6 MARVIONA #4

Mentari pagi telah bersinar dengan terangnya. Hujan tadi malam membuat pagi begitu me0segar. Ya...cuaca hari ini sangatlah cerah. Terlihat awan putih yang menggantung indah diatas langit dengan ditemani oleh pelangi. Burung-burung pun tak ketinggalan meramaikan pagi yang cerah ini. Viona bangun dan membuka jendela kamarnya. Ia hirup udara luar dalam-dalam hingga memenuhi rongga perutnya. Kemudia ia menghembuskan secara perlahan-lahan. " Segar..." Viona tersenyum.

Hari ini adalah hari minggu. Viona merapikan tempat tidurnya yang terlihat sedikit berantakan. Ia melihat jam dinding, jam menunjukkan pukul 09.30. Viona tertegun sebentar, sepertinya ia melupakan sesuatu. Viona menggaruk-garuk kepala dan mencoba mengingat-ingat. Jam sembilan pagi, apa yang harus ia lakukan di hari liburnya? Dengan siapa ia akan pergi hari ini?

Viona teringat sesuatu, ia mulai merangkai potongan-potongan kata dalam ingatannya. " Mama." " Jam Sepuluh," " Mall," " Peralatan sekolah." Ia mulai merangkai kata-kata yang ada di fikirannya.

" Astaga, aku lupa kalau hari ini aku ada janji dengan Mama. Kalau nannti aku akan menemaninya ke Mall." Viona bergegas menuju kamar mandi untuk mandi secepat kilat, mengejar waktu agar segera bisa menepati janjinya.

Setelah ia keluar dari kamar mandi, ia melihat jam dinding kembali. Ternyata sudah pukul 09.45. Gara-gara membaca buku dongeng sampai terlarut malam, sekarang ia jadi bangun kesiangan. Ia langsung mengkenakan baju tanpa harus memilih-milih dulu. Pukul 09.50 Viona bergegas keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke meja makan untuk menemui ibunya, karena ia yakin pasti ibunya lagi sarapan.

" Mama kan udah bilang jangan tidur terlalu malam." ujar Diana setelah Viona duduk di hadapannya.

Viona menundukkan kepalanya. " Iya maaf Ma."

" Yauda iya. Sekarang makan dulu sana!!" Diana tersenyum-senyum.

Viona mengambil roti yang berisi selai strawberry yang telah ibunya siapkan. " Ok Ma."

" Emang kita ngapain si Ma, ke Mall pagi-pagi? Emang Mall jam segini udah buka?" tanya Viona dengan heran kepada Mamanya.

" Hmmmm..... Kasih tau nggak yaaaa." ledek Diana kepada anaknya.

" Mama apaan? Mamaaa kasih tau dongg!"

Diana ketawa saat melihat anaknya seperti kekanak-kanakan." Iya-iya Mama kasih tau. Jadi hari ini ada diskon besar-besaran di butik langganan Mama, makanya kita harus cepatan sebelum barangnya kehabisan." serah Diana yang masih ketawa.

" Oh pantes Mama daritadi keliatan bahagia."

***

" Good morning!!" teriak Lennart seraya mendekati Reynand dan Annasya yang sedang memasak. Lebih tepatnya Reynand sedang menaruh makanan yang telah matang ke meja makan.

" Pas banget kamu udah bangun, makanannya baru saja matang."

" Ouh ya kak boleh enggak aku ajak anak-anak ke bioskop mumpung hari libur? Sebab di sini aku bosen banget."

" Baru beberapa hari disini udah bos---"

" Boleh kok, ya kan sayang ." potong Annasya dengan cepat sembari menengok ke arah Reynand.

Reynand hanya bisa mengangguk, ia bisa apa jika istrinya telah berbicara. Karena ia tidak bisa menolak permintaan istrinya yang tersayang.

Reynand mengelus rambut Annasya. " Aku bangunin anak-anak ya..."

" Aku aja kak." Lennart menghalang jalan Reynand dengan tangan kanannya.

" Yauda sana!!."

Lennart melantas bergegas ke kamar Marvin terlebih dahulu, karna seingatnya Marvin adalah orang yang paling susah dibangunin. Saat dilantai dua ia berpapasan dengan Arfan.

" Fan di tunggu Papa Mama di meja makan. Oh ya satu lagi setelah makan, kamu mau ikut paman enggak ke bioskop?"

Arfan mengangguk dengan cepat. Ia segera menuju ke meja makan. Lennart pun melanjutkan perjalanannya ke kamar Marvin. Sesampainya di kamar Marvin.

" Vinnn ayo bangunn." Lennart mengetuk pintu kamar Marvin dengan kencang.

" Marvin ayo bangunnnn, tukang tidur." Ia bingung kenapa tidak ada respon sama sekali dari Marvin. Apakah dia sekarang menjadi sekebo itu kah?

" Vin, Paman masuk ya.."

Ia segera masuk ke kamar Marvin. Ia melihat Marvin baru keluar dari kamar mandi dengan memakai celana pendek berwana putih dan belum memakai baju. Ternyata dugaanya dari tadi salah kalo Marvin masih tertidur.

" Apa sih Pamann, aku tadi lagi mandi?" tanya Marvin sembari mengusap-usap rambutnya dengan handuk.

" Oh. Maaf ya... Paman asal masuk ke kamar kamu."

" Iya aku Maafin. Paman, kalau boleh tau kesini ngapain ya?"

" Paman tadi disuruh Papa kamu buat bangunin anak-anak."

" Arfan emang udah bangun?" celetuk Marvin seraya memakai baju lengan pendek berwarna merah dan celana jeans.

" Udah." jawab Lennart singkat.

" Vin paman pingin ke bioskop sama Arfan kamu mau ikut nggak?"

Marvin mengangguk" Yauda ayo Paman, sebelum makanannya dihabisin sama Arfan."

" Emang Arfan gajah apa." cibir Lennart.

Kemudian keduanya berjalan beriringan menuju meja makan.

***

Setelah memasuki pelantaran mall, Marvin, Arfan dan paman Lennart langsung berjalan mencari bioskop. Setelah menemukannya mereka bertiga segera masuk kedalam studio 1, mencari tempat duduk urutan yang ke 2 dari atas dengan nomor 8, 9 dan 10. Kursi paling strategis dan pas. Banyak penonton yang sudah masuk dan duduk. Kondisi studio remang-remang, lampu masih menyala. Di layar dipertontonkan beberapa iklan film-film coomingsoon.

" Paman Lennart kita mau nonton film bergenre apa sih?" tanya Arfan ketika lampu baru saja dimatikan.

Lennart menoleh ke arah Arfan sedikit terkejut" Aduh keponakan kesayangan paman, emang tadi kamu nggak baca judul film di tiketnya?"

" Nggak! Arfan mah iya-iya aja, kalau nontonnya dibayarin sama Paman." jawab Arfan dengan polos.

" Lihat aja dulu! Entar kamu juga tau film nya bergenre apa!"

" Paman serius."

" Aduh paman Lennart jawab aja sih apa susahnya." Marvin mendengus kesal, karna ia terasa terganggu saat mendengar pembicaran mereka.

" Bergenre horor Arfan! Sudah puas."

Arfan mengangguk kemudian mereka berdua kembali focus ke depan layar, film nya telah diputar sejak tadi.

***

" Gimana menurut kalian film nya seru enggak?" tanya Lennart setelah selesai menonton bioskop dan sekarang sedang duduk disalah satu kursi yang tak jauh darisana.

" Lumayan, cuman kurang menyeramkan aja."

" Yauda next time kita nonton yang lebih scary." ujar Lennart.

" Ok paman Lennart."

" By the way paman mau ke toilet ada yang mau ikut nggak?"

" Aku." Arfan menaikkan tangannya ke udara.

" Marvin nggak mau ikut?"

" Enggak, aku tunggu disini aja." jawab Marvin.

Arfan dan paman berdiri dan lansung berjalan. Perlahan-lahan mereka mulai meninggalkan Marvin. Ia memilih memainkan ponsel, sambil menunggu Arfan dan Paman Lennart kembali kesini.

" Marvin."

Cowok itu kini mengernyitkan dahi ketika mendengar suara itu, cukup familiar di telinganya. Marvin mendongak dan berdecih kemudian, ia menatap Viona yang malah tersenyum lebar.

" Ngapain lo di sini?" tanya Viona, ekspresi di wajahnya teteap sama ketika memutuskan untuk duduk di sebelah Marvin.

" Habis nonton bioskop."

" Oh."

" Terus lo sendiri ngapain disini?" celetuk Marvin .

" Nemenin Mama gw belanja."

" Nyokap lo Yang mana?"

" Yang itu." Viona menunjuk ibunya yang sedang sibuk memilih-milih baju.

" Lo kesini sendiri?"

" Nggak, tadi gw kesini bareng Paman sama Arfan."

" Sekarang mereka kemana?"

" Tadi minta izin katanya mau ke toilet."

" Oh."

" Vioo, ayo sini!!" teriak Diana

" Gw duluan ya..." Viona langsung menghampiri ibunya.

Marvin berdecak heran, kenapaia menjawab semua pertanyaan yang Viona tanyakan. Dan kenapa terasa nyamansekali saat bersamanya. Berbeda saat bersama dengan perempuan lain, yang hanyabisa membuat Marvin risih dan jengkel.

****

AYOO TERUS BACA MARVIONAA AKU SECEPATNYA AKAN UPDATE LAGI DITUNGGU YAAA :D AYO AJAK SAUDARA, TEMAN-TEMAN DAN SEMUA KERABATT BUAT BACA MARVIONA. JANGAN LUPA untuk COMMENT AND VOTE SELALU PALINGGG DITUNGGU YAAAAA :D

TERUS BACAA TERIMA KASIH BANYAAAKKK :D

SALAM,

YOLANSYAH04

avataravatar
Next chapter