1 Shocked Fact

Kriinngg....Kringgg....

Kreeng.....kreenngg...kreeeng....

Alarm berbentuk burung hantu mengeluarkan suara nyaring.

Membuat Monika si pemilik alarm terbangun dari tidur.

jam menunjukkan pukul lima pagi.

Perempuan cantik berumur 25 tahun ini segera beranjak dari atas ranjang berukuran Queen Size.

padahal jam masuk kantor adalah pukul delapan pagi dan jarak antara apartemen ke kantornya sekitar satu jam(itupun kalau tak terjebak macet),Monika segera mandi dan menyiapkan  diri untuk pergi bekerja.

"Okay, Saatnya berangkat." Ucap Monika setelah menyelesaikan sarapan paginya.

Jika harus jujur kalau bukan karena gaji besar juga kebanggaan akan bekerja sebagai seorang sekretaris di salah satu perusahaan terkemuka di asia tenggara, ia pasti memilih keluar dari sana dari dulu.

Siapa yang betah setiap hari bekerja di bawah tekanan bos killer seperti Alfando?

Tiga tahun Monika bekerja bekerja menjadi sekretaris pribadi Ceo sukses berumur 28 tahun tersebut dan termasuk salah pengusaha top ten tersukses di Asia Tenggara,menguasai lima bahasa berbeda dan memiliki berbagai penghargaan dari berbagai macam negara karena prestasi gemilangnya dalam dunia bisnis.

Alfando sangat jarang puas dengan hasil kinerja kerjanya,selalu ada yang kurang.

Padahal jika ia mendapatkan tugas melakukan presentasi atau meeting dengan perusahaan lain,dia sering mendapatkan pujian betapa bagus hasil kerjanya.

Kenapa Bosnya itu malah bersikap kurang menghargai kemampuannya ?

Jangan-jangan bosnya ada masalah dengan dirinya? entah apa itu?

Entahlah.. Monika males menebak- menebak mengenai pria menyebalkan itu.

*******

~Monika Pov >

Aku segera masuk ke dalam lift, menekan tombol angka 18.

Beruntung sekarang dalam lift tidak terdapat banyak orang, sehingga aku bisa menyandarkan diri pada sisi lift.

Melepaskan semua kelelahan akibat berlari tadi.

Ya Tuhan semoga bos menyebalkanku itu diculik atau tiba-tiba menghilang dari muka bumi.

Apa bisa?

Aku mengecek map yang berada digenggaman kedua tanganku, setelah memastikan semua file telah lengkap, aku kembali menutup map biru ini.

Siang ini Alfando akan meeting bersama seorang rekan kerja baru, di salah satu restoran bintang lima.

Ia menugaskanku mempersiapkan semua berkas yang dibutuhkan dan menemaninya.

karena itu pula aku rela bergadang sampai tengan malam, dan harus kembali bangun jam lima pagi.

Ya Tuhan...

Aku tahu hidup itu berat...

Tapi bagiku ini terlalu berat, ditekan di tempat kerja oleh bos gila,  dibuang orangtua sejak bayi, dikhinati pacar, dan sampai sekarang aku masih belum memiliki suami yang bisa aku andalkan untuk berbagi cerita.

Aku melirik sekilas arloji di tangan,

Syukurlah aku bisa sampai ke kantor tiga puluh menit sebelum jam kerja di mulai,aku menuju ruangan Ceo karena aku bekerja tepat satu ruangan dengan Alfando.

Aku menyandarkan tubuhku pada bangku kerjaku,rasanya ingin sekali aku melanjutkan tidur meskipun hanya untuk beberapa menit, tapi jika ketahuan Alfando,habislah riwayatku.

Dia pasti akan marah, mengatakan "apa ini kantor milik mu ? Apa kau tidak pernah makan bangku sekolah? Kenapa kau bersikap tidak profesional? Haruskah aku memotong gajimu? Atau memecatmu? "

-

-

-

-

"Selamat pagi, sir."

Sapa seluruh karyawan yang aku dengar dari balik meja kerjaku.

aku segera berdiri merapihkan penampilanku, bersiap menyambut kedatangan sang Ceo devil .

Sejujurnya aku ingin sekali menghajar dan menendang bokongnya lalu tertawa puas.

Hutttfff...seandainya saja aku memiliki kesempatan emas untuk melakukan itu.

Langkah kaki Alfando semakin terdengar jelas masuk ke dalam ruang kerja.

beberapa saat kemudian muncullah seorang pria tinggi,putih bersih,berbadan atletis,berwajah sangat tampan dan berpenampilan keren,siapa lagi kalau bukan sang Ceo,Alfando.

"Pagi sir," Sapaku ramah ,tak lupa disertai senyuman di wajahku, tentu saja aku memasang raut wajah ceria.

Sangat berbanding terbalik dengan situasi yang aku rasakan dalam hati.

Alfando menghentikan jejek langkahnya tepat di depanku, memberikan tanda agar aku segera mendekat.

"Siang nanti kamu ikut saya untuk menemui klien,apa kamu sudah menpersiapkan semua yang saya butuhkan?."

dengan cepat akun mengangguk.

"Sudah sir." jawabku singkat, mengambil map diatas meja kerjaku dan membukanya agar Alfando tahu bahwa aku tidak berbohong.

Alfando memalingkan wajah dariku, ia kembali berjalan menuju meja kerjanya.

Tunggu?

Apa ini hanya perasaanku?

Kenapa hari ini ia tampak sangat pusing ? Dia terlihat sibuk membalas pesan di handphone dengan muka kusut,seperti kemeja yang belum disetrika.

Bahkan terkadang memijat kedua pelipis matanya,mengacak rambut dan akhirnya duduk termenung sambil melihat pemandangan dari jendela berukuran besar di belakang meja kerjanya.

Dua jam kemudian.

Di tengah kesibukan mengerjakan beberapa laporan, telepon di atas meja kerjaku berbunyi.

aku tahu panggilan itu pasti berasal dari Alfando.

"Yes sir," jawabku cepat, setelah mengangkat telepon.

" Stop kerjaanmu, pergi ke parkiran mobilku dan tunggu aku di sana." ucapnya dengan suara tegas, kemudian memutuskan sambungan telpon begitu saja.

Aku segera mengikuti perintah bos devilku itu,sekarang aku sudah berada di area parkir khusus vip tempat mobil Alfando terpakir.

sepuluh menit kemudian dia datang dengan penampilan lebih santai dengan kaos polo putih dipadukan blue jeans.

kacamata menghiasi wajah tampannya,penampilannya sungguh keren.

Dia menyuruh aku masuk ke dalam mobil Ferrari mewah merahnya,kemudian memacu mobil meninggalkan area kantor.

sepanjang perjalanan kami berdua saling diam hanya alunan musik yang mengalun dalam mobil.

***

Mobil Ferrari merah milik Alfando memasuki area apartemen elit.

Memang sudah lima tahun pria tampan ini telah tinggal di apartemen mewah.

Monika mengikuti jejek langkah Alfando dari belakang, mereka masuk ke dalam lift dan berhenti tepat di lantai 7,kamar nomer 421.

Alfando memasukan passwords dan pintu pun otomatis terbuka. Apartemen Alfando berukuran luas dan berkesan elegan. Monika melihat kagum isi apartemen bosnya, begitu tertata rapih banyak photo keluarga terpajang di dinding.

"Monika, kau tunggu aku di dalam."

Perintah Alfando tanpa menoleh pada Monika yang berdiri di sampingnya, terus saja sibuk dengan handphonenya.

Alfando menunjukkan dengan jari telunjuk kamarnya yang berjarak cukup jauh dari mereka.

"Baik sir." Monika segera masuk ke dalam kamar bernuansa abu-abu milik Alfando, dengan wajah bingung ia hanya bisa duduk manis di pinggir sisi ranjang king size milik Alfando, mau gimana lagi tidak ada sofa di dalam sini.

"Untuk ukuran pria dia sangat rapih,hmmm....kenapa aku harus menunggu di sini? dasar bos aneh." Gerutu Monika dengan nada kesal.

Awalnya Monika memilih untuk duduk manis saja di atas ranjang tapi lama - lama dia merasa bosan jadi ia memutuskan untuk berkeliling kamar bosnya, bokongnya sudah panas akibat dari tadi hanya duduk saja.

setelah dirasa cukup lama Monika memutuskan melanjutkan pekerjaan dalam kamar Alfando, dia lebih memilih mengisi waktu luang dengan bekerja dibandingkan hanya berdiam diri.

Monika mengeluarkan laptop miliknya dari dalam tas kerjanya , kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda di atas ranjang Alfando.

Entah sudah berapa lama dia tenggelam dalam pekerjaannya

BRANKKKK....

Monika berhenti mengetik begitu dia mendengar suara pecahan benda yang begitu keras dari ruang tamu tempat Alfando berada.

Monika berjalan pelan mendekati pintu,membuka pintu sedikit agar bisa mengintip apa yang sedang terjadi.

Dua orang pria tampan dan memiliki tinggi badan hampir sama,terlihat sedang bertengkar.

Rupanya Alfando dan rekan bisnis sekaligus sahabatnya,Radit.

Sial...dia tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka berdua katakan,karena jarak dirinya dengan kedua pria keren itu cukup jauh.

Lagipula Monika melihat sejauh ini sikap mereka berdua masih dalam batas wajar,layaknya orang beradu argumentasi.

Sampai akhirnya keduanya benar-benar lose control,tanpa sadar meninggikan volume suara mereka sehingga Monika dapat mendengarkan percakapan mereka berdua sekarang.

"AKU TIDAK MAU MENGAKHIRI HUBUNGAN KITA.KAU MEMANG KETERLALUAN AL,BISA-BISANYA KAU MENGAMBIL KEPUTUSAN SENDIRI TANPA MEMPERTIMBANGKAN PENDAPATKU.

KAU BRENGSEK...TIDAK PERNAH MENGERTI PERASAANKU,SELAMA INI AKU SELALU MENGALAH KARENA AKU TIDAK MAU BERTENGKAR DENGANMU,DAMN!"

Radit mencekram bahu Alfando dengan kasar, tatapan matanya sungguh penuh emosi.

dia sudah seperti pembunuh berdarah dingin dan kejam. Seakan-akan sudah siap untuk membunuh korbannya.

Tapi Alfando terlihat dingin dan acuh, Dia melepaskan secara kasar kedua tangan Radit dari bahunya.

"APA KAU BODOH!!AKU SUDAH BILANG BAHWA KAKEK DAN NENEKKU MAU AKU MENIKAH DAN MEMBERIKAN MEREKA SEORANG CICIT, SEBELUM MEREKA MENINGGAL.

APA KAU BISA MEMBERIKAN AKU ANAK HAH?!

APA KAU MAU MELIHAT KAKEK DAN NENEKKU MATI BEGITU TAHU CUCU KESAYANGAN MEREKA SEORANG GAY?."

Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Radit, pria yang memiliki tubuh atletis seperti Alfando kini terdampar di lantai.

bahkan tanpa diduga kedua matanya berkaca-kaca.

"PERGI KAU!"

Teriak Alfando sambil mengacak rambut karena kesal. Radit berdiri dan menghampiri Alfindo yang kini tengah bersandar pada sofa sambil memasang wajah frustrasi.

"Maafkan aku,ini salahku karena aku tidak bisa mengerti keadaanmu, sayang." Seru Radit lembut,memasang wajah menyesal.

Cup...

Sebuah ciuman mendarat di bibir Alfando.

"Well..Bagaimana kalau kau tetap menikah dan memiliki seorang anak tapi kita tidak harus putus?maksudku setelah kakek dan nenekmu meninggal.

kau bercerai dan kemudian kembali padaku." Lanjut Radit sambil ke dua tanganya mengusap lembut pipi Alfando.

Alfando terdiam seakan menimbang perkataan Radit.

Tanpa diduga Radit langsung mencium dan melumat bibir Alfando, tidak perlu waktu lama Alfando pun membalas lumatan bibir Radit.

sekarang mereka berdua saling memainkan lidah satu sama lain dalam rongga mulut mereka.

Mereka berciuman begitu panas dan liar, bahkan kedua tangan mereka saling meremas rambut masing-masing.

kedua pria sama-sama tampan dan bertubuh atletis itu tenggelam dalam gairah mereka, saling meremas bokong mereka dan mendesah.

kedua berciuman dengan liar dan bahkan mulai terlihat menjijikkan Dimata Monika.

Monika sangat shocked menyaksikan pemandangan didepan matanya, menutup pintu kamar Alfando.

"Oh my gosh, my Ceo is a gay."

avataravatar
Next chapter