5 MARVIONA #3

Sejak dari tadi pagi Reynand dan Annasya sedang berdua di ruang tengah. Kepalanya mem Annasya sedang bersandar di bahunya Reynand. Mereka berdua sedang berbincang-bincang.

" Honey, kemarin Lennart telpon. Katanya nanti dia bakal kesini dan juga menginap beberapa hari. Boleh enggak?" Reynand membelai rambut Annasya.

" Boleh, kan Lennart adik aku juga." Jawab Annasya dengan lembut.

Saat Marvin dan Arfan sedang turun dari tangga. Tanpa sengaja mereka mendengar pembicaraan Papa dengan Mama.

" Apa pa, paman Lennart mau kesini. Kapan pa?"

" Katanya bakal datang hari ini."

Marvin dan Arfan melompat-lompat karena begitu senang. Ketika Ayahnya memberitahu jika paman Lennart akan datang hari ini. Mereka memang telah lama tak berjumpa dengan pamannya sejak tiga tahun yang lalu atas kematian tunangannya yabg bernama Elina.

" Kalau begitu, kita buat pesta penyambutan kedatangan paman aja pa." ujar Marvin seraya menuju ke sofa.

" Ide yang bagus tuh kak"

" Yauda ayo, tunggu apa lagi."

Mereka pun segera menyiapkan pestanya. Annasya langsung menuju ke dapur untuk memasak cakenya. Dan yang laki-laki bagian mendekor ruangan. Mereka sebenarnya ingin sekali ke supermarket membeli barang-barang yang akan dibutuhkan. Tetapi mereka takut kalau pamannya datang lebih duluan sebelum mereka pulang. Jadi Reynand memutuskan untuk memakai barang apa adanya.

***

" Kira-kira kurang apa lagi ya?" tanya Reynand ketika mereka sudah selesai mendekor ruangan yang akan dipakai.

" Hanya satu yang kurang yaitu kuenya," celetuk Arfan.

" Oh iya, coba Vin liat mama siapa tau butuh bantuan."

" Ok Dad." Marvin langsung menuju dapur sambil tersenyum-senyum.

Marvin sangat senang, saat Ayahnya menyuruh ia menemui ibunya. Karena ia bisa menyicipi cake buatan ibunya terlebih dahulu. Sesampainya di depan pintu dapur Marvin tidak melihat ibunya disitu. Akhirnya Marvin menemukan ibunya di ruang meja makan, yang sedang menghias kue dengan hati-hati. Marvin langsung menghampiri ibunya.

" Hai Mom," sapa Marvin ketika duduk di hadapan ibunya yang kini mendongak. Senyum Annasya mengembang.

" Udah selesai mendekornya?"

Marvin mengangguk, menyandarkan punggung di kursi sembari mendesah pelan. Ia dari tadi melirik-lirik cake yang sedang dihias oleh ibunya dengan perlahan.

" Tadi Papa sama Arfan lagi apa?"

Marvin meletakkan poselnya diatas meja. " Terakhir aku liat lagi pada rebahan."

Annasya menyadari kalau Marvin dari tadi sedang melirik-lirik cake buatannya" Marvin mau cake nggak?"

Mendengar tawaran dari ibunya, Marvin langsung mengangguk semangat. Karena sejak dari tadi ia menunggu tawaran dari ibunya dan cake juga merupakan salah satu makanan favoritnya, terutama rasa cokelat, juga vanilla.

" Yauda bentar, Mama ambilkan ya..."

Annasya tersenyum lembut, berdiri dan berjalan menjauh untuk membawa cake untuk Marvin. Cowok itu kini memilih memainkan ponsel, bermain game yang melatih konsentrasi seperti game yang mengharuskan untuk menyentuh kotak hitam yang disimbolkan sebagai piano, atau bermain permainan yang memperlihatkan si karakter sedang berlari menghindari sesuatu.

Tak lama kemudian Annasya datang kembali sambil membawa cake dan sendok dengan rasa cokelat untuk Marvin. Marvin langsung mengambil cakenya dari tangan Annasya.

" Ayo cepat habiskan seteah itu kita temui papamu." gumam Annasya seraya menarik cakenya dengan perlahan untuk ia bawa ke ruang tengah.

" Ok Ma." Marvin langsung buru-buru memakan cakenya. Padahal ia ingin memakannya dengan pelahan-lahan.

" Udah Ma." Tak butuh waktu lama bagi Marvin untuk menghabiskan cake yang hanya sepiring.

" Yauda yu!! Piringnya taro situ aja biar nanti bi Mamik yang cuci."

Marvin pun menaruh piringnya diatas meja. Kemudian mereka langsung menuju ke ruang tengah. Annasya tidak lupa untuk membawa cake buatannya. Sesampainya di ruang tengah, Annasya langsung menaruh cakenya di meja dengan hati-hati.

" Bagus bangett hiasannya dan --." ucap Arfan terhenti saat mendengar bel rumah berbunyi.

Tringgg

" Kira-kira siapa ya?" tanya Reynand seraya mendekati pintu.

" Coba aja buka Pa, siapa tau paman Lennart."

Reynand langsung membuka pintu, saat membuka pintu ia melihat seorang pria yang sedang membawa koper berwana hijau, yang tidak lain adiknya sendiri. Reynand menyuruh Lennart untuk masuk kerumahnya terlebih dahulu sebelum berbincang-bincang.

" Pamann!" Marvin dan Arfan melihat pamannya yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Mereka langsung berlari menghampiri pamannya dan spontan memeluk pamannya dengan rasa rindu.

" Paman kangen banget sama kalian."

" Kami juga kangen banget sama paman." Serempak Marvin dan Arfan sembari melepaskan pelukannya.

Dahi Lennart mengernyit heran, ketika melihat sekelilingnya ada begitu banyak balon dan cake yang ada di meja dengan ditemani piring, sendok, dan pisau. " Ini habis ada pesta?"

" Bukan, ini semua buat penyambutan kedatangan kamu."

" Harusnya kakak ipar nggak usah repot-repot." Lennart tersenyum-senyum karena malu.

" Enggak repot kok, kan kamu juga adik aku."

Sesudah mereka selesai berbincang-bincang, mereka langsung memakan cake. 

***

Buku biru tipis yang keliatan masih baru tersebut terbuka menunjukkan sedang dibalik untuk membuka halaman baru dari jari tangannya yang lentik. Viona tersenyum, di bawah cahaya bulan purnama penuh. Ia sedang membaca buku dongeng sebelum tidur.

Jendela yang terbuka mempersilahkan angin untuk masuk, mengibaskan setiap rambutnya yang bergelombang dengan indah. Malam itu cuaca sedang lagi hujan deras. Viona menghirup dalam-dalam aroma udara malam yang tidak berubah, masih sama seperti malam-malam kemarin.

Tok...tok...tok...

Terdengar seseorang mengetuk pintu, Viona yakin sekali itu adalah ibunya.

" Masuk Ma, pintunya nggak Viona kunci kok."

Pintu terbuka, Diana segara masuk dan langsung menghampiri anaknya.

" Besok kamu mau nggak, jam Sembilan nemenin Mama ke Mall? Sekalian beli peralatan sekolah buat kamu."

" Boleh."

" Gimana tadi sekolah barunya?"

Viona menutup bukunya yang sedang ia baca dan tidak lupa untuk menandai halaman terakhir yang ia baca. " lumayan dari pada sekolah sebelumnya. Viona juga udah punya temen."

" Oh, syukurlah kalau kamu sudah punya teman."

" Mama kira aku anak kecil apa, baru masuk sekolah masih malu-maluan."

Diana tersenyum " jangan tidur terlalu malam, besok kamu ngantuk loh," Ucap Diana sembari mengelus rambut anaknya tersebut.

" Iya, Ma."

" Tidur yang nyenyak ya."

Viona mengangguk, tak lama Diana pergi meninggalkan kamar Viona.

Perlahan matanya menatap jam berwarna biru yang ada di dinding. Ternyata sudah jam 10 malam. Viona menguap lalu menutup bibirnya dengan tangan kanannya. Ia memang sudah mengantuk sejak jam 9 malam tadi.

Viona mengambil bukunya yang ia baca tadi, lalu menyimpannya di perpustakaan kecil miliknya. Ayahnya yang telah membuat perpustakaan itu. Lalu menutup jendela kamarnya. Ia langsung beranjak ke tempat tidurnya. Sesampainya di tempat tidur ia langsung menarik selimut birunya yang hangat.

Tak lama kemudian bulu matanya yang lentik kini tertutup, dengan dinginnya malam. Viona tertidur pulas dan siap menyambut esok hari yang cerah.

***

# Author

TERUS BACAA CERITA MARVIN DAN VIONA YANG SEMAKIN SEMAKIN AKAN DIBUAT SERUU OLEH AUTHORNYAAA :D JANGAN LUPA  COMMENT AND VOTE SELALUU PALINGGG DITUNGGUU :D

TERIMA KASIH BANYAAAKKK SEMUANYA :D

SALAM,

YOLANSYAH04

avataravatar
Next chapter