pro banget lah kalau Reno itu bahas hal gituan.

Bahas apapun bisa dia sambungin ke hal mesum dengan mudah. Adi dan Reno itu ibarat malaikat dan setan di kelompok kita ini.

Malah kalau udah bahas agama atau hal gituan. Dua orang ini yang paling banyak ngomong.

"Eh kemarin aku dapet link baru nih"

"Astagfirullah, tobat Reno. Masih gitu aja"

"Tapi yang ini berhijab loh, cantik pula"

"... T-tetep gak boleh, zina mata itu"

"Tapi ini bulat"

"... M-mu-mungkin dikit aja deh"

Jangan terpengaruh Adi! Godaan Reno emang sadis!

"Sip, nanti kukirim. Jangan lupa imbalannya"

"Tenang, aku udah dapet punya adikku"

Entah kenapa rasanya transaksi gelap sedang berlangsung di belakangku. Tapi mari abaikan aja, mereka udah biasa kayak gitu.

"Ivan, kok tumben mau traktir kita? Lagi bahagia ya?"

Ivan terkekeh, "Hehe, ya gitu deh, Arga"

Rendra menyipitkan mata sambil menggosok dagunya, seolah berusaha menganalisa jawaban Ivan.

"Pasti soal Cewek"

Ivan tersentak kaget!

Hah!? Serius?

Aku, Rendra, Adi, dan Reno terdiam sejenak. Kelihatan jelas dari reaksi Ivan kalau jawaban Rendra tepat.

Ya normal sih buat cowok seneng kalau dapet cewek. Tapi ini si Ivan loh yang diomongin, dia yang sering sial, tiba-tiba dapet cewek? Gimana kita gak kaget coba?

Sedangkan kita yang normal aja masih jomblo sampai sekarang! Ugh, kalau dipikirin lagi jadi ngenes juga rasanya jadi jomblo terus.

"" Gimana ceritanya anjay!? "" kita berteriak serentak.

Tampaknya kita semua sepemikiran.

"Oi oi, tenang dulu. Ini nanti aku juga mau cerita setelah traktir kalian"

Karena Ivan bilang gitu, terpaksa kita nahan diri buat cari tahu.

Next chapter